Salurkan Zakat, Infaq, Shadaqah dan Wakaf anda ke ZISWAF al-Muhajirin

Panitia Renovasi Masjid Al-Muhajirin

renovasi Masjid Al-Muhajirin ke Bank Syariah Mandiri KCP Jatinangor an. Panitia Renovasi Al Muhajirin Nomor Rekening 1000-555-777

iklan

jazakamullah ahsanal jaza' semoga Allah SWT akan membalas kalian dengan balasan yang terbaik. aamiin yaa robbal 'alamiin...

Senin, 20 Januari 2014

Biografi Nabi Muhammad Bag I


BIOGRAFI NABI MUHAMMAD BAG I 
oleh :
Ust. Aminudin, M.Ag


A.  KELAHIRAN  NABI MUHAMMAD  SAW DAN PENYERANGAN  PASUKAN BERGAJAH

1.    Kelahiran Nabi Muhammad Saw
Nabi Muhammad Saw dilahirkan dari seoraang ibu bernama Aminah  binti Wahab.  Ayahnya bernama  Abdullah bin Abdul Muthalib. Nabi Muhammad Saw lahir  di Mekah  hari Senin tanggal, 12 Rabiul Awal tahun gajah, bertepatan dengan 20 April 571 Masehi. Abdullah tidak sempat menyaksikan kelahiran anaknya, sebab Abdullah telah wafat saat Nabi Muhammad masih dalam kandungan ibunya.
Tahun kelahiran Nabi Muhammad Saw dikenal dengan tahun gajah waktu itu  bertepatan dengan  peristiwa  penyerangan kota Mekah oleh tentara bergajah di bawah pimpinan Abrahah, seorang panglima perang negeri Yaman yang amat termahsyur karena kebengisan dan kekuatan pasukannya dia  membawa pasukan berjumlah 6000 orang. Mereka bermaksud untuk menghancurkan Ka’bah, tetapi Allah Swt mengga-galkan rencana mereka. Tentara bergajah itu dihancurkan oleh Allah Swt  dengan mengirimkan pasukan burung Ababil yang melempari tentara bergajah dengan batu-batu kerikil yang sangat panas sehingga tentara bergajah itu musnah. Peristiwa penyerangan tentara bergajah diabadikan oleh Allah dalam al- Quran surat al-Fiil.
Artinya :
1. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah ?
2. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka'bah) itu sia-sia?
3. dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong,
4. yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,
5. lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).
    ( QS. al-Fiil :1-5)


Sungguh mudah bagi Allah Swt untuk menghancurkan orang-orang yang durhaka. Abrahah dan pasukan bergajahnya hancur lebur. Kota Mekah utuh seperti apa adanya. Begitu pula Ka'bah tetap berdiri dengan anggun, tidak lecet sedikit pun.

2. Alasan  Abrahah Ingin Menghancurkan Kabah
Mekah dari dulu hingga sekarang selalu ramai dikunjungi oleh orang-orang  yang beribadah Haj, karena begitu banyak orang yang datang Mekah berkembang menjadi kota yang maju dan penduduknya hidup dalam keadaan makmur. Hal itu menimbulkan rasa iri pada diri Abrahah dan timbul pikiran buruk untuk  menghancurkan Ka'bah, agar orang-orang mengalihkan peribadatan ke negerinya di Yaman. Abrahah telah mendirikan sebuah gereja yang besar dan indah. 
Sebelum melakukan penyerangan ke Mekah,  ia terlebih dahulu mengirimkan seorang utusan yang  menganjurkan bagi penduduk Mekah, agar mereka beribadah haji di Yaman saja. Jika tidak  maka Kabah akan dihancurkan. Ancaman itu tidak di hiraukan oleh penduduk Mekah, mereka tetap saja beribadah di Mekah karena penduduk Mekah pembangkangan akhirnya Abrahah benar-benar marah dan memerintahkan seluruh pasukannya menghancurkan Ka'bah, tetapi maksud busuknya itu digagalkan oleh Allah Swt.

3. Detik-Detik Penghancuran Tentara Bergajah
Abrahah dan pasukan bergajahnya mulai mendekati Ka'bah. Abrahah merasa yakin akan dapat menghancurkan Ka'bah dengan mudah, tetapi Allah Swt melindungi Kabah. Gajah-gajah tersebut tidak mau mendekati Kabah seolah-olah tahu bahwa sebentar lagi mereka akan mengalami nasib buruk.
Benar saja gerombolan burung Ababil dengan jumlah  ribuan bahkan mungkin jutaan melayang-layang tepat di atas mereka. Jumlah burung sebanyak itu bagaikan kumpulan awan hitam siap menyambar musuh-musuh AllahSwt. Di antara paruh dan kaki Ababil itu  terdapat bara api yang sangat panas berasal dari kerikil neraka.   Bara api itu mereka jatuhkan tepat di atas kepala  Abrahah dan pasukannya. Satu per satu mereka dihujani bara api. Satu bara api yang sebesar kerikil itupun mampu melelehkan kulit dan menghanguskan tubuh  mereka. Hancurlah mereka sebelum mereka berhasil menghancurkan Ka'bah.


B.   MASA KANAK-KANAK NABI MUHAMMAD SAW

1.    Nabi Muhammad Saw Dalam Asuhan Ibu Kandungnya
Nabi Muhammad Saw lahir ke dunia dalam keadaan yatim, ayahnya  meninggal saat  beliau Nabi Muhammad masih dalam kandungan ibunya. walaupun lahir dalam keadaan yatim  ia  tidak kehilangan rasa kasih sayang, ibunya merawat dengan penuh kasih sayang begitu pun kakeknya Abdul Muthalib menyambut kelahiran cucunya dengan riang gembira bayi yang baru dilahirkan lahir itu  dibawa ke ka’bah. Lalu diberi nama Muhammad yang berarti terpuji dengan nama itu berharap agar kelak menjadi orang yang terpuji.

Nabi Muhammad Saw tidak lama dalam asuhan ibunya, setelah tujuh hari dari kela-hirannya Nabi Muhammad dititipkan kepada wanita dari desa. Hal ini sudah men-jadi kebiasaan bangsawan  menitipkan bayinya kepada wanita yang hidup di pedesaan  dengan tujuan bayinya itu dapat menghirup udara yang bersih terhindar dari kebiasaan buruk  orang-orang kota dan agar dapat berbicara dengan bahasa yang baik.

2.    Nabi Muhammad Saw Dalam Asuhan Orang Lain
Dengan berat hati  Aminah menyerahkan anak yang dikasihinya kepada orang  lain yang dianggap mampu untuk mengasuhnya. Wanita beruntung  untuk mengasuh  Nabi Muhammad saat bayi yaitu Suwaibah. Ia merawat,  mengasuh dan menyusuinya dengan penuh tanggung jawab.  Tidak lama Nabi Muhammad  dalam pengasuhan Suwaibah.  Kemudian diasuh oleh Halimah, seorang wanita yang berasal dari Bani Sa’ad.  Wanita-wanita dari Bani Sa’ad sudah terkenal sebagai tukang menyusui dan mengasuh anak yang baik.
Halimah pada awalnya enggan untuk menerima Nabi Muhammad sebagai anak asuhnya karena anak yatim. Halimah khawatir dengan menyusui anak yatim  akan sedikit upah yang akan diterimanya setelah berunding dengan suaminya akhirnya menyatakan kesediaan untuk mengasuhnya. Halimah sangat mencintainya bahkan menganggapnya sebagai anaknya sendiri. Dalam pengasuhan Halimah, beliau  tumbuh dengan baik, sehingga dalam usia tiga bulan sudah mampu berdiri, usia lima bulan sudah mampu berjalana, dan ketika usia sembilan bulan sudah fasih berbicara.
Selama mengasuh Nabi Muhammad keluarga Halimah diberi keberkahan oleh Allah Swt, misalnya kambing peliharaan Halimah yang dulu kurus-kurus menjadi gemuk-gemuk dan menghasilkan susu yang banyak,  pohon kurma yang dulu kering kini menjadi hijau dan berbuah lebat.  Demikianlah Allah memberikan keberkahan kepada keluarga Halimah yang telah dengan ikhlas mengasuhnya.    

3.    Ibu Nabi Muhammad Saw Wafat
Ketika menginjak usia lima tahun Nabi Muhammad  diserahkan kembali oleh Halimah kepada ibunya, maka kini Nabi Muhammad kembali dalam asuhan,  pemeliharaan, penjagaan, dan kasih sayang ibunya. 
Ketika usia enam tahun  Nabi Muhammad dibawa ke Madinah untuk diperkenalkan kepada saudara-saudaranya dan berziarah ke makam ayahnya. Saat perjalanan pulang ke Mekah tepatnya di daerah yang bernama Abwa,  tiba-tiba ibunya sakit dan akhirnya meninggal dunia.
Setelah pemakan ibunya lalu Nabi Muhammad dengan penuh kesedihan meneruskan perjalanan menuju Mekah ditemani oleh Ummu Aiman pembantunya. Sesampainya di Mekah diserahkan kepada Abdul Mutalib.

