Salurkan Zakat, Infaq, Shadaqah dan Wakaf anda ke ZISWAF al-Muhajirin

Panitia Renovasi Masjid Al-Muhajirin

renovasi Masjid Al-Muhajirin ke Bank Syariah Mandiri KCP Jatinangor an. Panitia Renovasi Al Muhajirin Nomor Rekening 1000-555-777

iklan

jazakamullah ahsanal jaza' semoga Allah SWT akan membalas kalian dengan balasan yang terbaik. aamiin yaa robbal 'alamiin...

Minggu, 10 November 2013

Bersatu Dalam Perbedaan



Bersatu Dalam Perbedaan
Oleh : 
K.H. Abdullah Gymnastiar

SAUDARAKU, alangkah indahnya taman bunga di sekeliling kita; aneka warna, aneka perbedaan, aneka ragam, dan bau wewangian. Sungguh, keindahan itu dapat diwujudkan karena adanya perbedaan. Keindahan bukan terwujud dari persamaan atau kesamaan warna kulit, bentuk, bahasa, dan lainnya. Perbedaan akan menjadi keindahan dan kian indah, apabila diikat dengan hati.
Saudaraku, Allah menghadirkan perbedaan dalam kehidupan di negeri ini. Alangkah indahnya kalau perbedaan ini kita pahami dan kita jadikan sebagai suatu potensi bagi terwujudnya persatuan. Ketahuilah, kita berbeda tapi sama-sama ciptaan-Nya.
Sudah cukup kita saksikan dan rasakan bersama, betapa tindakan-tindakan yang tidak bijaksana, bahkan anarkis (membuat kerusakan), tidak menyelesaikan masalah. Bahkan, yang terjadi adalah semakin buruknya masalah. Betapa tindakan-tindakan yang mengakibatkan kerusakan di mana pun dan kapan pun, ternyata memunculkan beragam masalah yang tiba-tiba datang.
Janganlah karena adanya perbedaan ini, kita malah saling menzalimi. Kejadian apa pun yang telah menimpa negeri ini, sudah semestinya menjadi pelajaran bagi kita semua. Di antara yang bisa kita ambil hikmahnya adalah kita harus memiliki tekad yang sama untuk membangun kebersamaan di negeri tercinta ini. Jangan biarkan kekerasan menjadi solusi dari permasalahan yang ada.
Lebih dari itu, masalah yang sedang menimpa kita semua adalah bagian dari karunia Allah SWT. Karunia Allah ini --sepanjang kita sikapi dengan cara yang benar-- dapat membuat kita menjadi semakin maju, beradab, dan semakin kuat dalam menghadapi masa yang akan datang.
Orang yang imannya kokoh tidak akan pernah merasakan kerugian dari setiap peristiwa yang terjadi. Ketika merasakan nikmat, kita bersyukur. Syukur itu adalah kebaikan. Jika tiba waktunya Allah memberikan ujian kepada kita, sabar adalah pilihannya. Kerugian hanyalah milik orang-orang yang tidak punya keyakinan yang kokoh dan tidak memiliki akhlak yang mulia.
Insya Allah, tidak ada yang salah dari perbedaan. Hal yang sering menjadi masalah adalah ketika kita tidak bisa menyikapi perbedaan yang ada. Bukankah Allah menciptakan keindahan itu justru dari perbedaan yang ada?
Indahnya kebersamaan justru dapat dirasakan jika kita memiliki pandangan untuk memandang sesuatu sebagaimana kita melihat suatu rangkaian bunga. Lihatlah, dalam sebuah rangkaian kita dapat menemukan bunga yang berwarna cokelat, merah, jingga, atau merah muda. Semuanya berpadu memberikan nuansa indah yang memikat mata untuk melihat. Ya, kita melihat keindahan justru melalui perbedaan.
Lantas, mengapa negeri kita ini harus tercabik-cabik satu sama lain hanya karena adanya perbedaan? Sadarilah, negeri kita menjadi sakit bukan karena perbedaan, tetapi karena kita belum terbiasa menyikapi perbedaan. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini, insya Allah kita akan mencoba menggali rumus sederhana dalam upaya membuat rangkaian bunga yang indah dari perbedaan yang ada. Kita mencoba merajut kebersamaan melalui suatu rumus sederhana, yakni rumus 5M.
M yang pertama adalah menyadari. Kita harus mulai melihat perbedaan ini dengan menyadari bahwa perbedaan itu pasti ada, dan bahkan harus ada.

M yang kedua adalah memahami. Artinya, kita harus senantiasa mencoba memahami setiap perbedaan yang ada.

M yang ketiga adalah memaklumi. Sejak saat ini, kita harus belajar untuk memaklumi setiap perbedaan yang ada di antara kita.

M yang keempat adalah memaafkan. Tidak jarang, perbedaan membuat adanya ketersinggungan-ketersinggungan. Oleh karena itulah kita harus mampu memberi keluasan maaf.

M yang kelima adalah memperbaiki. Terkadang perbedaan memang tidak selalu baik. Di sinilah perlu kemauan keras dari kita untuk memperbaiki, bukan menyalahkan.

**

Di sinilah, kita --umat Islam-- harus mulai memikirkan jalinan ukhuwah Islamiyah daripada memperbesar jurang perbedaan. Dalam suatu riwayat, Rasulullah saw. pernah bertanya kepada para sahabatnya, "Maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada salat dan saum?"

Sahabat menjawab, "Tentu saja!"

Rasulullah pun kemudian menjelaskan, "Engkau damaikan yang bertengkar, menyambungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan ukhuwah di antara mereka, (semua itu) adalah amal saleh yang besar pahalanya. Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali persaudaraan" (H.R. Bukhari-Muslim).

Saudaraku, dari hadis di atas, dapat kita renungkan bahwa betapa besar nilai sebuah jalinan persaudaraan. Oleh karena itu, memperkokoh pilar-pilar ukhuwah Islamiyah merupakan salah satu tugas penting bagi kita.

Lalu, bagaimana caranya agar roh ukhuwah tetap kokoh? Rahasianya ternyata terletak pada sejauh mana kita mampu bersungguh-sungguh menata kesadaran untuk memiliki kalbu (hati) yang bening, bersih, dan selamat.

Kalbu yang kotor yang dipenuhi sifat iri, dengki, hasud, dan buruk sangka --hampir dapat dipastikan-- akan membuat pemiliknya melakukan perbuatan-perbuatan tercela yang justru dapat merusak ukhuwah. Mengapa? Jika di antara sesama Muslim saja sudah saling berburuk sangka, iri, dan dengki, bagaimana mungkin akan tumbuh nilai-nilai persaudaraan yang indah?

Sekali lagi Saudaraku, adakah rasa persaudaraan dapat kita rasakan dari orang yang tidak memiliki kemuliaan akhlak? Tentu saja tidak! Kemuliaan akhlak tidak akan pernah berpadu dengan hati yang penuh iri, dengki, `ujub, riya, dan takabur. Di dalam kalbu yang kusam dan busuk inilah justru tersimpan benih-benih tafarruq (perpecahan) yang muncul dalam aneka bentuk permusuhan dan kebencian kepada sesama Muslim.

Nah, dari sinilah seyogianya memulai langkah untuk merenungkan dan mengkaji ulang, sejauh mana kita telah memahami makna ukhuwah Islamiyah. Dari ikatan persaudaraan ini pula Rasulullah saw. mengawali amanah kerasulannya.

Saudaraku, kekuatan ukhuwah memang hanya dapat dibangkitkan oleh kemuliaan akhlak. Oleh karena itu, tampaknya kita amat merindukan pribadi-pribadi yang bisa menorehkan keluhuran akhlak. Pribadi-pribadi yang buah pikirannya --walau sesederhana apa pun-- adalah buah pikiran yang sekuat-kuatnya dicurahkan untuk meringankan atau bahkan memecahkan masalah. Bukan hanya masalah yang menimpa dirinya, tetapi masalah yang terjadi pada orang-orang di sekelilingnya. Dengan begitu, berdialog dengannya, akan selalu membuahkan kelapangan. Wallahualam bishawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar