Salurkan Zakat, Infaq, Shadaqah dan Wakaf anda ke ZISWAF al-Muhajirin

Panitia Renovasi Masjid Al-Muhajirin

renovasi Masjid Al-Muhajirin ke Bank Syariah Mandiri KCP Jatinangor an. Panitia Renovasi Al Muhajirin Nomor Rekening 1000-555-777

iklan

jazakamullah ahsanal jaza' semoga Allah SWT akan membalas kalian dengan balasan yang terbaik. aamiin yaa robbal 'alamiin...

Selasa, 26 Februari 2013

KEUTAMAAN MEMBANGUN DAN MEMAKMURKAN MASJID


Ust. Aminudin, M,Ag
KEUTAMAAN MEMBANGUN DAN MEMAKMURKAN MASJID
A.    Pengertian Masjid
Masjid secara bahasa berarti tempat yang digunakan untuk sujud. Kemudian penngertian tersebut dipakai untuk pengertian sebuah bangunan yang didirikan untuk tempat berkumpul kaum muslimin guna mengerjakan shalat. Arti masjid dikhususkan sebagai tempat yang disediakan untuk mengerjakan shalat lima waktu, sehingga tanah lapang yang biasa digunakan untuk melaksanakan shalat Id dan lainnya tidak disebut masjid. Masjid dalam pengertian syar’i merupakan tempat yang disediakan untuk mengerjakan shalat lima waktu untuk selamanya. Kemudian masjid ini mengalami perluasan fungsi sesuai dengan akar kata masjid itu sendiri; sajada-sujud yang mengandung makna tunduk dan patuh, maka hakikat masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah semata.
Tetapi asal arti masjid adalah setiap tempat di bumi yang dijadikan tempat sujud kepada Allah Swt. Pengertian ini didasarkan pada Hadits Jabir ra, dari Nabi Saw., beliau bersabda: “... dijadikan untukku bumi sebagai masjid dan alat bersuci, maka siapa saja dari umatku yang mendapati waktu shalat, hendaklah ia mengerjakan shalat (di mana saja berada).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini termasuk kekhususan yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad Saw, beserta umatnya, karena para Nabi sebelumnya hanya diperbolehkan mengerjakan shalat di tempat-tempat tertentu, seberti biara atau gereja.
B.     Membangun dan Memakmurkan Masjid
Banyak dalil yang menunjukkan perintah untuk membangun dan memakmurkan masjid, antara lain sebagaimana firman Allah Swt:
Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Taubah (9): 18)
Kategori memakmurkan masjid termasuk di dalamnya adalah membangunnya, menjaga kebersihannya, melengkapi sarana dan prasaranya, membuat penerangannya, mendirikan shalat di dalamnya, belajar mengajar ilmu-ilmu yang bermanfaat di dalamnya,
Nabi Muhammad Saw pun memberikan motivasi untuk membangun masjid, sebagaimana diriwayatkan dari Usman bin Affan, dari Nabi Saw. Bahwa beliau bersabda: “Barang siapa yang membangun masjid karena Allah, “(dalam riwayat Bukar ada tambahan lafaz)”:   semata-mata untuk mencari keridhaan Allah, niscaya kelak di surga Allah akan membuatkan rumah untuknya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Barang siapa yang membangun masjid, baik kecil maupun besar, semata-mata untuk mencari ridha Allah, niscaya kelak di surga Allah akan membangun rumah untuknya.” (HR. Tirmizi)
Tentang keutamaan membangun dan memakmurkan masjid, Rasulallah Saw pernah bersabda sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah ra:
“Sesunggguhnya di antara pahala amal dan kebaikan yang tetap akan diperoleh oleh seorang mukmin setelah meninggal adalah ilmu yang diajarkan dan dia sebarkan, anak shaleh yang dia tinggalkan, mushaf yang dia wariskan, masjid yang ia bangun, rumah musafir yang ia bangun, sungai yang ia alirkan airnya, atau shadaqah yang dikeluarkan dari hartanya pada waktu sehat dan pada waktu dia sangat memerlukannya. Semua itu akan tetap peroleh pahalanya setelah matinya.”
 ( HR. Ibnu Majah).
C.    Pembangunan Masjid Al Muhajirin

Masjid, khususnya masjid besar harus mampu melakukan sepuluh peranan sebagaimana yang diemban oleh masjid Nabawi, sejarawan mencatat yaitu sebagai:
1.      Tempat ibadah (shalat, zikir)
2.      Tempat konsultasi dan komunikasi
3.      Tempat pendidikan
4.      Tempat santunan sosial
5.      Tempat latihan militer dan persiapan alat-alatnya
6.      Tempat pengobatan para korban perang
7.      Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa
8.      Aula dan tempat menerima tamu
9.      Tempat menahan tahanan
10.  Pusat penerangan atau pembelaan agama 

Dalam konteks kekinian masjid dapat dikatakan berperan dengan baik apabila memiliki ruangan, sarana dan prasarana yang memadai untuk :
1.      Ruang shalat yang memenuhi syarat-syarat kesehatan
2.      Ruang khusus perempuan yang memungkinkan mereka keluar masuk tanpa bercampur dengan lelaki
3.      Ruang pertemuan dan perpustakaan
4.      Ruang poliklinik, dan ruang untuk pemulasaraan jenazah
5.      Ruang bermain, berolah raga, dan berlatih bagi remaja.
(Hasil Muktamar Risaltul Masjid 1975)
Masjid Al-Muhajirin yang tergolong masjid jami’ dituntut agar berfungsi sebagai pusat pembinaan umat, pastinya sarana yang dimiliki harus lengkap, menyenangkan dan menarik semua lapisan umat, baik dewasa, kanak-kanak, tua, muda, laki-laki maupun perempuan.
Mengingat saat ini fisik bangunan dan fasilitas masjid al-Muhajirin masih sangat terbatas, maka atas inisiatif pengurus dan jamaah, masjid al-Muhajirin yang kita cintai dan banggakan ini akan direnovasi dan dikembangkan menjadi masjid yang ideal.   
Mengingat biaya yang dibutuhkan cukup besar, maka partisipasi jemaah dan kaum  muslimin pada umumnya sangat-sangat diharapakan.
Rencana Pengembangan di mana masjid akan dibangun menjadi dua lantai dengan luas bangunan : 600 m2.  Estimasi biaya : Rp. 1.252.748.581,-  terbilang  (satu milyar dua ratus lima puluh dua juta tujuh ratus empat puluh delapan ribu lima ratus delapan puluh satu rupiah) biaya yang dibutuhkan rata-rata per meter persegi (m2) Rp. 2.087.914,30. Terbilang (dua juta delapan puluh tujuh ribu sembilan ratus empat belas rupiah).
Partisipasi jamaah dan kaum muslimin dapat berupa:
1.      Membantu pencarian dana dengan mengajukan proposal baik kepada instansi pemerintah, swasta, kepada para agniya atau pada diri sendiri.
2.      Pembelian atau penyebaran kupon infak shadaqah yang bernilai Rp. 5 000, Rp 10.000, Rp 15.000, dan Rp 20.000,
3.      Menjadi Donatur tetap yang pengumpulannya dapat melalui RT masing-masing.
4.      Lelang pembangunan masjid dengan harga/meter Rp 2.087.912,30 yang dibulatkan menjadi Rp 2.000.000,00/meter (dua juta rupiah saja) dengan pembayaran dapat diangsur dalam kurun waktu 24 bulan.

Akhirnya segenap pengurus DKM  dan panitia renovasi dan pengembangan masjid al-Muhajirin, mengajak kepada kaum muslimin dan muslimat untuk berlomba-lomba dalam kebajikan dengan menganggarkan sebagaian dari hartanya disalurkan untuk pembangunan masjid yang kita cintai dan banggakan.  Syukran jazaakumullah.


Minggu, 24 Februari 2013

IBADAH DENGAN RASA CINTA KEPADA ALLAH


A. Wahid
IBADAH DENGAN RASA CINTA KEPADA ALLAH
Seorang muslim terkadang menjadikan ibadah sebagai sarana untuk mendulang pahala sebanyak mungkin, sehingga ia berharap mendapatkan balasan dari Allah SWT berupa surga dan terhindar dari siksa api neraka. Berkaitan dengan hal ini ada sebuah dialog menarikantara NabiMuhamad SAW dengan sahabatnya. Seorang sahabat bertanya: “Apakah seorang mukmin akan dapat masuk surge dengan mengandalkan pahala yang ia peroleh dari proses ibadahnya?”Beliau menjawab; “Tidak!”.Selanjutnya Beliau bersabda; ”Tidak juga Aku,  kecuali  Allah telah memayungiku dengan rahmat danp engampunan-Nya”.[1]
Jelaslah bahwa sesungguhnya yang memasukan manusia kesurga adalah karena rahmat atau kasih saying dari Allah SWT. Bukan karena pahala dari hasil ibadahnya kepada Allah SWT. sebagimana yang disangkakan manusia. 
Namun demikian, dengan sifat rahman dan rahim, serta ghofurNya, Allah SWT menjanjikan sebuah reward (hadiah) bagi mereka yang mencintai-Nya.Sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. AliImran:31,
Artinya :”Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampun idosa-dosamu." Allah MahaPengampunlagiMahaPenyayang”. (Q.S. Ali Imran : 31)[2]
Proses mencintai biasanya diawali dengan pengenalan terhadap yang dicintainya terlebih dulu. Sama hal nya dengan Allah, seorang hamba yang berusaha untuk mencintainya, makalangkah pertama yang harus ia lakukan adalah dengan mengenal-Nya. Sidi Abdul Qadir Al Jilani menyebutkan bahwa ada tiga tahapan pengenalan seorang hambater hadap Allah SWT.[3]
Pertama, mengenal Allah melalui sifat-sifat-Nya.Dengan mengenalsifat-sifat Allah, baiksifat jalaliyah (yang berhubungan dengankeperkasaan Allah) maupun jamaliyahnya (yang berhubungan dengan kemurahan dankelembutan Allah) akan menjadikan manusia lebih akrab dengan Allah, sebab dengan mengetahui sifat-sifatNya ia tahu bagaimana karakter Dzat yang  ia cintai tersebut.
Keduaadalahdenganmengenalnama-nama-Nya.Nama-nama Allah yang baik, sebagaimanatercantumdalamasmaalhusnaakanmemberikansebuahkekuatanbagiseoranghambaketikaiaberdo’akepada-Nya. Hal ini Allah kemukakandalam Q.S. AlA’raf : 180.
Artinya : “Hanyamilik Allah asmaa-ulhusna, Makabermohonlahkepada-Nyadenganmenyebutasmaa-ulhusnaitudantinggalkanlah orang-orang yang menyimpangdarikebenarandalam (menyebut) nama-nama-Nya. nantimerekaakanmendapatBalasanterhadapapa yang telahmerekakerjakan.” (Q.S.AlA’raf : 180)[4]
Dan yang ketigaadalahdenganmengenalaf’al-Nya.Af’aldapatdiartikansebagaiperbuatan-perbuatan-Nya, artinyadenganmengenalperbuatan Allah berupaciptaan-ciptaan-Nyaakanmenjadikanmanusiamerasalebihdekatdengan Allah sehingga rasa cinta yang mendasarinyadalamibadahakantumbuhdengansendirinya.
Kembalikepadamasalahtujuandalamibadah.DalampandanganQuraishShihab, adanyapamrihatautujuandalamberibadahkepada Allah adalahsesuatu yang dibolehkan, karenatujuandisampingmerupakantujuanutamadapatjugamenjadi “jalan yang mengantar” ketujuan yang lebihutama,  danketikaitu, jalantersebuttidaklagimenjaditujuan.[5]
PandanganQuraishShihabininantinyaakanberbedadenganpandanganRabi’ah Al-Adawiyah yang tidakmenerimatujuan lain dalamberibadah, kecualiatasdasarcinta  (mahabbah) kepada Allah SWT. Sehinggaapapun yang dilakukanolehmanusiamakadasarnyaadalahharuskarenacinta, bukankarenatakutataukarenamengharapsesuatu.
Rasa cinta (mahabbah) seorang hamba kepada Tuhannya, seyogyanya  merupakan sebuah kesatuan tak terpisahkan  dengan ibadah yang dilakukannya. Seorang hamba diharapkan ketika beribadah didasari oleh rasa cinta kepada Allah SWT., bukan hanya karena menjalankan suatu kewajiban yang seolah-olah memaksa, dan karena tergiur untuk mendapatkan hadiah (pahala) berupa surga atau takut akan ancaman Allah berupa neraka.
Ketika rasa cinta kepada Allah sudah melekat dalam hati sanubari seorang hamba, maka seluruh perintah dan larangan yang termaktub dalam al-qur’an maupun hadits tidak dianggapnya sebagai sebuah beban yang sangat memberatkan, melainkan justru menjadi sarana bagi hamba tersebut untuk mewujudkan rasa cintanya kepada Sang Khalik.
Kecintaan seorang hamba kepada Tuhannya dalam beribadah merupakan sesuatu yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dalam kehidupannya, rasul begitu mencintai Allah SWT. Beliau adalah sosok manusia yang mulia yang sudah diampuni dosanya, sehingga seberapapun kesalahan yang dilakukan pasti akan terampuni, sebagaimana tercermin dalam sifat Beliau yang ma’shum. Kondisi semacam ini tidak menjadikan rasul lalai dalam menjalankan ibadah, justru sebaliknya rasul semakin meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadahnya. Satu hal yang menjadi dasar rasul melakukan itu adalah karena Beliau sangat mencintai Allah SWT.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimana cara menumbuhkan rasa cinta dalam ibadah kepada Allah SWT. terutama terhadap anak. Paling tidak ada empat langkah yang harus dilaksanakan.Pertama, riyadhoh, yaitu latihan atau pembiasaan dalam menjalankan macam-macam ibadah.
Kedua, mujahadah, yaitu kesungguhan atau upaya serius seorang hamba untuk mencintai Allah dengan melaksanakan berbagai perintahnya . Ketiga, menumbuhkan rasa bangga, orang tua harus menggali kebanggaan anak terhadap keber-Islamannya, dengan kebanggaan tentang Islam inilah, maka anak akan dengan sendirinya tumbuh rasa cinta kepada Allah SWT. Dan keempat, keteladanan dari orang tua akan perilaku yang menunjukan rasa cinta kepada Allah, akan menyebabkan anak didik terstimulasi kecintaannya kepada Allah SWT.
Demikianlah, sekelumit tentang beribadah yang didasari oleh rasa cinta kepada Allah SWT, dan upaya penanamannya pada anak, mudah-mudahan kita semua mampu menjadi orang yang selalu mahabbah kepada Allah SWT dalam menjalankan berbagai bentuk peribadatan dalam hidup ini.


[1]KH.M.CholilBisri, IndahnyaTasawuf, Yogyakarta, Pustakaalief, 2003.hlm. 2
[2]Departemen Agama, Al-Qur’andanTerjemahnya, Bandung, LubukAgung, 1989
[3]Sidi Abdul Qadir Al Jilani, FiqihTasawuf, Penerjemah Abdul GhaffardarijudulasliAl Ghuyah li ThalibiThariq al HaqfilAkhlaqwatTasawufwalAdab al Islamiyah, Bandung, PutakaHidayah, 2001, hlm.17
[4]Departemen agama, loc.cit
[5]M. QuraishShihab, MenyingkapTabirIlahi; Al-Asma’ Al-HusnadalamPerspektif al-Qur’an, Jakarta, LenteraHati, 2006. hlm.101

Jumat, 22 Februari 2013

LELANG MASJID AL-MUHAJIRIN

rencana masjid almuhajirin
Lelang Pembangunan Masjid Al-Muhajirin Komplek Griya Mitra Cinunuk Cileunyi.
Kami atasnama Panitia Pembangunan/renovasi Masjid Al-Muhajirin mengajak kepada para jama'ah khususnya Warga Komplek Griya Mitra umumnya Kaum Muslimin dan Muslimat dimanapun berada, untuk bersama-sama membangun rumah Allah Masjid Al-Muhajirin Griya Mitra. 
Insya Allah luas bangunan yang akan dibangun :
Luas Bangunan : 600m2 
Estimasi Biaya : Rp. 1.252.748.581,- 
biaya yang dibutuhkan rata-rata per meter persegi (m2) Rp. 2.087.914,30.
Kami mengajak kepada para jamaah kaum muslimin dan muslimat dimanapun berada untuk dapat berpartisipasi beramal jariyah dalam pembangunan tersebut. 
Alhamdulillah sampai saat ini telah terkumpul dari jamaah hasil lelang :
luas 11 M2 dengan biaya Rp. 22.000.000,- dengan jangka waktu 4 bln s.d 24 bulan.
atas nama panitia pembangunan kami mengucapkan jazakallah ahsanal jaza'
semoga kita senantiasa diberikan kemudahaan dalam mencari rizqi yang halal... 
siapa menyusul???? kami siap jemput....