Salurkan Zakat, Infaq, Shadaqah dan Wakaf anda ke ZISWAF al-Muhajirin

Panitia Renovasi Masjid Al-Muhajirin

renovasi Masjid Al-Muhajirin ke Bank Syariah Mandiri KCP Jatinangor an. Panitia Renovasi Al Muhajirin Nomor Rekening 1000-555-777

iklan

jazakamullah ahsanal jaza' semoga Allah SWT akan membalas kalian dengan balasan yang terbaik. aamiin yaa robbal 'alamiin...

Senin, 16 Desember 2013

MENYEMBUNYIKAN ILMU



MENYEMBUNYIKAN ILMU
(Tafsir Q.S. al-Baqarah; 159)
oleh:
Bp. Aris Saptiono
 


Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan keterangan-keterangan dan petunjuk yang telah Kami turunkan, setelah Kami menerangkan kepada manusia dalam Alkitab (maka) mereka dilaknat dan dilaknat oleh yang melaknat. (Q.S. Al Baqarah: 159)
Tafsir Mufradat
Yaktumuuna berasal dari kata Alkatamaanu dan Alkatamu yang berarti menyembunyikan dan menutupi. Al-Alusi berkata, Alkatamu adalah tidak menempatkan sesuatu dengan sengaja, walau hal tersebut sangat dibutuhkan. Terjadinya Alkatamu terkadang dengan cara menutupi dan menyembuyikan sesuatu dan terkadang dengan menghilangkannya kemudian mengganti dengan yang lain pada tempatnya. Dan orang-orang Yahudi melakukan kedua hal tersebut. Ruhul Ma’ani,II:27
SababunnuzulAyat
Ayat ini diturunkan mengenai Ahlul Kitab ketika mereka ditanya tentang urusan Nabi saw. pada kitab mereka, mereka menyembunyikannya karena hasud.
Dari Ibnu Abbas, bahwasannya Mu’adz bin Jabal dan sebagian sahabat bertanya kepada sekelompok pendeta Yahudi tentang sebagian isi Taurat, tetapi mereka menyembunyikannya, menolak menerangkan kepada mereka, Maka Allah swt.menurunkan ayat ini tentang mereka..... Rawi’ul Bayan,I:148
Tafsir Ayat
Walaupun ayat ini khitabnya ditujukan kepada kaum Ahlul Kitab yang suka menutup-nutupi atau menyelewengkan makna suatu ayat dalam kitab-kitab mereka, namun secara keumuman lafalnya ayat ini mencakup bagi setiap orang yang suka menyembunyikan kebenaran yang seharusnya disampaikan kepada orang lain.
Mengenai seorang ‘alim yang tidak menyebarkan ilmunya, Rasulullah saw. pernah memberikan satu sindiran dengan sabdanya,
Perumpamaan orang yang mempelajari suatu ilmu, kemudian ia tidakmenyebarkan ilmu, hal itu seperti orang yang menumpuk-numpuk harta di gudang dan tidak pernah membelanjakannya. H.R. At Thabrani
Orang yang menyembunyikan ilmunya, terlebih-lebih ilmu agama, beliau mengancam, “Barangsiapa menyembunyikan suatu ilmu yang dengan ilmu itu Allah swt. akan memberi manfaat kepada manusia dalam urusan agama, maka Allah swt. akan mengikatnya pada hari kiamat dengan pelana dari neraka”. H.R. Ibnu Majah
Dari beberapa keterangan diatas, kita bisa melihat bagaimana tercela dan beratnya azab bagi orang-orang yang menyembunyikan kebenaran suatu ilmu. Ini disebabkan mereka telah dengan sengaja mengkhianati amanah Allah swt. berupa ilmu yang seharusnya disampaikan kepada yang lain. Oleh karena itu salah seorang sahabat Rasul yang paling banyak meriwayatkan hadis bernama Abu Hurairah, pantaslah bila pernah berkata,
Kalaulah tidak ada satu ayat didalam Kitabullah, aku tidak akan pernah meriwayatkan satu hadis kepada siapapun selamanya. Kemudian dia membaca ayat ini..... Q.S. Al Baqarah:159.
Tetapi karena ada tanggung jawab moral yang dipikulnya berupa amanah ilmu yang wajib disebarkan, maka dengan segenap kemampuannya Abu Hurairah r.a. meriwayatkan setiap hadis yang didengarnya dari Rasulullah saw. hingga tercatat dialah diantara sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis dengan jumlah 5374 hadis.
Memperjualbelikan Ilmu
Salah satubentuk pengkhianatan ilmu adalah dengan memperjualbelikannya. Yakni kualitas dan kuantitas ilmu itu hanya diukur dengan imbalan yang akan diraih.
Misalnya seorang pendidik ketika mengajar murid-muridnya tidak lagi ikhlas untuk menyampaikan ilmu yang dimilikinya sebagai tanggung jawab moral terhadap amanah Allah swt. yang dipikulnya, akan tetapi akan menghitung lamanya jam pelajaran dengan upah yang akan diterimanya. Seorang murid ketika belajar, bukan lagi penguasaan ilmu yang menjadi tujuan, tetapi dimanakah ia akan bekerja setelah mendapat ijazah. Dan orang tua ketika membiayai sekolah anaknya sudah tidak lagi ikhlas dengan niat ibadah, tetapi berfikir akan menjadi apa dan berapa besar gaji anaknya setelah lulus.