4.    Nabi Muhammad Saw Dalam Asuhan Kakeknya
Setelah ibunya meninggal dunia, Nabi Muhammad diasuh oleh kakeknya yang bernama Abdul Mutalib. Abdul Mutalib merawat dan mengasuhnya dengan penuh cinta dan kasih sayang, sehingga Nabi Muhammad Saw hidup bahagia dan merasa terhibur  dalam asuhan kakeknya.
Kebahagian Nabi Muhammad Saw dalam asuhan kakeknya  tidak begitu lama hanya selama dua tahu, sebab kakeknya sudah cukup tua dan akhirnya meninggal dalam usia 84 tahun.

5.    Nabi Muhammad Saw Dalam Asuhan Pamannya
Setelah kakeknya Abdul Muthalib meninggal Nabi Muhammad Saw diasuh oleh pamannya yang bernama Abu Talib, seorang yang memiliki perasaan yang halus dan memiliki kedudukan yang terhormat di kalangan Quraisy  juga  salah satu dari tokoh kaum Quaisy yang  disegani.Abu Talib mengasuh dan merawat Nabi Muhammad Saw dengan penuh kasih sayang,  bahkan kasih sayangnya itu melebihi kasih sayangnya terhadap anak-anaknya sendiri. Melihat sifat dan tingkah laku Nabi Muhammad Saw yang sangat baik, ramah dan selalu  berprilaku baik,  berbudi luhur, suka berbakti dan baik hati, membuat  Abu Talib  semakin hari semakin sayang  kepada Nabi Muhammad saw.
                            Silsilah Nabi Muhammad Saw


                                            

C.   MASA REMAJA NABI MUHAMMAD SAW
1. Nabi Muhammad Saw Sebagai Penggembala Kambing
Memasuki usia remaja Nabi Muhammad Saw mulai memiliki kesadaran untuk berbuat baik kepada paman dan keluarganya yang telah menyayanginya. Dia ingin membalas kebaikan pamannya dengan hidup mandiri dengan cara menjadi penggembala kambing milik keluarga  dan juga kambing penduduk Mekah yang lainnya.
Pekerjaannya sebagai penggembala kambing menghasilkan upah yang cukup untuk meringankan beban keluarga pamannya. Di samping itu dari pekerjaannya sebagai penggembala kambing, ia pun mendapatkan pelajaran yang berharga karena pekerjaan ini memerlukan keuletan kesabaran dan keterampilan dalam bertindak.

2. Perjalanan Dagang Nabi Muhammad Saw ke Syam Pertama
Ketika usia Nabi Muhammad Saw  menginjak dua belas tahun,  dia menyatakan dirinya untuk ikut menemani pamannya berdagang ke negeri Syam.Awalnya  Abu Talib merasa keberatan dengan keinginan keponakannya itu, mengingat jauhnya perjalanan yang akan ditempuh dan sulitnya perjalanan melewati padang pasir.  
Sesampainya di suatu tempat yang bernama Busra bertemu dengan seorang pendeta bernama Buhairah yang melihat adanya tanda-tanda kenabian pada diri Nabi Muhammad. Ia menyarankan agar jangan terlalu jauh memasuki Syam, sebab dia khawatir ditemukan oleh orang Yahudi yang pasti akan menganiayanya        . Atas saran itu pamannya segera menyelesaikan perdagangannya lalu segera pulang ke Mekah.

3. Perjalanan Dagang Nabi Muhammad Saw Ke Syam Kedua
Perjalanan ke Syam yang  kedua dilakukan oleh Nabi MuhammadSaw saat beliau berusia 25 tahun.  Kepergiannya ke Syam tidak lagi didampingi oleh pamannya. Beliau mulai berdagang sendiri menjual barang dagangan milik saudagar kaya raya bernama khadijah dalam perdagangan ini memperoleh laba yang sangat besar.


 D. MASA DEWASA NABI MUHAMMAD SAW
1.  Pernikahan Nabi Muhammad Saw Dengan Khadijah
Kini usia Nabi Muhammad Saw sudah memasuki masa dewasa, usianya telah mencapai 25 tahun, beliau telah memiliki pekerjaan yang tetap, yaitu sebagai pedagang yang berhasil. 
Dalam setiap perjalanan dagangnya selalu menghasilkan laba yang banyak, Keberhasilan Nabi Muhammad Saw dalam berdagang karena diperdagangannya itu dilakukan dengan cara-cara yang penuh kejujuran, tekun, dan ramah, memberikan pelayanan yang baik,dan disertai dengan keahlian dalam berdagang.  
Keberhasilan dan sifat-sifat terpuji Nabi Muhammad terdengar oleh  Khadijah seorang perempuan terhormat, kaya raya berharti mulia dan dermawan, ia tertarik untuk bekerja sama dalam perdagangan. Tawaran kerja sama yang disampaikan  Khadijah disambut baik oleh Nabi Muhammad Saw.
Tidak lama kemudian beliau berangkat menuju Syam dengan membawa barang-barang milik Khadijah ditemani oleh Maisarah pembantu  Khadijah. Setibanya di Syam beliau  menggelar barang dagangannya  yang banyak diminati pembeli,  sehingga dalam waktu yang singkat sudah habis terjual.  Kemudian bergegas pulang ke Mekah. Berkat kerja sama dalam perniagaan dengan Nabi Muhammad Saw,  Khadijah memperoleh keuntungan yang sangat besar.
Khadijah sangat gembira dapat bekerja sama dengan seseorang yang sangat jujur dan mau berkorban  untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik dan menerima imbalan yang diterimanya dengan perasaan puas sampai akhirnya Khadijah pun tertarik hatinya untuk menikah dengannya.
Lamaran pun disampaikan dari pihak keluarga  Khadijah. Lamaran disampaikan kepada Abu Talib. Setelah terjadi kata sepakat pernikahan pun dilangsungkan.  Pada waktu menikah Nabi Muhammad berumur 25 tahun,  sedangkan   Khadijah berumur 40 tahun. Dengan maskawin 20 ekor unta.  Setelah diberlangsungkan pernikahan Nabi Muhammad pindah ke rumah Khadijah,  mereka memulai hidup barunya sebagai suami isteri yang  saling mencintai.
Selama membina rumah tangga Nabi MuhammadSaw tetap bergaul dan hidup bermasyarakat  dengan penduduk Mekah lainnya. Beliau menilai bahwa  Khadijah merupakan wanita terbaik, wanita yang subur dan penuh kasih, ia  menyerahkan seluruh dirinya kepada beliau, mereka hidup bahagia sebagai suami istri dan mendapatkan  anak laki laki dan perempuan yaitu: Qasim,  Zainab,  Ruqayyah,  Umi Kulsum,  Fatimah,  dan Abdullah.
  Qasim adalah anak laki laki pertama, ia meninggal ketika masih kecil sekitar berusia 2 tahun. Zainab anak yang kedua, ia lahir 5 tahun Setelah Nabi Muhammad menikah dengan Khadijah.   Ruqayyah putri kedua nabi muhammad, ia lahir 3 tahun setelah kelahiran Zainab, Ummu Kulsum merupakan putri yang ke 3, dari nabi Muhammad hasil pernikahannya dengan Khadijah. Fatimah merupakan putri Nabi Muhammad ke-4, ia merupakan anak bungsu,  lahir 1 tahun setelah ayahnya diangkat menjadi rasul.

2. Peletakan Hajar Aswad
Ketika keadaan Ka’bah sudah mulai rusak, bahkan saat terjadi banjir besar  melanda Mekah, seluruh bangunan Kabah hampir roboh, maka masyarakat Quraisy bergotong royong  untuk membangun kembali seperti keadaan semula. Pada awalnya mereka bersatu padu membangun Ka’bah kembali tetapi ketika hampir selesai terjadi perselisihan yang  berawal dari berebut untuk meletakan  Hajar  Aswad ke tempat semula. Perselisihan itu semakin gawat hampir terjadi peperangan di antara kabilah Arab.
Pada saat yang gawat itu  Ummayah seorang tokoh yang dihormati mengajukan usul, agar menyerahkan putusan persoalan itu kepada orang yang pertama masuk ke dalam Ka’bah melalui pintu Safa.  Usulan itu pun disepakati oleh tokoh Quraisy yang lain.  jadi orang yang masuk terlebih dahulu ke dalam Ka’bah  melalui pintu Safa maka dialah yang berhak  meletakkan  Hajar Aswad ke tempat  semula, ternyata yang masuk pertama kali adalah Nabi Muhammad, maka  beliaulah yang berhak  meletak Hajar Aswad ke tempat semula.
Nabi Muhammad bertindak adil dan bijak, beliau tidak meletakan langsung hajar aswad itu  tetapi terlebih dahulu meletakkan Hajar Aswad itu di  atas  surbannya dan masing-masing kepala suku memegang  ujung sorban lalu mengangkatnya bersama sama. Sampai ditempatnya lalu Nabi Muhammad Saw mengambil Hajar Aswad, dan meletakkan  di tempat semula, maka bereslah semua persoalannya sebab setiap kabilah merasa dihargai,  dan merasa berjasa untuk meletakan kembali Hajar Aswad ke tempat semula.
 
Letak Hajar Aswad Pada Salah Satu Sudut Kabah ( sumber : www.ldii-sidoarjo.org www.ldii-sidoarjo.org
3. Nabi Muhammad Bergelar Al Amin
Sejak  kecil sampai dewasa bahkan sampai diangkat  menjadi nabi dan rasul,   Muhammad Saw dikenal sebagai seorang  yang jujur dan berbudi luhur serta adil dan bijaksana dalam setiap tindakkan dan perbuatannya. tidak  ada satu pun tingkah lakunya yang tercela dengan kejujuran dan kebijaksanaannya itu  masyarakat mekah  memberi gelar Al Amin yang berarti orang yang dapat dipercaya.
Gelar ini diberikan oleh masyarakat  Mekah  terutama saat memutuskan siapa yang berhak  meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya semula. Ketika masyarakat Mekah mengetahui bahwa Nabi Muhammad Saw, orang yang pertama masuk ke Kabah melalui pintu Safa, semua berteriak : “Itulah dia Al Amin (orang yang paling terpercaya) kami rela menerima keputusannya.”
4. Kebiasaan Nabi Muhammad Menjelang Kerasulan
Ketika usia Nabi Muhammad Saw menginjak 40 tahun pada dirinya mulai tumbuh pada dirinya  untuk melakukan uzlah atau tahannus.  uzlah atau tahanus itu mengasingkan diri dari keramain untuk merenung dan beribadah. Beliau memilih sebuah tempat yang jauh dari keramaian orang, yaitu di sebuah gua yang bernama Hira. 

(sumber: Wordpress.com)
Nabi Muhammad Saw menyendiri  beribadah di gua itu, selama bermalam malam bahkan pada bulan Ramadhan dia membawa bekal lebih banyak  karena akan tinggal di gua Hira dalam waktu yang cukup lama, terkadang sampai sepuluh malam bahkan sampai satu bulan.  
Demikianlah Nabi Muhammad  Saw terus menerus melakukannya, dengan dibantu segala keperluan dan perbekalannya oleh istri tercintanya Khadijah sampai turun kepadanya wahyu yang menandakan dirinya diangkat menjadi nabi dan rasul.  
(Bersambung)

 Daftar pustaka
Al Ghazaly, Muhammad. Fiqhus Sirah. Bandung: AL Ma’arif
Al-Buthy, Muhammad Said Ramadhan, 2010. Shirah Nabawiyah. Jakarta:                       Rabbani Press
Al-Mishri, Mahmud. 2010. 35 Sirah Shahabiyah. Jakarta : Al-I’tishom
Departeman Agama RI. 2004. Al-Quran dan terjemahnya. Jakarta: Proyek        Pengadaan Kitab Suci Al-Quran. Ditjen Bimas dan Penyelenggara Haji
Haekal, Muhammad Husain. 2006. Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta :                               Litera Antarnusa
Hassan, Hasan Ibrahim. 1997. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Semarang:                    Kota Kembang
Syalabi A. 2003 Sejarah Kebudayaan Islam Jilid 1. Jakarta:                                  Pustaka  Al Husna  Baru
Umairah,  Abdurrahman. 2009. Wanita-wanita dalam Al Quran. Jakarta:      Pustaka Al- Kautsar
Yatim, Badri. 1998. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada
















1 komentar:

  1. Bagi pembaca yg akan melengkapi tulisan di atas, saya terima dengan senang hati.

    BalasHapus