Salurkan Zakat, Infaq, Shadaqah dan Wakaf anda ke ZISWAF al-Muhajirin

Panitia Renovasi Masjid Al-Muhajirin

renovasi Masjid Al-Muhajirin ke Bank Syariah Mandiri KCP Jatinangor an. Panitia Renovasi Al Muhajirin Nomor Rekening 1000-555-777

iklan

jazakamullah ahsanal jaza' semoga Allah SWT akan membalas kalian dengan balasan yang terbaik. aamiin yaa robbal 'alamiin...

Kamis, 20 Desember 2012

MENGIMANI URUSAN GHAIB


aris saptiono

MENGIMANI URUSAN GHAIB
(Dia-lah Allah) yang mengetahui urusan ghaib, Dia tidak menerangkan kepada siapapun perkara ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya. Sesungguhnya Dia mengadakan penjagaan di muka dan di belakangnya. Supaya terbukti bagi-Nya, bahwa sesungguhnya mereka telah menyampaikan risalah-risalah Tuhan-Nya. Padahal ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu. Q.S. Jin:26-28
Tafsir Mufradat
(Alghaibu) makna asalnya adalah (Assatru) tertutupi, seperti kata (Ghaabasy Syamsu) apabila cahayanya tertutupi dari pandangan mata. Kemudian kata ini digunakan untuk setiap yang luput dari panca indera dan pengetahuan manusia. Dari kata ini terbentuk kata lain seperti (AlGhayabatu) yaitu seseorang menceritakan aib orang lain, yang sebenarnya tak perlu diceritakan. Dia (Alghayaabatu) yaitu tanah yang curam. Dan yang dimaksud pada ayat diatas adalah sesuatu yang keberadaannya di luar jangkauan panca indera dan tidak dapat dicapai dengan kemampuan akal tetapi hanya dapat diketahui dengan berita dari para nabi. Al-Mufradat:380-381. Tafsir Al-Qasimi,I:35
Tafsir Ayat
Ayat diatas menerangkan bahwa semua yang ghaib itu hanya Allah-lah yang mengetahuinya. Dan Ia menerangkan perkara ghaib itu hanya kepada para Rasul-Nya tentang apa yang Ia wahyukan kepada mereka dan tentang apa yang Ia tetapkan hukumnya. Serta Ia tidak memberitahukan hal itu kepada selain mereka.
Ayat diatas juga mengisyaratkan batal dan bohongnya orang-orang yang mengaku mnegetahui urusan ghaib, seperti dukun/paranormal, peramal bintang, tukang sihir dan orang yang mengaku memiliki karomah. Karena mereka itu jauh sekali jika dikatakan termasuk orang yang diridhai Allah, bahkan mereka termasuk yang dimurkai Allah. Dan kaum muslimin haram hukumnya mempercayai mereka.
Dari Ibnu Mas’ud, ia berkata, “Siapa yang mendatangi seorang dukun atau tukang sihir, kemudian membenarkan apa yang diramalkannya (urusan ghaib). Sesungguhnya ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad saw.” H.R. Al-Bazar
Ketika Ali bin Abu Thalib hendak memerangi kaum Khawarij pada peperangan Nahrawan, seorang peramal berkata kepadanya, “Jangan engkau berangkat pada waktu ini, tetapi berangkatlah tiga jam setelah siang!” Ali berkata, “Maksudmu, jika aku berangkat saat ini, bahaya dan kecelakaan akan menimpaku dan sahabat-sahabatku. Dan jika aku berangkat pada saat yang engkau ramalkan, kemenangan akan kuraih?” Ali berkata lagi, “Adalah Muhammad saw. tidak pernah mempercayai ramalan, begitu pun kami setelah beliau. Siapa yang yang membenarkan ramalanmu ini adalah seperti orang yang menyekutukan Allah, ‘Ya Allah, tidak ada ramalan kecuali ramalan-Mu dan tidak ada kebaikan kecuali kebaikan-Mu.” Kemudian ia berkata kepada peramal itu, “Kami mendustakanmu dan menyalahimu untuk berangkat pada saat yang engkau larang ini.” Kemudian dia menghadap pada orang-orang dan berkata, “Wahai manusia, hati-hatilah kamu terhadap ramalan yang akan membawa kamu kepada kegelapan di daratan dan lautan. Peramal itu seperti sihir, dan sihir itu seperti kafir dan kafir itu di neraka. Demi Allah jika engkau mempercayai ramalan dan mengamalkannya, aku akan kurung selamanya, dan Kuharamkan pemberian kepadamu selama aku berkuasa, ”Kemudian ia berangkat pada saat itu dan memenangkan peperangan tersebut. Setelah peperangan ini selesai, ia berkata, “Kalaulah kita berangkat pada saat yang diramalkan lalu mendapat kemenangan, pasti ada yang berkata, “Karena ia berangkat pada saat diramalkan”, padahal Muhammad saw. tidak pernah mempercayai ramalan begitu pun kita setelah beliau. Allah memberikan kemenangan kepada kita mengalahkan negeri Persia dan Romawi dan negeri lainnya, wahai manusia bertakwalah kepada Allah dan berpegang teguhlah dengan-Nya.” Tafsir Al-Qurtubhi,XIX:28-29
Mempercayai urusan ghaib wajib hukumnya, selama urusan ghaib tersebut bersumber dari wahyu, Alquran dan hadis yang merupakan mukjizat kebenaran risalah Nabi saw. selain itu haram mempercayainya.
Tidak semua urusan ghaib oleh Allah swt. diterangkan kepada Rasul-Nya, termasuk malaikat terdekat pun. Ada lima kunci ghaib hanya Allah-lah yang mengetahuinya, yaitu mengenai kiamat, tidak ada yang tahu kapan kejadiaanya. Mengenai turunnya hujan, siang atau malamkah. Mengenai janin yang ada pada rahim, laki-laki, perempuan dan apa warna kulit, rezeki, nasib, ajal, surga dan nerakanya. Mengenai apa yang besok akan dilakukan, baik-burukkah. Dan mengenai dimana seseorang akan mati.
Lihat, Q.S. Luqman:34
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Dari Ibnu Umar r.a Rasulullah saw. bersabda, “Kunci-kunci ghaib itu ada lima, tidak ada yang dapat mengetahuinya kecuali Allah. Tidak ada yang mengetahui apa yang akan terjadi besok kecuali Allah. Tidak pula kapan terjadi kiamat kecuali Allah. Tidak mengetahui yang ada di rahim kecuali Allah. Tidak pula kapan turun hujan kecuali Allah. Dan Tidak ada seseorang pun tahu dimana ia akan mati kecuali Allah.” H.R. Al-Bukhari dan Muslim
Oleh karena itu, jika ada orang yang mengaku memiliki ilmu tentang lima perkara ghaib tersebut, berarti ia telah mengangkat dirinya melebihi derajat Nabi dan Malaikat. Ia telah kufur terhadap Allah dan Rasul-Nya. Dan kaum muslimin haram mempercayainya.
Wallahu a’lam bish-shawab

MUI: UMAT ISLAM TIDAK USAH UCAPKAN SELAMAT NATAL

 
Majelis Ulama Indonesia menyarankan umat Islam tidak mengucapkan selamat Natal kepada pemeluk agama Nasrani. "Itu jadi perdebatan, sebaiknya enggak usah sajalah," kata Ketua MUI Bidang Fatwa Maruf Amin.

Meskipun melarang, Maruf meminta umat Islam menjaga kerukunan dan toleransi. Dia menyatakan ada fatwa MUI yang melarang untuk mengikuti ritual Natal.

Dia menegaskan, mengikuti ritual Natal adalah haram. "Karena itu ibadah (umat lain)," kata dia.

MUI telah mengeluarkan fatwa pada 1981 di masa Ketua Umum MUI Prof. Dr. Buya Hamka. Fatwa MUI yang ditandatangani Ketua Komisi Fatwa KH. Syukri Ghazali dan Sekretaris H. Masudi. Isi fatwa ini menyatakan haram mengikuti perayaan dan kegiatan Natal

Senin, 17 Desember 2012

Mencari Berkah

Aris Saptiono



Dan Alquran ini adalah satu kitab (peringatan) yang mempunyai barakah yang telah Kami turunkan. Maka mengapakan kamu mengingkarinya. Q.S. Al-Anbiya:50
Kata-kata barakah banyak sekali diungkapkan didalam Alquran dan hadis, dan sering juga diungkapkan dalam percakapan sehari-hari, baik yang berkaitan dengan waktu, tempat, barang maupun yang berkaitan dengan kehidupan manusia baik pribadi maupun masyarakat atau bangsa.
Kata-kata berkah ini di kalangan masyarakat lebih cenderung berkonotosi kepada sesuatu yang terlihat indah atau yang dirasakan menguntungkan atau menyenangkan menurut zahirnya.
Seperti usaha maju, jabatan meningkat, badan sehat, keluarga tenang, semuanya itu kedekatan berberkah. Namun apabila sebaliknya, maka dikatakan semua itu tidak ada berkahnya.
Karena itu apabila seseorang atau keluarga mengalami yang sebaliknya, yaitu tertimpa kemalangan, baik kerugian dalam perniagaan, pertanian, atau tertimpa penyakit hal seperti ini sering dikatakan kehidupannya tidak diberkahi.
Pemahaman tentang makna berkah seperti diatas itu tidaklah tepat dan bisa menyesatkan dan lebih sesat lagi apabila ada pemahaman bahwa berkah itu bisa didapatkan dari tempat-tempat tertentu yang dianggap keramat, seperti kuburan para wali dan lainnya atau dari orang yang dianggap memiliki pengetahuan tentang perkara gaib dan sebagainya.
Jika berangkat dari makna berkah seprti diatas, maka tidak heran apabila banyak orang yang pergi untuk mencari berkah dengan penuh semangat, seakan-akan pasti mendapatkan berkah itu, walaupun harus menempuh perjalanan yang jauh dengan ongkos yang mahal. Andaikan ia pulang, maka pulang dengan hati bahagia, dengan yakin berkah sudah didapatkan dan dibawa pulang ke rumah.
Kenyataan ini sering dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu untuk mengeruk keuntungan dari ketidaktahuan umat, baik oleh orang yang mengaku sebagai wali atau sebagai kuncen (penunggu para kuburan wali), atau tokoh-tokoh lain yang sengaja berpenampilan sebagai orang alim, disertai pengakuan bahwa dirinya mempunyai berkah atau mengaku bahwa dia tahu tempat-tempat berkah dan siap untuk memimpin upacara pengambilan berkah.
Mereka umpamakan berkah itu bagaikan beras atau air yang bisa ditimbang dan ditakar kemudian dibagikan menurut kemauan masing-masing.
Hal ini akan terus berlangsung dan sulit dihentikan, selama pemahaman tentang berkah masih seperti diatas, apalagi dengan adanya kelompok-kelompok tertentu yang sengaja merekayasa untuk melestarikan pemahaman seperti itu, karena merasa mendapat keuntungan dari kebodohan umat.
Untuk meluruskan makna berkah ini, kita coba mengungkap berkah itu dengan dua pertanyaan, yaitu “Apakah berkah itu?” dan “Siapakah pemilik berkah yang sebenarnya?”
Berkah ialah tetapnya kebaikan ilahi pada sesuatu perkara.