Hal ini tidak berarti bahwa seorang pendidik tidak berhak menerima upah dari jerih payah dan waktu yang diluangkannya, atau si murid dan orang tuanya tidak boleh merencanakan masa depannya. Akan tetapi yang menjadi inti permasalahannya adalah ilmu itu sekali-kali tidak boleh diperjualbelikan, yakni kualitas dan kuantitas ilmu tidak bisa diukur dengan nilai materi yang dikorbankan. Dan jika nilai materi sudah menjadi tujuan pokok maka kemurnian menuntut, meyampaikan dan memelihara ilmu itu akan hilang, malah segala cara akan dihalalkan untuk mengejar nilai materi tersebut.
Barangkali hal seperti inilah yang dimaksud oleh sabda Rasulullah saw.
“Barangsiapa yang mempelajari suatu ilmu yang dengan ilmu itu layak mendapat keridhaan Allah Azza aw Jalla, kemudian ia mempelajari semata untuk mengharapkan bagian dunia, maka orang tersebut tidak akan mencium wanginya surga di hari kiamat”. H.R. Abu Daud
Jika kita semua menyadari bahwa ilmu itu adalah amanat dari Allah swt. dan yang diberi amanat itu punya kewajiban untuk menyebarkannya kepada orang lain, tentu kita tidak akan terlalu gentar dalam menghadapi kendala betapa mahalnya biaya pendidikan yang kita rasakan seperti sekarang ini.
Metoda Penyampaian Ilmu
Tidak semua ilmu bisa diberikan dan diajarkan kepada khalayak. Ada beberapa diantaranya yang hanya bisa disampaikan kepada tingkatan orang tertentu. Hal ini tidak termasuk khitman seperti tercela pada ayat diatas (Q.S. Al-Baqarah:159), karena jika disampaikan tanpa memperhatikan jenjang-jenjang tertentu, akan menimbulkan suatu fitnah karena pemahaman mereka belum sampai untuk menjangkau esensi ilmu tersebut.
Ibnu Mas’ud berkata, “Jika engkau berbicara pada suatu kaum dengan pembicaraan yang tidak dapat dicapai oleh pemahaman mereka, hal ini akan menimbulkan fitnah pada sebagian diantara mereka”. Senada dengan hal ini, Ali bin Abi Thalib r.a. pun berkata, “Berbicaralah kepada orang-orang sesuai dengan kemampuan pemahaman mereka (kalau tidak demikian) sukakah kalian jika dengan sebab itu Allah dan Rasul-Nya akan didustakan”. H.R. Al-Bukhari.
Begitu pula dalam situasi dan kondisi tertentu tidak disebarkan suatu ilmu karena takut suatu fitnah, juga tidak termasuk khitman seperti diatas, hingga tidaklah mengherankan jika Abu Hurairah melontarkan suatu pengakuan,
Aku hafal dari Rasulullah saw. dua macam ilmu; yang pertama aku menyebarkannya, adapun yang kedua, jika aku menyebarkannya,akanterputuslah tenggorokanku ini. H.R. Al-Bukhari.
Adapu ilmu yang tidak disebarkan oleh Abu Hurairah pada masa terjadinya fitnah itu adalah hadis-hadis yang berkaitan dengan urusan fitnah dan keterangan yang merinci orang-orang murtad serta munafik, karena khawatir ada sesuatu menimpa dirinya. Al-Qurtubi,II:186.
Ringkasnya, jika kita menyembunyikan ilmu dari orang yang pantas menerimanya kita telah menzalimi orang tersebut. Dan jika kita memberikan suatu ilmu kepada yang tidak pantas menerimanya, kita telah menzalimi ilmu tersebut.
Laknat Bagi Pengkhianat Ilmu
Makna asalnya, laknat itu berarti dijauhkan atau diusir. Para pengkhianat ilmu akan mendapat laknat Allah swt. dan seluruh makhluk. Laknat Allah terhadap pengkhianat ilmu berarti mereka dijauhkan dari rahmatNya, padahal hanya dengan rahmat-Nyalah bahagianya hidup di dunia dan di akhirat. Dan laknat seluruh makhluk adalah doa mereka agar para pengkhianat ilmu dijauhkan dari rahmat Allah swt.
Dengan bahasa yang sangat filosofis, Imam Mujahid pernah mengatakan, “yang dimaksud laknat seluruh makhluk adalah apabila binatang-binatang ternak kekurangan air hujan, mereka menyeru pada pendusta bani Adam dengan perkataan, ‘Hujan terhalang bagi kami sebab dengan dosa-dosa mereka’.” H.R. Abdurrazak
Berbeda dengan halnya orang yang menyampaikan ilmu secara murni dan dilandasi dengan keikhlasan, seluruh makhluk pun akan memintakan ampun baginya, sampai-sampai juga ikan yang ada dilautan.
Dari keterangan diatas, setidaknya kita semua perlu introspeksi diri, apakah berbagai macam bencana yang menimpa adalah karena dosa-dosa kita yang diantaranya mengkhianati ilmu?
Wallahu a’lam bish-shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar