Salurkan Zakat, Infaq, Shadaqah dan Wakaf anda ke ZISWAF al-Muhajirin

Panitia Renovasi Masjid Al-Muhajirin

renovasi Masjid Al-Muhajirin ke Bank Syariah Mandiri KCP Jatinangor an. Panitia Renovasi Al Muhajirin Nomor Rekening 1000-555-777

iklan

jazakamullah ahsanal jaza' semoga Allah SWT akan membalas kalian dengan balasan yang terbaik. aamiin yaa robbal 'alamiin...

Rabu, 12 Juni 2013

TASAWUF


Aris Saptiono

TASAWUF
Di zaman Nabi Nuh a.s ada lima tuhan yang mereka sembah, Nuh a.s adalah Rasul pertama yang Allah utus di bumi, kaumnya sengaja mempertahankan penyembahan tuhan-tuhan itu agar Nuh a.s tidak didengar walaupun Nuh a.s sudah berusaha sedemikian rupa agar kaumnya selamat dari azab Allah. Tuhan-tuhan yang mereka sembah itu, sengaja diberi nama, paling tidak agar orang-orang meyakini kebenaran tuhan-tuhan itu.
Berkatalah mereka penyembah-penyembah berhala itu, “Janganlah kamu meninggalkan tuhan-tuhan kamu, janganlah kamu meninggalkan tuhan WAD, tidak SUWA’, tidak YAGUTS, YA’UQ, NASHR. Q.s Nuh : 23
Nama-nama diatas adalah nama-nama orang yang saleh, yang mendapat simpati dari manusia banyak, yang dianggap berjasa dan yang menjadi buah hati mereka, kemudian keberadaan mereka dilestarikan dengan cara mempatungkan dan mengabadikan nama-nama mereka, bukan hanya sampai disini, malah mereka lebih menghormati dan menganggap serba bisa setelah mereka mati, terus menerus mereka bertawasul dengan cara berdiam (semacam semedi) diatas kuburan-kuburannya dan menyampaikan permohonan agar memberi jalan keluar dari berbagai macam kesulitan.
Ummu Salamah adalah salah seorang yang hijrah ke Habsyah, muhajirin dari Mekkah ke Habsyah ini mendapat perlindungan dari Ashamah raja Habsyah yang bergelah Najasyi. Setelah mereka mendengar bahwa Rasulullah saw. telah hijrah ke Madinah dengan izin dan pengawalan tentara Habsyah mereka kembali langsung ke Madinah. Ummu Salamah menerangkan kepada Rasulullah saw, bahwa di Habsyah ia melihat sebuah runah ibadah ibadah (gereja) bernama Maria, ternyata Rasulullah saw telah melihat pula (dengan wahyu) bahwa mereka itu adalah suatu kaum yang bila orang-orang saleh dikalangan mereka mati, kemudian mereka mendirikan bangunan tempat ibadah diatasnya dan mempatungkan orang-orang yang mati itu, mereka itu adalah sejahat-jahat manusia menurut pandangan Allah swt. H.R Al-Bukhari
Apa yang dilakukan oleh kaum Nuh as. itu ada pengaruhnya pula terhadap orang-orang Nashara yaitu mereka menyembah tuhan mereka dengan keharusan dhahir (tampak), padahal bagaimana dapat dijamin, bahwa benar-benar patung yang mereka yakini itu demikianlah adanya, apalagi bila patung itu dibuat setelah yang dipatungkan itu telah terlalui oleh masa sekian lama dan dalam situasi dan kondisi teknologi tidak seperti zaman sekarang ini dan bagaimana bila nanti Isa as turun lalu ternyata bahwa gambar/patung itu tidak sesuai dengan kenyataannya.
Allah swt. menarik perhatian manusia, tatkala Muhammad saw. diutus bagaimana keadaan zaman yang terkenal dengan sebutan zaman Jahiliyyah, segolongan dari musyrikin memiliki berhala yang mereka namakan dengan nama-nama perempuan yaitu Al Lat, Al Uzza, Al Manat. Segolongan dari mereka juga mengatakan berhala-berhala tersebut dan juga malaikat-malaikat itu, anak-anak perempuan Allah, sedang mereka sendiri tidak suka kepada anak-anak perempuan, bahkan mereka bunuh, maka diayat-ayat ini Allah bertanya : Tunjukkanlah apa dia kekuasaan berhala-berhala (tuhan-tuhan kamu)! Patutkah kamu sandarkan perempuan-perempuan kepada Allah, sedang buat kamu sendiri kamu pilih yang laki-laki? Bukankah yang demikian itu pembagian yang tidak adil?
Yang tersebut tadi (diatas), tidak lain melainkan nama-nama bikinan kamu dan orang-orang tua kamu, yang mana tidak dengan izin Allah sedikit pun juga. Dalam hal tersebut, mereka yang musyrik itu menurut hawa nafsu, padahal dengan perantara Muhammad, Allah telah turunkan hidayah, tetapi mereka tidak mau turut. Apakah manusia yang musyrik dan kafir itu menyangka, dengan membikin dan menyembah berhala-berhala itu ia akan mendapat kebahagiaan di dunia dan dia akhirat. Maka persangkaan kaum musyrikin itu salah, mereka tidak akan mendapatkan keselamtan di dunia dan di akhirat, karena kedua-duanya itu adalah kepunyaan Allah, bukan kepunyaan berhala-berhala. A.H Hasan Tafsir Al Furqan :1040-1041
Dengan keterangan-keterangan diatas, sungguh telah jelas bahwa agama yang bersih itu adalah kepunyaan Allah, tetapi orang-orang yang menganggap tuhan-tuhan selain dari Allah itu mengatakan, “Kami tidak menyembah mereka melainkan agar mereka menghampirkan kami dengan suatu kedekatan dengan Allah.” Az-Zumar : 3
Allah telah mengutus RasulNya dengan membawa keterangan-keterangan yaitu Quran dan penjelasan-penjelasannya, tak ada yang beliau katakan dan beliau amalkan kecuali ada pembenarannya dalam Quran itu. Hal ini telah terbukti dalam waktu yang tidak singkat dan telah terbentuk sebuah jama’ah, yang terkenal dengan Jama’atul Ula (Sawadul A’dlam), sehingga terkenal, bahwa siapa pun yang sesuai dengan petunjuk Rasul dan amal para sahabatnya mereka itu adalah Ahlus Sunnah wal Jama’ah dimana dan kapan pun mereka berada.
Para ahli ilmu sepakat, bahwa yang dimaksud dengan Sunnah itu adalah : Kata, Perbuatan dan persetujuan beliau terhadap kata dan perbuatan para sahabatnya.
Dengan demikian Sunnah itu pun adalah wahyu sebagai penjelas Quran, sebagimana sabda beliau :
“Aku diberi Quran dan sebanyak itu pula bersamanya (penjelasannya).” H.R. Ahmad
Para sahabat pernah ditanya oleh beliau dengan pertanyaan sebagai berikut :
Bukankah kamu sudah bersaksi, bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya aku Rasulullah, mereka menjawab : “Benar”, selanjutnya beliau besabda, “sesungguhnya Quran ini (seperti seutas tali) satu ujung di tangan Allah dan ujung yang lainnya di tangan kamu, peganglah erat-erat, pastilah kamu tidak akan tersesat sampai kapan pun.” H.R. At-Thabrani.
Bila kita menyimak keterangan diatas, bahwa beliau itu adalah selaku penjelas Quran, ambil contoh : “Aqimus Shalah” (dirikanlah shalat) secara pribadi baliau tidak mengetahui, apa dan bagaimana itu? Karena itu dalam riwayat Isra Mi’raj, setelah baliau dipanggil Allah Ke langit, hanya menerima perintah shalat yang lima, belum jelas kapan waktunya, bagaimana caranya dan lain sebagainya.
Muhammad Rasulullah diutus bukan untuk mensurgakan siapa pun termasuk putrinya, tetapi beliau diutus untuk menunjukan jalan, karena siapa pun tak ada yang mengetahui baik jalan ke surga maupun ke neraka.
“Beramalah engkau Fatimah, karena aku tidak dapat membebaskanmu dari azab Allah sedikit pun.” H.R. Muslim
Disampaikan oleh sahabat Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw. telah bersabda :
“Semua umatku akan masuk surga kecuali yang tidak mau. Para sahabat bertanya, “siapakah yang tidak mau itu wahai Rasulullah?” Sabdanya, “siapa yang taat kepadaku akan masuk surga dan siapa yang durhaka keapdaku sungguh ia telah menolak (masuk surga itu).” H.R. Al-Bukhari, Fathul Bari, XII:310
Pernah pula para sahabat mendengar Aisyah ummul mukminin berkata, “Rasulullah saw. apabila memerintah apa-apa yang mereka mampu melakukannya”. Mereka berkat, “Sesungguhnya kami tidak sebagaimana engkau wahai Rasulullah, Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang.” Maka Rasulullah saw. marah sampai kemarahan itu terlihat diwajahnya yang paling taqwa dan paling mengetahui Allah itu adalah aku.” H.R. Al-Bukhari, Fathukl Bari, I:95
Dari kedua hadis diatas ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa siapa pun tidak akan mencapai kesucian, kebersihan dan keistimewaan dalam ber-Taqarub kepada Allah kecuali bila beramal sesuai dengan contoh Rasulullah saw.
Siapa pun tidak diizinkan membuat atau menciptakan tarekat-tarekat sendiri, apalagi dengan tarekat yang diciptakan itu lahir keyakinan akan memiliki kekuatan untuk melintas batas-batas kegaiban.
Hal seperti ini pada hakekatnya hanyalah merupakan tahayul belaka yang akan mengakibatkan terciptanya ibadah-ibadah diluar Sunnah Rasulullah saw. Bukankah yang demikian itumerupakan agama baru yang diciptakan atas nama Allah?
“Atau adakah bagi mereka sekutu-sekutu yang mengaturkan bagi mereka sebagai agama sesuatu yang tidak Allah izinkan.” Q.S. Asy Syura : 21
“Ketahuilah, Hanya Alla-lah yang mengetahui hal yang gaib dan Ia tidak menerangkan urusan gaib itu kepada siapa pun kecuali kepada seorang Rasul yang diridoiNya. Maka sesungguhnya Ia adakan di depanNya serta di belakangNya penjagaan.” Q.S. Jin : 26-27
Selain ayat ini masih banyak ayat-ayat lainnya yang semakna bahwa urusan gaib itu hanyalah dapat diketahui bila disampaikan oleh seorang nabi atau rasul dengan wahyu Allah swt yang sampai kepadanya.
Didalam sebuah hadis riwayat Muslim diceritakan bahwa Rasulullah saw pernah jatuh dari kudanya hingga bagian samping kanan badannya terdapat banyak lecet dan beliau tidak dapat mengimami shalat berjamaah sebagaimana biasanya. Maka para sahabat menjenguk dirumahnya, dan beliau pun mengimami shalat berjamaah sambil duduk.
Dengan keterangan ini jelaslah bahwa jika Rasulullah saw mengetahui hal gaib yaitu kejadian yang akan menimpanya, tentu beliau tidak akan berangkat. Jadi jangankan tentang gaibnya surga dan neraka, tentang apa yang akan menimpanya pun beliau tidak mengetahuinya. Maka apabila sesorang dengan alasan apapun menyatakan mengetahui hal gaib bukan karena berdasarkan wahyu dari Allah swt melalui NabiNya, maka ia sesat dan menyesatkan.
Cukuplah bagi yang beriman kepada Allah dan RasulNya, bahwa Rasulullah saw itu penuntun dan pembimbing cara ber-taqarrub dan beribadah kepada Allah swt. Yang pasti tidak ada satu pun jalan yang lain yang akan diterima oleh Allah kecuali mengikuti petunjuk dan bimbingan RasulNya itu.
Diceritakan oleh sahabat Ibnu Mas’ud bahwa pernah suatu ketika Rasulullah bersama-sama dengan para sahabat, lalu beliau menggoreskan sebuah garis lurus dengan tangannya, kemudian beliau pun membuat beberapa garis ke arah kanan dan kiri garis lurus itu. Maka beliau bersabda, “inilah As Subul (banyak jalan) yang tidak ada satu pun darinya kecuali niscaya padanya terdapat syaitan yang menyeru agar kejalan itu. Lalu baliau membacakan ayat, “Sesungguhnya inilah jalanku yang istiqamah, maka ikutilah oleh kalian jalan ini dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan itu karena kalian akan menjauh dari jalanku.” H.R. Ahmad-lihat Q.S Al An’am : 153
Sahabat Qatadah menjelaskan bahwa (makna) ayat ...”Sesungguhnya inilah jalanku yang lurus, ikutilah oleh kamu jalan ini dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (lain) itu..” adalah jamaah alhuda (jamaah Rasul dan para sahabatnya) yang tujuan lajunya adalah Al-Jannah (surga), sedangkan iblis sengaja menciptakan jalan-jalan lain yang terpecah-pecah, jamaahnya adalah jamaah dhalalah (kesesatan) yang arah lajunya ke An-Naar (neraka).
Sesungguhnya aku telah meninggalkan pada kamu sekalian yang apabila kalian berpegang teguh dengannya, kalian tidak akan tersesat selamanya, kitab Allah dan Sunnah RasulNYa. H.R. Al Hakim
Dengan uraian diatas telah gamblang, bahwa bila ada yang ber-taqarrub/beribadah kepada Allah swt untuk mencapai rahmat dan keridoan-Nya lebih dari pada Nabi saw. pastilah wajib bagi kita untuk tidak mengambil lebih itu, padahal tasawuf bukan bagian integral dari Islam.
Wallahu a’lam bish-shawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar