Salurkan Zakat, Infaq, Shadaqah dan Wakaf anda ke ZISWAF al-Muhajirin

Panitia Renovasi Masjid Al-Muhajirin

renovasi Masjid Al-Muhajirin ke Bank Syariah Mandiri KCP Jatinangor an. Panitia Renovasi Al Muhajirin Nomor Rekening 1000-555-777

iklan

jazakamullah ahsanal jaza' semoga Allah SWT akan membalas kalian dengan balasan yang terbaik. aamiin yaa robbal 'alamiin...

Minggu, 09 Desember 2012

UJIAN KESENANGAN DUNIA


ust. Aris Saptiono


“Telah dihiasi (hati) manusia dengan kecintaan kepada sesuatu yang diingini yaitu wanita, anak-anak, harta yang berlimpah berupa emas dan perak, kuda (kendaraan) pilihan, binatang ternak, sawah ladang. Yang demikian itu kesenangan hidup di dunia, tetapi di sisi Allah ada sebaik-baik tempat kembali.” Q.s. Ali Imran : 14
Arti kata-kata
Asysyahawaatu bentuk jamak dari Asysyahwatu artinya keinginan hati untuk memiliki sesuatu yang menjadi selera. Seperti perkataan “hadza tha’am syahwatu fulan” artinya makanan ini kesukaan si fulan.
Munasabah Ayat
Pada ayat-ayat sebelum ini, Allah swt. menjelaskan kesibukan orang-orang kafir dalam mengurus harta dan anak-anak mereka, juga sikap berpalingnya mereka dari kebenaran dan ambisi mereka dalam mereguk kelezatan duniawi. Dan pada ayat ini (Q.s. Ali Imran : 14), Allah swt. menerangkan betapa terbujuknya mereka oleh hal-hal tersebut, dan Ia memberikan suatu peringatan pada mereka yang sudah diperalat nafsunya. Ia juga memperingatkan agar mereka tidak menjadikan kesenangan dunia sebagai tujuan akhir hidupnya, yang mengakibatkan berpalingnya mereka dari amal-amal akhirat. Karena kehidupan dunia ini diciptakan hanyalah sebagai ladang dan sarana ujian dan batu loncatan untuk meraih kebahagiaan hidup yang kekal yaitu Al Jannah (surga).
Penghias Kesenangan Dunia
Diantara para ulama ahli tafsir ada perbedaan pendapat mengenai siapa yang menghiasi hati manusia itu hingga mencintai kesenangan hidup di dunia yang dimaksud oleh ayat ini. Pendapat pertama mengatakan bahwa dia itu adalah syetan, berdasarkan firman Allah swt. “Dan tatkala syetan menghiasi (menjadikan mereka/memamandang baik) amal-amal (jelek) mereka” Q.s. Al Anfal : 48.
Hiasan syetan disini adalah bisikan dan bujukan mengenai amal jelek yang menjadikan mereka menganggap baik dan hatinya menjadi condong pada amal tersebut. Pendapat kedua mengatakan bahwa dia itu justru Allah swt. berdasarkan firmannya, “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan, karena Kami hendak menguji siapa diantara mereka yang paling baik amalnya” Q.s. Al Kahfi : 7.
Dan hal inilah yang dimaksud Umar bin Khattab ketika berdoa:
Ya Allah, kami tidak akan mungkin kuat untuk menghadapi segala kesenangan dunia yang telah Engkau hiasi untuk menguji kami, kecuali dengan pertolongan-Mu. H.r. Al Bukhari, Ash Shabuni I: 190.
Jadi kedua penafsiran pada ayat tersebut pada hakekatnya tidaklah bertentangan dan bisa kami terima karena keduanya berasal dari satu tujuan yang sama, yaitu untuk mengingatkan manusia supaya tidak terbujuk dan tergelincir oleh kesenangan duniawi yang sementara ini.
Enam Kesenangan Dunia.
Keenam perhiasan dunia yang dicintai manusia karena kesukaannya itu adalah :
Pertama, Wanita. Kaum wanita objek kesenangan hidup dan sasaran pandangan mata, yang dengannya pula jiwa akan merasa tentram. Sebagaimana firman Allah swt., “Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya, Ia jadikan jodoh-jodoh dari jenis kalian supaya kalian merasa tentram, dan Ia jadikan kasih sayang diantara kalian..” Q.s. Ar Rum : 21.
Pada ayat ini, cinta terhadap wanita lebih didahulukan daripada mencintai anak-anak, padahal mencintai wanita terkadang bisa hilang, berbeda dengan mencitai anak-anak. Hal dikarenakan bahwa biasanya mencintai anak-anak tidak suka terlalu berlebihan, tidak seperti mencintai seorang wanita. Sehingga ada pendapat yang mengatakan bahwa terlalu mencintai wanita itu bisa menimbulkan dua fitnah, sedangkan terlalu mencintai anak-anak hanya menimbulkan satu fitnah.
Dua fitnah yang bisa disebabkan karena terlalu mencintai wanita adalah : Pertama, terputusnya tali silaturahmi, karena terkadang seorang wanita mempengaruhi suaminya untuk menjauhi orang tua dan saudara-saudaranya. Kedua, menyuruh mencari harta dengan tidak memperhitungkan halal dan haramnya.
Sedangkan fitnah yang biasanya ditimbulkan karena terlalu mencintai anak hanya satu,yaitu berusaha menumpuk-numpuk harta untuk membahagiakan mereka. Al Qurtubi IV : 29.
Kenyataan diatas sesuai dengan sabda Rasulullah saw. :
Tidaklah aku meninggalkan satu fitnah setelahku yang dirasakan paling berat oleh seseorang kecuali fitnahnya wanita. H.r. Al Bukhari & Muslim.
Mencintai wanita bisa menjadi sumber ketentraman dan sarana ibadah dalam mendidiknya, akan tetapi jika terlalu berlebihan dan salah didikan, bisa menjadikannya sebagai sumber malapetaka dan kemurkaan Allah karena salah mendidiknya.
Kedua, Anak-anak. Rasulullah saw. pernah bertanya kepada Asy’ats bin Qais, “Apakah engkau mempunyai seorang anak yang periang?” ia memjawab, “Ya, aku mempunyai, dan aku ingin sekali mempunyai sewadah makanan yang akan aku berikan (selain kepadanya) juga kepada anak-anak lainnya”. Mendengar demikian Nabi saw. bersabda, “Jika benar apa yang engkau katakan itu, maka mereka itu merupakan buah hati belahan jantung. Walaupun terkadang mereka itu merupakan penyebab ketakutan, kekikiran dan kesedihan”. Al Qurtubi IV : 29-30.
Mencintai anak sesuai dengan proporsinya yang benar, yaitu dengan meyakini bahwa anak itu hanyalah amanah dan sekaligus ujian dari Allah swt. akan menjadikan anak itu sebagai sumber pahala dan kebajikan. Dimana setiap kecintaan kepada anak yang dimanivestasikan dengan pendidikan, pemberian nafkah, dan kecintaan lainnya akan menjadi satu nilai ibadah disisi Allah swt. Sebaliknya jika mencitai anak terlalu berlebihan yang tidak sesuai dengan proporsinya, maka anak itu akan menjadi sumber kebakhilan, kesedihan dan ketakutan.
Ketiga, harta benda. Mencintai harta benda sudah merupakan naluri manusia, karena dengan harta ini diharapkan menjadi sarana untuk meraih berbagai keinginan dan jalan untuk menggapai kelezatan serta kepuasan. Keinginan seseorang terhadap harta tidak ada batasnya, apa yang telah dicapai membuatnya makin menginginkan yang lebih.
Namun kecintaan manusia terhadap harta ini, pernah digambarkan oleh Rasulullah saw. lewat sabdanya :
Seandainya anak Adam mempunyai dua lembah yang penuh dengan emas, pastilah ia akan berharap memiliki lagi lembah emas yang ketiga. Dan perut anak Adam tidak akan pernah kenyang (dalam mencari harta) kecuali (jika sudah penuh) dengan tanah. Dan Allah akan menerima taubat orang-orang yang mau bertaubat. H.r. Al Bukhari dan Muslim.
Dengan harta orang bisa menjadi bahagia, hidup terhormat dan tentram dalam beribadah. Akan tetapi dengan harta pula bisa merupakan sumber fitnah orang menjaditerfitnah dan lupa daratan, melupakan hak Allah, umat, sesama manusia, bahkan hak diri sendiri.
Umat islam tidak dilarang mencari dan memiliki harta, akan tetapi cara mecari dan menggunakan harta itu ada rambu-rambunya. Dan yang perlu dipahami adalah harta itu hanya merupakan sarana, bukan tujuan.
Keempat, Kuda (kendaraan) pilihan. Kuda pada waktu itu merupakan alat transportasi yang tercepat dan mahal. Setiap kuda yang dipelihara dan diberi tanda untuk diperjual-belikan kebanyakan dimiliki oleh para pembesar. Dengan hal seperti inilah diantaranya mereka saling bersaing dan membanggakan diri, dan karena saking berlebihan dalam mencintainya mereka berani membela mati-matian demi kecintaannya itu.
Seekor kuda tidak akan dimintai pertanggung-jawaban atas segala akibat yang terjadi, tetapi pemiliknyalah yang harus bertanggung jawab, apakah suatu kemaslahatan atau kerusakan yang ditimbulkannya itu. Hal inilah yang dimaksudkan oleh sabda Rasulullah saw.

Kuda itu ada tiga macam, bagi seseorang bisa menjadi pahala, bagi yang lain bisa menjadi penutup (amal), dan bagi yang lainnya lagi bisa menjadi siksa. Al Qurtubi IV: 33.
Kelima, Binatang Ternak. Orang-orang arab menganggap binatang ternak ini sebagi harta, kehidupan dan kebutuhan. Dengan inilah mereka saling membanggakan diri dan berlomba memperbanyak.
Syetan menghiasi kecintaan manusia terhadap binatang ternak ini, supaya semakin banyak binatang ternaknya semakin tersibukan pula dalam mengurusnya, sehingga lupa akan kewajiban-kewajibannya.
Dan Allah menghiasi kecintaan manusia terhadap binatang ternak, sebagai uijian siapa diantara mereka yang tetap teguh dalam melaksanakan hak dan kewajibannya.
Keenam, Sawah ladang. Ini merupaka pokok kehidupan manusia.kebutuhan dan kemanfaatan akan sawah ladang jauh lebih penting dan lebih banyak dari kelima macam sarana diatas. Akan tetapi pada ayat ini ditempatkan pada urutan paling akhir, dikarenakan sarana yang terakhir ini selalu memenuhi kebutuhan manusia, sehingga kebanggaan memilikinya akan sedikit berkurang dibanding memiliki kelima sarana yang lainnya.
Khatimah
Keenam perkara tersebut diatas hanyalah kesenangan hidup di dunia yang sifatnya sementara. Oleh karena itu tidak pantas menjadikannya sebagai tujuan akhir kehidupan ini dan melupakan persiapan amal kabajikan untuk menghadap Allah swt.
Ayat itu tidak melarang umat islam mencari dan menikmati keenam kesenangan hidup dunia tersebut. Akan tetapi setiap muslim hendaklah mempunyai pandangan bahwa semua kesenangan duniawi tidak dijadikan tujuan akhir hidup ini. Wallahu a’lam bish-shawab.

Aris saptiono
Griya Mitra A4/21 Ds.Cinunuk Kec. Cileunyi 08179281752

1 komentar:

  1. Betul Pa Ustad Aris. Kesenangan dunia adalah ujian bagi kita. Pantas kata para Ulama, "Kalau melihat dunia harus ke bawah, dan melihat akhirat harus ke atas". Karena masih banyak di sekitar kita yang mencari makan saja harus siang/malam. Dan ada orang yang jam 02.00 malam sudah bangun untuk Qiyamul Lail, hari Senin-Kamis selalu berpuasa sunah, dan waktu Dhuha selalu rutin mendirikan shalat Dhuha. Sementara kita belum bisa istiqomah mengamalkannya. Semoga Allah SWT selalu membimbing dan memberi keikhlasan kepada kita untuk istiqomah mengamalkannya. Amien

    BalasHapus