Salurkan Zakat, Infaq, Shadaqah dan Wakaf anda ke ZISWAF al-Muhajirin

Panitia Renovasi Masjid Al-Muhajirin

renovasi Masjid Al-Muhajirin ke Bank Syariah Mandiri KCP Jatinangor an. Panitia Renovasi Al Muhajirin Nomor Rekening 1000-555-777

iklan

jazakamullah ahsanal jaza' semoga Allah SWT akan membalas kalian dengan balasan yang terbaik. aamiin yaa robbal 'alamiin...

Selasa, 11 Desember 2012

Menghisab Isi Hati

ust. Aris Saptiono


MENGHISAB ISI HATI
Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi. Dan jika kalian tampakkan apa yang ada di hati kalian atau kalian menyembunyikannya. Allah akan menghisabnya. Lalu Ia akan ampuni bagi siapa yang Ia kehendaki, dan Ia azab siapa yang Ia kehendaki. Dan Allah berkuasa atas segala sesuatu. Q.s. Al Baqarah : 284
Tafsir Ayat
Pada ayat ini Allah swt. menerangkan bahwa kepunyaan –Nyalah kerajaan langit dan bumi, segala isinya dan segala yang ada diantara keduanya. Ia mengetahui segala yang terjadi di langit-langit dan di bumi. Tidak ada apapun yang tersembunyi bagiNya walau selembut dan tersembunyi apapun. Dan Ia akan menghisab setiap hambaNya atas apa yang mereka perbuat dan bahkan yang baru dilintasan hati mereka.
Kesiapan berbuat taat
Turunnya ayat ini (yang menerangkan bahwa Allah akan menghisab setiap amal manusia, walau baru dilintasan hati, baik ataupun jelek) dirasakan amat sangat berat oleh para sahabat Nabi saw. waktu itu. Mereka faham siapakah orangnya yang mempu menjaga hatinya selama 24 jam secara terus menerus dari lintasan-lintasan kejelekan. Maka mereka sangat khawatir tidak akan bisa menjaga ketulusan niat di hati dan mereka sangat takut akan hisaban Allah terhadap amal-amal kecil yang tak disengaja dan tak terasa. Namun bagaimanapun hal ini menunjukan kesungguhan dan kemurnian, keimanan serta keyakinan mereka.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang bersumber dariAbu Hurairah, ia berkata, “Ketika turun ayat ini kepada Rasulullah saw, dirasakan sangat berat oleh para sahabat. Lalu mereka mendatangi Rasulullah saw. mereka berlutut dan berkata, “Ya Rasulullah,kami telah diberi kewajiban dari amal-amal yang kami mampu melaksanakannya, salat, saum, jihad, dan sadaqah, tetapi mengenai ayat ini kami tak mungkin berkemampuan untuk melaksanakannya”. Mendengar demikian Rasulullah saw. bersabda :
Inginkah kalian mengatakan seperti perkataan Ahli Kitab sebelum kalian, Kami mendengar tapi kami tak akan mentaati. Janganlah demikian , tapi ucapkanlah, “Kami mendengar dan kami taat, (jika sudah diupayakan semaksimal mungkin ternyata kami tidak mampu) kami harapkan ampunanMu.
Pada riwayat diatas, Rasulullah saw. menanamkan sikap optimis dalam menghadapi berbagai permasalahan kepada para sahabatnya terutama supaya mereka jangan terlebih dahulu menyatakan ketidakmampuan melakukan suatu amal, sebelum mencoba secara maksimal untuk melaksanakannya. Tetapi kalau sudah dilaksanakan dengan segenap kemampuan, dan ternyata amal itu benar-benar diluar batas kemampuan, maka besarlah harapan akan ampunan Allah swt. Dan beliau menjelaskan satu ajaran yang sangat mendasar, bahwa dalam pandangan Allah swt. suatu amal akan dihargai bukan hanya keberhasilannya, melainkan juga kesungguhan, kesabaran, dan ketakwaan dalam melaksanakannya.
Hisab dan ampunan Allah swt
Ketika para sahabat telah berusaha maksimal melaksanakan ayat diatas, Rasulullah saw. memberi kabar gembira pada mereka, dengan sabdanya :
“Sesungguhnya Allah telah memberiku maaf tentang umatku, akan apa yang terlintas dalam hati mereka (berupa kejelekan) selama mereka belum mengatakan atau melakukannya.” H.r. Al Jamaah.
Malah dalam riwayat Al Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, “Allah swt berfirman, “Jika hambaKu meniatkan satu kejelekan, janganlah dulu kalian (malaikat) mencatatnya, tetapi jika ia jadi mengamalkannya catatlah sebagai satu kejelekan. Dan jika ia niatkan satu kebaikan tetapi karena satu alasan tertentu tidak jadi mengamalkannya, catatlah oleh kalian sebagai satu kebaikan. Jika mengamalkannya catatlah sebagai sepuluh kebaikan.”
Kedua hadits ini tidak bertentangan dengan ayat diatas yang menyatakan bahwa setiap isi hati manusia akan dihisab, karena tidak selamanya penghisaban itu berakibat siksa. Dan Allah swt. akan mengampuni setiapniat jelek manusia selama masih terpendam rapi dalam hatinya, dan belum terucapkan atau teramalkan.
Dan ketika Rasul ditanya mengenai makna ayat diatas, beliau menyatakan bahwa kesalahan-kesalahan itu akan terimbangi dengan berbagai cobaan yang mengenai diri seorang hamba, asal dihadapi dengan kesabaran. Sabdanya, “Ini merupakan pengawasan Allah kepada hambaNya, dan tidaklah satu musibah menimpanya berupa penyakit, berbagai cobaan dan luka dibadannya, kecuali seorang mukmin akan bersih dari dosanya seperti keluarnya biji logam mulia dari bara api.” H.r. Ibnu Abu Hakim.
Khatimah
Berdasarkan ayat dan beberapa hadits diatas kita dituntut untuk lebih arif, bijaksana, dan mawas diri karena tidak semua yang ingin kita ucapkan harus diucapkan dan tidak semua yang ingin kita perbuat mesti dilakukan, tetapi hendaklah melalui pertimbangan yang matang agar terhindar dari akibat buruk baik di dunia mapun di kahirat. Hingga ketika Nabi saw. ditanya :
Muslim yang bagaimanakah yang utama itu? Beliau menjawab “Orang yang muslim lain terselamatkan dari lidah dan tangannya” H.r. At Tirmidzi
Walluahu a’lam Bish-shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar