Salurkan Zakat, Infaq, Shadaqah dan Wakaf anda ke ZISWAF al-Muhajirin

Panitia Renovasi Masjid Al-Muhajirin

renovasi Masjid Al-Muhajirin ke Bank Syariah Mandiri KCP Jatinangor an. Panitia Renovasi Al Muhajirin Nomor Rekening 1000-555-777

iklan

jazakamullah ahsanal jaza' semoga Allah SWT akan membalas kalian dengan balasan yang terbaik. aamiin yaa robbal 'alamiin...

Selasa, 22 April 2014

Abdurrahman bin auf



 Kisah 
ABDURRAHMAN BIN AUF

Abdurrahman bin Auf termasuk kelompok delapan orang yang mula-mula masuk Islam. Ia juga tergolong sepuluh sahabat yang diberi kabar gembira oleh Rasulullah masuk surga dan termasuk enam orang sahabat yang bermusyawarah dalam pemilihan khalifah setelah Umar bin Al-Khathab. Di samping itu, ia adalah seorang mufti yang dipercayai Rasulullah berfatwa di Madinah selama beliau masih hidup.
Pada masa Jahiliyah, ia dikenal dengan nama Abd Amr. Setelah masuk Islam, Rasulullah memanggilnya Abdurrahman bin Auf. Ia memeluk Islam sebelum Rasulullah menjadikan rumah Al-Arqam sebagai pusat dakwah. Ia mendapatkan hidayah dari Allah dua hari setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq memeluk Islam.
Seperti kaum Muslimin yang pertama-tama masuk Islam lainnya, Abdurrahman bin Auf tidak luput dari penyiksaan dan tekanan dari kaum kafir Quraisy. Namun ia tetap sabar dan tabah. Abdurrahman turut hijrah ke Habasyah bersama kawan-kawan seiman untuk menyelamatkan diri dan agama dari tekanan Quraiys. 
Tatkala Rasulullah SAW dan para sahabat diizinkan Allah hijrah ke Madinah, Abdurrahman menjadi pelopor kaum Muslimin. Di kota yang dulu bernama Yatsrib ini, Rasulullah mempersaudarakan orang-orang Muhajirin dan Anshar. Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan Sa'ad bin Rabi Al-Anshari. 
Sa'ad termasuk orang kaya diantara penduduk Madinah, ia berniat membantu saudaranya dengan sepenuh hati, namun Abdurrahman menolak. Ia hanya berkata, "Tunjukkanlah padaku di mana letak pasar di kota ini!" 
Sa'ad kemudian menunjukkan padanya di mana letak pasar. Maka mulailah Abdurrahman berniaga di sana. Belum lama menjalankan bisnisnya, ia berhasil mengumpulkan uang yang cukup untuk mahar nikah. Ia pun mendatangi Rasulullah seraya berkata, "Saya ingin menikah, ya Rasulullah," katanya. 
"Apa mahar yang akan kau berikan pada istrimu?" tanya Rasul SAW. 
"Emas seberat biji kurma," jawabnya. 
Rasulullah bersabda, "Laksanakanlah walimah (kenduri), walau hanya dengan menyembelih seekor kambing. Semoga Allah memberkati pernikahanmu dan hartamu." 
Sejak itulah kehidupan Abdurrahman menjadi makmur. Seandainya ia mendapatkan sebongkah batu, maka di bawahnya terdapat emas dan perak. Begitu besar berkah yang diberikan Allah kepadanya sampai ia dijuluki 'Sahabat Bertangan Emas'. 
Pada saat Perang Badar meletus, Abdurrahman bin Auf turut berjihad fi sabilillah. Dalam perang itu ia berhasil menewaskan musuh-musuh Allah, di antaranya Umar bin Utsman bin Ka'ab At-Taimy. Begitu juga dalam Perang Uhud, dia tetap bertahan di samping Rasulullah ketika tentara Muslimin banyak yang meninggalkan medan perang. 
Abdurrahman bin Auf adalah sahabat yang dikenal paling kaya dan dermawan. Ia tak segan-segan mengeluarkan hartanya untuk jihad di jalan Allah. Pada waktu Perang Tabuk, Rasulullah memerintahkan kaum Muslimin untuk mengorbankan harta benda mereka. Dengan patuh Abdurrahman bin Auf memenuhi seruan Nabi SAW. Ia memelopori dengan menyerahkan dua ratus uqiyah emas.
Mengetahui hal tersebut, Umar bin Al-Khathab berbisik kepada Rasulullah, "Sepertinya Abdurrahman berdosa karena tidak meninggalkan uang belanja sedikit pun untuk keluarganya." 
Rasulullah bertanya kepada Abdurrahman, "Apakah kau meninggalkan uang belanja untuk istrimu?" 
"Ya," jawabnya. "Mereka kutinggalkan lebih banyak dan lebih baik daripada yang kusumbangkan." 
"Berapa?" tanya Rasulullah. 
"Sebanyak rezeki, kebaikan, dan pahala yang dijanjikan Allah." 
Pasukan Muslimin berangkat ke Tabuk. Dalam kesempatan inilah Allah memuliakan Abdurrahman dengan kemuliaan yang belum pernah diperoleh siapa pun. Ketika waktu shalat tiba, Rasulullah terlambat datang. Maka Abdurrahman bin Auf yang menjadi imam shalat berjamaah. Setelah hampir selesai rakaat pertama, Rasulullah tiba, lalu shalat di belakangnya dan mengikuti sebagai makmum. Sungguh tak ada yang lebih mulia dan utama daripada menjadi imam bagi pemimpin umat dan pemimpin para nabi, yaitu Muhammad SAW. 
Setelah Rasulullah wafat, Abdurrahman bin Auf bertugas menjaga kesejahteraan dan keselamatan Ummahatul Mukminin (para istri Rasulullah). Dia bertanggung jawab memenuhi segala kebutuhan mereka dan mengadakan pengawalan bagi ibu-ibu mulia itu bila mereka bepergian. 
Suatu ketika Abdurrahman bin Auf membeli sebidang tanah dan membagi-bagikannya kepada Bani Zuhrah, dan kepada Ummahatul Mukminin. Ketika jatah Aisyah ra disampaikan kepadanya, ia bertanya, "Siapa yang menghadiahkan tanah itu buatku?" 
"Abdurrahman bin Auf," jawab si petugas. 
Aisyah berkata, "Rasulullah pernah bersabda, 'Tidak ada orang yang kasihan kepada kalian sepeninggalku kecuali orang-orang yang sabar." 
Begitulah, doa Rasulullah bagi Abdurrahman bin Auf terkabulkan. Allah senantiasa melimpahkan berkah-Nya, sehingga ia menjadi orang terkaya di antara para sahabat. Bisnisnya terus berkembang dan maju. Semakin banyak keuntungan yang ia peroleh semakin besar pula kedermawanannya. Hartanya dinafkahkan di jalan Allah, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Walau termasuk konglomerat terbesar pada masanya, namun itu tidak memengaruhi jiwanya yang dipenuhi iman dan takwa. 
Berbahagialah Abdurrahman bin Auf dengan limpahan karunia dan kebahagiaan yang diberikan Allah kepadanya. Ketika meninggal dunia, jenazahnya diiringi oleh para sahabat mulia seperti Sa'ad bin Abi Waqqash dan yang lain. Dalam kata sambutannya, Khalifah Ali bin Abi Thalib berkata, "Engkau telah mendapatkan kasih sayang Allah, dan engkau berhasil menundukkan kepalsuan dunia. Semoga Allah selalu merahmatimu." Amin.

Senin, 14 April 2014

BIJAK MEMILIH SEKOLAH UNTUK ANAK




                              BIJAK MEMILIH SEKOLAH UNTUK ANAK
Oleh;  
Abdul Wahid
(Seksi Pendidikan DKM Al-Muhajirin)
Ketika memasuki masa-masa akhir tahun pelajaran sekolah seperti sekarang ini, kebanyakan orang tua  disibukan dengan agenda mencari sekolah  bagi anaknya untuk memulai pendidikan ataupun melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.  Kesibukan ini tentunya disamping mempersiapkan biayanya, yang sudah pasti akan membutuhkan materi yang tidak sedikit.
Hal ini terjadi  karena bebasnya biaya sekolah, sebagaimana program pemerintah, hanyalah biaya formal di sekolah saja, seperti uang SPP, DSP dan sejenisnya. Sementara  yang seringkali lebih besar biayanya adalah pengeluaran yang tidak resmi, seperti operasional sehari-hari, untuk buku pelajaran, transportasi dan sebagainya. Belum lagi jika sekolah yang dipilih adalah sekolah swasta.
Persoalan biaya ini ada karena kemampuan ekonomi orang tua yang tidak berubah secara signifikan jika dibandingkan dengan kenaikan harga-harga kebutuhan sehari-hari.Bagi orang tua yang tidak terbebani dengan persoalan biaya, kelas ekonomi mampu,  maka mereka tetap dipusingkan dengan banyaknya pilihan  lembaga pendidikan yang harus mereka pilih agar sesuai dengan keinginan dan cita-cita anak.
Orang tua pastilah menaruh keinginan besar terhadap anak mereka. Hal ini wajar, karena anak bagi orang tua adalah tumpuan harapan di masa depan, bahkan sampai kelak orang tua sudah meninggal duniapun, mereka tetap mengharapkan anak-anak mereka menjadi sosok yang baik dan menjadi anak yang sholih yang akan mendoakan orang tuanya.
Berikut ini adalah beberapa hal yang layak dipertimbangkan oleh orang tua dalam memilihkan sekolah bagi anaknya.
Pertama, pertimbangkan umur anak. Bila  anak  belum cukup umur, sebaiknya jangan dulu, hal ini akan mengakibatkan mereka mogok di tengah jalan. Beberapa kejadian menunjukan karena usia yang belum cukup akhirnya mereka tertekan karena harus berkompetisi dengan anak yang usianya lebih matang. Kalaupun ada satu atau dua anak yang mampu mengikuti pelajaran saat usianya belum cukup, ini bersifat pengecualian dan jarang terjadi.
Kedua,  ukur kemampuan anak kita. Setiap anak memiliki kemampuan dan karakteristik yang berbeda, sehingga orang tua harus mempertimbangkan kemampuan anak.  Disinilah dibutuhkan kemampuan orang tua untuk mampu menilai kemampuan dan bakat anak. Kecocokan karakteristik siswa dengan sekolah pilihan, akan menambah semangat anak dalam belajar.
Ketiga, ajak anak survey (melihat langsung) ke sekolah yang akan dituju. Mengajak anak untuk melihat sekolah yang diinginkan akan menambah kepercayaan diri. Upaya ini juga akan mengurangi kesan dalam diri anak bahwa ia ”dipaksa” oleh orang tuanya untuk sekolah di sekolah tersebut. Anak merasa dilibatkan dalam menentukan pilihan sekolahnya.
Keempat, diskusikan dengan anak. Setelah anak diajak survey ke lokasi sekolah, biarkan mereka berpendapat tentang keinginan dan penilaian mereka terhadap sekolah yang baru saja dilihat. Selanjutnya orang tua  memberikan pandangan-pandangannya. Sekali lagi, dengan cara yang bijak agar anak tidak merasa dipaksa ataupun terpaksa dalam meilih sekolah.
Kelima,  sadari bahwa sekolah favorit belum tentu cocok untuk anak. Sekolah favorit terkadang membuat silau orang tua. Tidak ada jaminan kalau sekolah favorit adalah yang terbaik untuk anak kita.
Keenam,  sesuaikan dengan finansial. Janganlah memaksakan diri untuk memasukan anak kita ke sekolah yang terlalu mahal diluar kemampuan.  Orang tua harus realistis dalam memilih sekolah anaknya, carilah yang sesuai dengan kemampuan finansialnya.
Sekarang ini, dengan munculnya banyak sekolah, terutama sekolah swasta, setiap sekolah  menawarkan diri sebagai yang terbaik. Hal ini tidak ubahnya seperti produsen makanan yang  menawarkan barang yang mereka produksi. Semuanya mengiklankan diri sebagai makanan yang paling baik dan nomor satu. 
 Disamping keenam pertimbangan di atas, orang tua juga wajib mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan akhlak, moral dan agama yang berlangsung di sekolah tersebut. Jelasnya adalah adakah pelajaran, kegiatan,  muatan keagamaan serta moralitas yang diajarkan di sekolah tersebut.
Dalam kaitan ini maka sekolah-sekolah yang bercirikan keagamaan dapat menjadi alternatif orang tua dalam memilih sekolah. Sekolah model ini biasanya mengajarkan materi agama dan praktik ibadah yang lebih banyak dari sekolah pada umumnya. Dengan kelebihan ini, diharapkan anak-anak memiliki dasar pengetahuan dan pengamalan agama yang baik, sehingga dapat menjadi bekal ketika dewasa kelak.
Usia sekolah merupakan usia yang sangat baik dalam  pembentukan kebiasaan, budi pekerti  dan akhlak. Perilaku manusia dewasa sebagian besar mencerminkan perlakuan yang ia terima ketika masa kanak-kanaknya. Hal ini mengindikasikan betapa pentingnya lingkungan pendidikan agama yang baik bagi anak-anak kita dalam masa perkembangannya.
Alangkah bangganya orang tua, ketika mendapati anaknya yang masih belia tapi mampu menampilkan perilaku yang santun dan rajin menjalankan perintah Tuhannya. Semua itu tidak akan muncul begitu saja tanpa adanya upaya sungguh-sungguh dari orang tua dalam membiasakan kegiatan keagamaan tersebut.
Berbagai pertimbangan di atas mudah-mudahan bisa menjadi acuan bagi orang tua dalam memberikan pendidikan yang terbaik bagi anaknya. Semoga ikhtiar ini menjadi bagian dari tanggung jawab kita terhadap amanah yang Allah titipkan kepada kita.


Senin, 07 April 2014

KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM


KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM 
Oleh: 
Ust. Aminudin, M.Ag
(Ketua DKM Al-Muhajirin Griya Mitra Cinunuk-Cileunyi)

Ada beberapa istilah yang mengarah kepada pengertian pemimpin, sebagaimana ditulis di laman http://www.al-ulama.net/  yaitu : Umara atau ulil amri yang bermakna pemimpin negara (pemerintah),  Amir al ummah yang bermakna pemimpin ummat,  al-Qiyadah yang bermakna ketua atau pimpinan kelompok,  al-Mas'uliyah yang bermakna penanggung jawab, dan Khadim al- ummah yang bermakna pelayan ummat. Sedangkan Shihab (2011: 384) menyebutkan istilah lain, yaitu imam yang bermakna sesuatu yang dituju dan  Waly al-Amr bermakna pemilik urusan. Pemimpin dikatakan imam karena kepadanya mata dan harapan masyarakat tertuju. Dikatakan Waly al-Amr karena mendapat amanat untuk menangani urusan dan kepentingan umat sekaligus memiliki wewenang untuk memerintah.  “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.( QS. 4: 59).
Dari beberapa istilah tersebut dapat disimpulkan bahwa pemimpin adalah orang yang ditugasi atau diberi amanah untuk mengurusi permasalahan ummat, baik dalam lingkup jama'ah (kelompok) maupun sampai kepada urusan pemerintahan, serta memosisikan dirinya sebagai pelayan masyarakat dengan memberikan perhatian yang lebih dalam upaya mensejahterakan ummatnya, bukan sebaliknya, mempergunakan kekuasaan dan jabatan untuk mengeksploitasi sumber daya yang ada, baik SDM maupun SDA, hanya untuk pemuasan kepentingan pribadi (ananiyah) dan kaum kerabatnya atau kelompoknya (al-shabiyah).
Seorang pemimpin harus mampu mengantarkan diri dan bahwahannya dekat dengan Yang Maha Pemberi Sukses, karena sukses dan tidaknya organisasi, selain diantarkan oleh usaha dan kerja keras karyawan, juga yang paling utama adalah ditentukan oleh Yang Maha Pemberi Sukses. Dia pun tidak menggunakan jabatannya sebagai alat kekuasaan, tapi dimanfaatkan sebagai sarana ibadat dan bekal untuk simpanan Hari Akhirat.
Dalam sebuah Hadis, Rasulallah Saw., memperingatkan kepada para pemimpin, siapa pun dia, dari kelompok manapun dia, dan berapa pun yang dipimpinnya, hendaklah menjauhkan diri sejauh-sejauhnya dari menipu rakyat ataupun menipu angotanya. Sebagiamana sabdanya, “Tidak ada seorang hamba yang dipercaya memimpin rakyatnya oleh Allah Swt., lalu ia mati dalam keadaan menipu rakyatnya, melainkan Allah haramkan surge baginya.” ( HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam Hadis yang lain juga ditegaskan oleh Rasulallah Saw., bahwa setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban atas rakyat yang dipimpinnya pada hari Kiamat kelak (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud)
Bahkan dalam riwayat lain Nabi Saw., melaknat pemimpin yang dipercaya untuk mengurus urusan umat, lalu ia malah menyengsarakan mereka, sebagaimana sabdanya: “Ya, Allah siapa saja yang diberikan kekuasaan untuk mengurusi umatku, lalu ia menyengsarakan mereka, maka persulitlah ia. Dan siapa yang diberi kekuasaan, lalu ia mempermudah mereka, maka mudahkanlah ia” (HR. Muslim)
Islam menempatkan pemimpin yang adil dan amanah dalam derajat manusia yang tertinggi yang memperoleh berbagai penghargaan dan kehormatan, di antaranya  ia akan termasuk kelompok pertama yang dinaungi oleh Allah Swt., di antara tujuh kelompok utama yang dinaungi Allah pada hari kiamat kelak (HR Bukhari) ia pun akan berada di atas mimbar dari cahaya di hari Kiamat ( HR Muslim), dalam hadis yang lain Rasulallah Saw sampai menyatakan bahwa pemimpin yang yang adil termasuk tiga golongan manusia yang paling utama dan paling berhak masuk surga, di samping yang kedua adalah orang yang lembut dan penyayang kepada keluarganya dan orang miskin yang menjaga dirinya dari meminta-minta (HR. Muslim)
Oleh karena itu dalam Islam pemimpin yang memiliki sifat-sifat di atas berhak dan wajib diikuti. “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.”  (QS. 4: 59). Dalam ayat ini pun mengisyaratkan bahwa taat kepada pemimpin adalah mu’allaq atau bergantung pada apakah pemimpin tersebut taat kepada Allah dan Rasul-Nya atau tidak. Ciri ketaatannya ialah senantiasa kembali kepada Allah dan Rasul-Nya jika terjadi perbedaan pendapat atau perselisihan.
Tentang siapa pemimpin itu, Islam tidak membatasi ia dari ras dan kelompok mana, asal mengikuti dan menegakkan syariah, maka wajib ditaati sekalipun ia adalah seorang yang berkulit  sangat hitam yang kepalanya bagaikan buah anggur (saking hitamnya) (HR. Bukhari). Islam tidak membeda-bedakan warna kulit, ras ataupun bahasa  dalam kepemimpinan. Hal yang dinilai adalah ketakwaannya dalam menjalankan aturan dan syariat Allah.
Pemimpin dalam Islam itu adalah pelayan umat, maka jika diilustrasikan dalam bentuk piramida, piramidanya seperti piramida terbalik, dan pemimpin adalah yang di bawah. Maka siapapun yang menjadi pemimpin, dia harus mengeluarkan pengorbanan yang paling besar dibanding dengan orang yang dipimpinnya. Hal inilah yang telah dicontohkan oleh Rasulallah Saw. dan para Khulafa al-Rasyidin. Inilah dan pemimpin seperti inilah yang akan mendapatkan perlindungan di Hari dimana tidak ada perlindungan kecuali perlindungan Allah Swt.
 Tidak mudah terhimpun dalam diri seseorang sifat-sifat kepemimpinan yang sempurna sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulallah Saw dan para sahabatnya, tetapi kalaupun harus memilih, kaitannya dengan Pemilu anggota legislatif  maupun Pilpres  maka pilihlah yang paling sedikit kekurangannya, dan lakukanlah pilihan setelah upaya bersungguh-sungguh untuk mendapatkan yang terbaik.