Salurkan Zakat, Infaq, Shadaqah dan Wakaf anda ke ZISWAF al-Muhajirin

Panitia Renovasi Masjid Al-Muhajirin

renovasi Masjid Al-Muhajirin ke Bank Syariah Mandiri KCP Jatinangor an. Panitia Renovasi Al Muhajirin Nomor Rekening 1000-555-777

iklan

jazakamullah ahsanal jaza' semoga Allah SWT akan membalas kalian dengan balasan yang terbaik. aamiin yaa robbal 'alamiin...

Senin, 17 Desember 2012

Mencari Berkah

Aris Saptiono



Dan Alquran ini adalah satu kitab (peringatan) yang mempunyai barakah yang telah Kami turunkan. Maka mengapakan kamu mengingkarinya. Q.S. Al-Anbiya:50
Kata-kata barakah banyak sekali diungkapkan didalam Alquran dan hadis, dan sering juga diungkapkan dalam percakapan sehari-hari, baik yang berkaitan dengan waktu, tempat, barang maupun yang berkaitan dengan kehidupan manusia baik pribadi maupun masyarakat atau bangsa.
Kata-kata berkah ini di kalangan masyarakat lebih cenderung berkonotosi kepada sesuatu yang terlihat indah atau yang dirasakan menguntungkan atau menyenangkan menurut zahirnya.
Seperti usaha maju, jabatan meningkat, badan sehat, keluarga tenang, semuanya itu kedekatan berberkah. Namun apabila sebaliknya, maka dikatakan semua itu tidak ada berkahnya.
Karena itu apabila seseorang atau keluarga mengalami yang sebaliknya, yaitu tertimpa kemalangan, baik kerugian dalam perniagaan, pertanian, atau tertimpa penyakit hal seperti ini sering dikatakan kehidupannya tidak diberkahi.
Pemahaman tentang makna berkah seperti diatas itu tidaklah tepat dan bisa menyesatkan dan lebih sesat lagi apabila ada pemahaman bahwa berkah itu bisa didapatkan dari tempat-tempat tertentu yang dianggap keramat, seperti kuburan para wali dan lainnya atau dari orang yang dianggap memiliki pengetahuan tentang perkara gaib dan sebagainya.
Jika berangkat dari makna berkah seprti diatas, maka tidak heran apabila banyak orang yang pergi untuk mencari berkah dengan penuh semangat, seakan-akan pasti mendapatkan berkah itu, walaupun harus menempuh perjalanan yang jauh dengan ongkos yang mahal. Andaikan ia pulang, maka pulang dengan hati bahagia, dengan yakin berkah sudah didapatkan dan dibawa pulang ke rumah.
Kenyataan ini sering dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu untuk mengeruk keuntungan dari ketidaktahuan umat, baik oleh orang yang mengaku sebagai wali atau sebagai kuncen (penunggu para kuburan wali), atau tokoh-tokoh lain yang sengaja berpenampilan sebagai orang alim, disertai pengakuan bahwa dirinya mempunyai berkah atau mengaku bahwa dia tahu tempat-tempat berkah dan siap untuk memimpin upacara pengambilan berkah.
Mereka umpamakan berkah itu bagaikan beras atau air yang bisa ditimbang dan ditakar kemudian dibagikan menurut kemauan masing-masing.
Hal ini akan terus berlangsung dan sulit dihentikan, selama pemahaman tentang berkah masih seperti diatas, apalagi dengan adanya kelompok-kelompok tertentu yang sengaja merekayasa untuk melestarikan pemahaman seperti itu, karena merasa mendapat keuntungan dari kebodohan umat.
Untuk meluruskan makna berkah ini, kita coba mengungkap berkah itu dengan dua pertanyaan, yaitu “Apakah berkah itu?” dan “Siapakah pemilik berkah yang sebenarnya?”
Berkah ialah tetapnya kebaikan ilahi pada sesuatu perkara.
Berdasarkan takrif, jelas bahwa ada dan tidak adanya berkah pada sesuatu perkara bukan ditentukan oleh pandangan manusia dengan ukuran duninawi, tetapi diukur dengan ukuran ilahi.
Berkah itu hanyalah milik Allah swt. semata, Dia akan memberikan kepada apa dan siapa yang dikehendaki-Nya. Tidak ada satu makhlukpun yang berhak mengatur pemberian berkah dan Allah swt. Ayat-ayat dan hadis-hadis yang berkaitan dengan hal tersebut diatas sebagai berikut.
Maha berkah (Allah) yang pada tangan-Nya kerajaan. Dan Dia itu Mahakuasa atas segala perkara. Q.S. A-Muluk:1
Maha berkah (Allah) yangtelah menurunkan Alquran kepada hamba-Nya, agar ia menjadi nadzir (pemberi peringatan) kepada seluruh alam. Q.S. Al-Furqan:1
Ya Allah, Engkaulah sumbernya keselematan dan dari-Mu datangnya keselamatan. Mahaberkah wahai yang memiliki Kegagahan dan Kemuliaan. H.R. Al-Jamaah, Kecuali AL-Bukhari
Jelaslah bahwa pemilik berkah itu adalah Allah, tidak ada satu makhluk pun yang memiliki berkah, karena itu tidak ada satu makhluk pun yang bisa memberi berkah kepada yang lain.
Andaikan ada yang mengaku-ngaku bisa memberikan berkah atau ada yang mengatakan bahwa barang keramat, tempat atau waktu, itu semua bisa memberikan berkah itu adalah dusta belaka.
Rasulullah saw. sendiri tidak dengan begitu saja memberikan berkah kepada siapapun, beliau hanya memohon kepada Allah swt. agar Allah melimpahkan berkah, seperti kita bisa lihat dalam doa dibawah ini,
Semoga Allah memberikan berkah kepadamu, dan semoga Allah melanggengkan berkah-Nya kepadamu dan semoga dia menyatukan kamu dalam kebaikan. H.R. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah.
Namun tidaklah salah jika kita mengatakan bahwa barang, tempat atau waktu dan lain sebagainya, semua itu ada berkahnya, tetapi bukan berarti sebagai pemiliknya, itu adalah merupakan rahmat dari Allah bagi hambanya yang harus dipelihara jangan sampai berkurang nilai berkahnya atau hilang sama sekali.
Ayat diatas menerangkan bahwa Alquran itu mengandung berkah, karena diberkati oleh Allah swt. karena itu, jika ingin hidup penuh berkah ikutilah petunjuk Alquran.
Ada sekelompok orang yang berusaha untuk mendapatkan berkah dari Alquran dengan cara membaca surat Al-Ikhlas, Yaa siin, Ayat kursi dan yang lainnya dengan jumlah seratus kali atu lebih, katanya “Tabarruk kepada Alquran”.
Cara seperti itu tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah saw. karena tidak mungkin mendapatkan berkah dari Alquran dengan cara menyalahi sunnah Rasulullah saw.
Jika seseorang ingin mendapatkan berkah dari Alquran, hendaklah ia menerima segala ketetapan dalam Alquran itu dengan iman dan ikhlas, dengan demikian, kehidupannya baik perorangan maupun kelurga atau bangsa akan selalu terpimpin dengan pimpinan Allah Swt, maka selama dalam pimpinan-Nya, selama itu pulalah ada dalam berkah (kebaikan ilahi).
Namun apabila kehadiran Alquran itu tidak diterima dengan iman dan ikhlas bahkan isinya diingkari, maka tentu saja kehidupannya tidak diberkahi.
Pada dasarnya Allah swt, telah menetapkan berkah pada setiap perkara dan akan tetap berkah itu ada selama dalam ketetapan ilahi.
Dan kita sebagai hamba Allah telah menerima amanat itu dan wajib bagi kita semua untuk memelihara berkah itu.
Bagi siapa saja yang merasa kehilangan berkah, janganlah mencari ke tempat-tempat yang dianggap keramat atau kepada orang yang dianggap wali yang akibatnya akan lebih menjauhkan berkah itu darinya. Tetapi hendaklah ia menyadari bahwa setiap langkah hidupnya jika keluar dari pimpinan Allah, maka hakikatnya ia telah melepaskan diri dari berkah Allah, karena itu segeralah kembali kepada pimpinan Allah, maka dengan sendirinya berkah itu akan ada kembali.

2 komentar:

  1. Anda menulis bahwa membaca al-ikhlas 100 kali, cara seperti itu tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah saw. karena tidak mungkin mendapatkan berkah dari Alquran dengan cara menyalahi sunnah Rasulullah saw.

    Sy hanya orang awam mau beropini.
    Di Kitabullah ada anjuran dzikir sebanyak-banyaknya, QS Ali-Imraan 41 dan QS Al-Ahzab 41. Tidak disebut bilangan, tapi sebanyak-banyaknya, yakni bisa lebih dari 2, dan 100 adalah sebanyak-banyaknya bagi yang mampunya demikian.

    Di HR Thabrani dan Daelami, ada anjuran membaca al-ikhlas 100 kali. (lihat buku Doa-doa kunci, oleh ust.Yusuf Mansur dan Ust. mahmud Asy-Syafrowi, hal 451).
    Di HR Muslim 4858, ada anjuran bacaan doa dzikir 100 kali, atau yg nilainya melebihi doa dzikir tsb (bacaan Al-Ikhlas termasuk diantaranya yg melebihi), akan mendapat pahal amat besar di hari kiamat.

    Sesungguhnya kebenaran hanya dari Allah SWT
    Wallahu a'lam

    BalasHapus
  2. Pak ustadz yang mulia, coba lihat hadis berikut :
    “Barang siapa membaca surah al -ikhlas hingga selesai 10x, maka Allah membangunkan baginya sebuah rumah di surga.”
    [HR. Ahmad 15057, Shahih al Jami' 6472]

    Kalau baca 100x dengan niat karena Allah Yang Maha Esa , kenapa tidak dapat 10 rumah di surga ? Bukankah semua amalan tergantung niat ?

    Semoga bermanfaat.

    BalasHapus