Berdasarkan takrif, jelas bahwa ada dan tidak adanya berkah pada sesuatu perkara bukan ditentukan oleh pandangan manusia dengan ukuran duninawi, tetapi diukur dengan ukuran ilahi.
Berkah itu hanyalah milik Allah swt. semata, Dia akan memberikan kepada apa dan siapa yang dikehendaki-Nya. Tidak ada satu makhlukpun yang berhak mengatur pemberian berkah dan Allah swt. Ayat-ayat dan hadis-hadis yang berkaitan dengan hal tersebut diatas sebagai berikut.
Maha berkah (Allah) yang pada tangan-Nya kerajaan. Dan Dia itu Mahakuasa atas segala perkara. Q.S. A-Muluk:1
Maha berkah (Allah) yangtelah menurunkan Alquran kepada hamba-Nya, agar ia menjadi nadzir (pemberi peringatan) kepada seluruh alam. Q.S. Al-Furqan:1
Ya Allah, Engkaulah sumbernya keselematan dan dari-Mu datangnya keselamatan. Mahaberkah wahai yang memiliki Kegagahan dan Kemuliaan. H.R. Al-Jamaah, Kecuali AL-Bukhari
Jelaslah bahwa pemilik berkah itu adalah Allah, tidak ada satu makhluk pun yang memiliki berkah, karena itu tidak ada satu makhluk pun yang bisa memberi berkah kepada yang lain.
Andaikan ada yang mengaku-ngaku bisa memberikan berkah atau ada yang mengatakan bahwa barang keramat, tempat atau waktu, itu semua bisa memberikan berkah itu adalah dusta belaka.
Rasulullah saw. sendiri tidak dengan begitu saja memberikan berkah kepada siapapun, beliau hanya memohon kepada Allah swt. agar Allah melimpahkan berkah, seperti kita bisa lihat dalam doa dibawah ini,
Semoga Allah memberikan berkah kepadamu, dan semoga Allah melanggengkan berkah-Nya kepadamu dan semoga dia menyatukan kamu dalam kebaikan. H.R. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah.
Namun tidaklah salah jika kita mengatakan bahwa barang, tempat atau waktu dan lain sebagainya, semua itu ada berkahnya, tetapi bukan berarti sebagai pemiliknya, itu adalah merupakan rahmat dari Allah bagi hambanya yang harus dipelihara jangan sampai berkurang nilai berkahnya atau hilang sama sekali.
Ayat diatas menerangkan bahwa Alquran itu mengandung berkah, karena diberkati oleh Allah swt. karena itu, jika ingin hidup penuh berkah ikutilah petunjuk Alquran.
Ada sekelompok orang yang berusaha untuk mendapatkan berkah dari Alquran dengan cara membaca surat Al-Ikhlas, Yaa siin, Ayat kursi dan yang lainnya dengan jumlah seratus kali atu lebih, katanya “Tabarruk kepada Alquran”.
Cara seperti itu tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah saw. karena tidak mungkin mendapatkan berkah dari Alquran dengan cara menyalahi sunnah Rasulullah saw.
Jika seseorang ingin mendapatkan berkah dari Alquran, hendaklah ia menerima segala ketetapan dalam Alquran itu dengan iman dan ikhlas, dengan demikian, kehidupannya baik perorangan maupun kelurga atau bangsa akan selalu terpimpin dengan pimpinan Allah Swt, maka selama dalam pimpinan-Nya, selama itu pulalah ada dalam berkah (kebaikan ilahi).
Namun apabila kehadiran Alquran itu tidak diterima dengan iman dan ikhlas bahkan isinya diingkari, maka tentu saja kehidupannya tidak diberkahi.
Pada dasarnya Allah swt, telah menetapkan berkah pada setiap perkara dan akan tetap berkah itu ada selama dalam ketetapan ilahi.
Dan kita sebagai hamba Allah telah menerima amanat itu dan wajib bagi kita semua untuk memelihara berkah itu.
Bagi siapa saja yang merasa kehilangan berkah, janganlah mencari ke tempat-tempat yang dianggap keramat atau kepada orang yang dianggap wali yang akibatnya akan lebih menjauhkan berkah itu darinya. Tetapi hendaklah ia menyadari bahwa setiap langkah hidupnya jika keluar dari pimpinan Allah, maka hakikatnya ia telah melepaskan diri dari berkah Allah, karena itu segeralah kembali kepada pimpinan Allah, maka dengan sendirinya berkah itu akan ada kembali.

Jumat, 14 Desember 2012

Menjegal Langkah Syetan

Al-Muhajirin
Sejarah munculnya syetan diawali ketika Allah SWT menciptakan iblis dan manusia (Adam). pada saat itu Allah SWT memerintahkan kepada iblis untuk sujud kepada Adam namun iblis membangkang karena merasa diri lebih mulia. Hal ini sebagaimana di jelaskan dalam firman Allah , "Dan (ingatlah) ketika kami berfirman kepada malaikat 'sujudlah kamu kepada Adam', maka sujudlah mereka kecuali iblis, ia enggan dan takabur dan adalah ia golongan orang-orang yang kafir" [QS Al-Baqarah: 34]. Ayat ini merupakan tonggak pertama pembangkangan mahluk terhadap Khalik (sang pencita. 
Sejak itulah tersusun agenda iblis untuk menyesatkan manusia, agenda itu bahkan direncanakan secara rapi oleh iblis sejak Nabi Adam dan Siti Hawa masih tinggal di syurga, hal ini terbukti dengan iblis menggoda keduanya, "Lalu keduanya digelincirkan oleh syetan dari syurga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan" [QS Al-Baqarah :36].
Diturunkanlah Adam dan Hawa berbarengan dengan iblis, sejak saat itulah perang dimulai antara yang hak dan bathil, antara manusia dan iblis yang akan berperang sampai kiamat tiba. 
Oleh karena itu kita harus selalu waspada dengan agenda-agenda syetan agar selamat dari jeratannya, yang dapat dilakukan antara lain:
  1. Berada dalam keikhlasan. Ikhlas merupakan pondasi keimanan seseorang, ketika ikhlas dalam diri kita hilang maka imanpun akan mulai rapuh sampai pada akhirnya manusia melakukan berbagai kemaksiatan. "iblis berkata: ' Ya Tuhanku oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka (manusia) memandang baik (perbuatan maksiat) dimuka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang muklis (iklas) diantara mereka" [QS. Al-Hijr: 39-40]. 
  2. Istiqomah dan beramal. Istiqomah sering diartikan teguh pendirian selalu konsekuen. jadi muslim istiqomah adalah muslim yang selalu mempertahankan keimanan dan aqidahnya dan situasi dan kondisi apapun. "Maka tetaplah (istiqomahlah) kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang sudah tobat beserta kamu dan jangalah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Mahamelihat apa yang kamu kerjakan." [QS Huud : 112] 
  3. Selalu membaca isti'adzah, Isti'adzah adalah do'a perlindungan yang biasa dibaca oleh orang yang hendak membaca Al-Quran. dengan membaca itu kita meminta perlindungan kepada Allah dari segala sesuatu yang tidak kita inginkan. Allah befirman: "Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syetan, maka berlindunglah kepada Allah, sesungguhnya Allah Mahamendengar lagi Mahamengetahui" [QS Al-'araf : 200].
Semoga kita senantiasa dapat mengafllikasikan ketiga strategi tersebut sehingga dapat terbebas dari bencana maksiat yang setiap waktu selalu mengintai. Aamiin. Wallahu'alam bish shawab...  

denah masjid 1

Denah Masjid Al-Muhajirin
dimohon ada usulan dari jamaah tentang gambar masjid (rencana perluasan masjid), atau mungkin ada diantara jamaah yang menguasai dibidang arsitektur, ditunggu sumbang sarannya. jazakallah,,

Rabu, 12 Desember 2012

denah masjid almuhajirin

Ini saya sampaikan gambar denah awal masjid yang akan kita kembangkan dan renovasi. Mohon gambar ini bisa disebarkan kepada jamaah atau yang lainnya yang yang mau memberikan sumbangsih pemikiran membuat maket / layout bangunan untuk pengembangan masjid yang kita cintai ini  .
Adapun bangunan yang akan kita kembangkan antara lain:
1.       Masjid yang bisa menampung sekitar 150 – 200 Jamaah baik laki-laki maupun perempuan. Tempat di usahakan ada sekatnya.
2.       Sarana terpadu / serbaguna termasuk ruang belajar yang kira2 bisa menampung sekitar 30 – 50 orang ( dua kelas)
3.       Ruang sekertariat DKM untuk mengurus aktivitas di masjid dengan memperhatikan seksi-seksi yang ada
Untuk maket/layout tersebut dipersilahkan dibuat  satu tingkat atau dua tingkat
Hatur Nuhun
Salam

Cecep Sarip Hidayat
Koordinator tim pembangunan dan pengembangan mesjid

UPAYA PENGGUNAAN MESJID SEBAGAI PEMBINAAN UMAT

ust. Aris Saptiono


UPAYA PENGGUNAAN MESJID SEBAGAI PEMBINAAN UMAT
Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, padahal mereka sendiri mengakui kekufuran mereka. Mereka itulah orang-orang yang sia-sia setiap amalnya dan akan kekal didalam neraka. Yang akan memakmurkan mesjid-mesjid allah, hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah swt. iman kepada hari akhir, medirikan salat, mengeluarkan zakat dan tidak takut (kepada apapun dan siapapun) selain kepada Allah, oleh karena itu, mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang terpimpin.  Q.S. At-Taubah:17-18
Sababunnuzul Ayat
Diriwayatkan bahwa skelompok pemimpin Quraisy pernah ditawan setelah usai perang Badar. Diantara mereka ada Al-Abbas bin Abdul Muthalib. Setelah mereka ditawan, datanglah beberapa orang sahabat Rasulullah saw. menemui mereka dan mencela kesyirikan mereka, Ali bin Abi Thalib pun tidak ketinggalan mencela (pamannya) Al-Abbas karena memerangi Rasulullah dan memutuskan silaturrahmi. Mendengar celaan mereka Al-Abbas tidak terima dan berkata, “Mengapa kalian hanya menyebut-nyebut kejelekan kami (Musyrikin Quraisy) dan menutup-nutupi segala kebaikan kami?” Ali balik bertanya, “Benar kalian punya kebaikan-kebaikan?” Al-Abbas menjawab, “Ya, kamilah yang memakmurkan Masjidil Haram, memutupi Ka’bah (dengan kiswah), menyediakan air bagi yang beribadah haji, dan membebsakan para tawanan”.
Setelah kejadian ini, turun ayat At-Taubah ayat 17, yang berkenaan dengan amal kaum musyrikin tersebut. (As-shabuni,I:520) dan pada ayat selanjutnya (At-Taubah:18), Allah swt. menjelaskan kriteria orang-orang yang layak memakmurkan mesjid-mesjid Allah swt.


Tafsir Ayat
Dalam perjalanan sejarahnya keberadaan mesjid merupakan tempat yang sangat penting untuk membangun masyarakat yang berkualitas. Maka perlu kita benahi sekarang ini adalah mengupayakan agar mesjid menjadi pusat pembinaan umat ini benar-benar berfungsi sebagai wahana pembinaan umat.
Orang-orang yang mampu memakmurkan mesjid dengan kriteria seperti ayat diatas, bisa benar-benar tercetak bila mesjid yang menjadi pusat penggemblengannya tertata rapi, terorganisasi, dipenuhi oleh orang-orang yang berkeinginan untuk memelihara dan memakmurkan mesjid, bukan sebaliknya malah mencari kemakmuran dari mesjid. Dengan kata lain sangat bergantung kepada penerapan pengelolaan yang termasuk dalam perintah Allah swt., sebagaimana tersebut pada ayat diatas. Makna memakmurkan mesjid pada ayat diatas, juga berarti mengelola, mengurus dan melaksanakan segala kegiatan mesjid. Maka dalam hubungan inilah diperlukan penjelasan yang lebih jelas lagi, seperti dinyatakan dalam firman Allah swt. (Q.S. At-Taubah:108), “Mesjid dibangun atas dasar takwa semenjak permulaananya, lebih berhak jika kamu berdiri didalamnya”. Ini menegaskan hendaknya mesjid didirikan atas dasar takwa, yang tentu juga harus berdasarkan keimanan dan ilmu, termasuk didalamnya terampil dalam mengelola dan memakmurkannya.
Cara memakmurkan mesjid ada dua macam, ada secara hissiyah dan secara maknawiyyah. Secara hissiyyah dengan cara membangun dan memelihara dan secara maknawiyyah mengisinya dengan salat dan dzikir kepada Allah swt. hal ini dapat diketahui dengan penjelasan Allah swt. pada ayat diatas yang mengaitkan pemakmuran mesjid dengan keimanan. Oleh karena itu, didalam satu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Baihaqi, Rasulullah saw., pernah bersabda,
Apabila kalian melihat seseorang yang hatinya terkait di mesjid, maka persaksikanlah dengan keimanannya. Shifwat At Tafsir,I:527.
Bagi pemakmur-pemakmur mesjid yang memakmurkannya baik secara hissiyyah ataupun maknawiyyah dengan memenuhi kriteria yang digariskan pada riwayat diatas, terdapat beberapa keterangan dari Rasulullah saw., tentang penghargaan dan pahala yang akan mereka peroleh di dunia dan akhirat.


Khatimah
Jika kita menengok ke belakang kepada perjuangan Rasulullah saw. dalam membangun, membina dan manata umat, beliau tidak memulai perjuangan dari pembangunan mesjid yang megah, pesantren dan sarana-sarana lainnya, akan tetapi beliau memulai perjuangannya dengan membangun diri-diri pemakmur mesjid. Dengan kata lain, beliau mendahulukan pembangunan sumber daya manusianya dari pada sarana- sarana penunjang perjuangannya.
Sejarahpun mencatat, di Mekkah Rasulullah saw. tidak mendirikan satu bangunan apapun, tetapi beliau membina sahabat-sahabatnya di rumah Al-Arqam bin Abi Arqam. Dan baru di Madinahlah beliau mendirikan sebuah mesjid yang sederhana, karena pemakmurnya sudah dipersiapkan.
Hanya yang patut disayangkan dewasa ini, tidak sedikit saudara kita yang lebih mementingkan dan mendahulukan membangun sarana-sarana peribadatan dan pendidikan tanpa terlebih dahulu memikirkan siapa pengisi dan pemakmurnya. Akibatnya dapat kita lihat berapa banyak mesjid yang berdiri megah dengan tidak jelas siapa imamnya, dan tidak sedikit pesantren yng dibangun mentereng dengan asatidz yang kurang berkualitas. Ini adalah tugas kita semua untuk memecahkannya.
Sebagai akhir tulisan ini, ada baiknya kita perhatikan perkataan Ibnu Abbas setelah beliau memahami secara mendalam akan arti dan tujuan ayat diatas. Beliau berkesimpulan, “Barangsiapa yang mendengar adzan untuk salat, ia tidak menjawab dan tidak pergi ke mesjid, tetapi ia malah salat di rumahnya, maka tidaklah sempurna salatnya dan ia telah maksiat terhadap Allah swt. dan Abul Qasim”. H.R. Muslim.
Wallahu a’lam bish-shawab