Salurkan Zakat, Infaq, Shadaqah dan Wakaf anda ke ZISWAF al-Muhajirin

Panitia Renovasi Masjid Al-Muhajirin

renovasi Masjid Al-Muhajirin ke Bank Syariah Mandiri KCP Jatinangor an. Panitia Renovasi Al Muhajirin Nomor Rekening 1000-555-777

iklan

jazakamullah ahsanal jaza' semoga Allah SWT akan membalas kalian dengan balasan yang terbaik. aamiin yaa robbal 'alamiin...

Minggu, 22 Desember 2013

Mendampingi Anak Merayakan Tahun Baru



Mendampingi Anak Merayakan Tahun Baru

Abdul Wahid
Ada pebedaan mencolok dalam menghadapi pergantian tahun baru hijriyah dan masehi. Dalam pergantian tahun baru hijriyah, walaupun ditetapkan pemerintah sebaga hari libur nasional, masyarakat cenderung cuek. Tidak ada bunyi terompet di malamhari, juga hiruk pikuk perayaaan dan kegiatan yang meriah.Yang ada adalah kegiatan di tempat peribadatan, seperti masjid, mushala, dan majlis taklim yang biasanya mengadakan acara keagamaan, itu pun bagi mereka yang membolehkan kegiatan dalam konteks pergantian tahun hijriyah, dan itupun tetap sepi pengunjung.
Memang, ini terjadi karena label yang menempel pada tahun hijriyah adalah Islam, sehingga bagi sebagian orang akan merasa risih dan takut dianggap ”soleh” ketika mengajak sianak pada momen pergantian tahun baru hijriyah.
Hal ini sangat berbeda dengan perayaan pergantian tahun baru Masehi. Bunyi terompet, saling mengucapkan selamat  menjadi ciri khas momen ini. Sebagian masyarakat juga mengagendakan berbagai acara untuk menghadapi pergantian tahun baru. Ada yang sudah merencanakan jauh-jauh hari, mau  tahun baruan di mana, acara apa yang akan dilakukan dan lain sebagainya.
Program acara di televisipun menyuguhkan tayangan yang berbeda dan menarik, sehingga pemirsa tertarik untuk menontonnya dengan rela untuk begadang sampai lewat tengah malam.
Untuk anak-anak kita yang remaja, momen pergantian tahun baru biasanya bertepatan dengan libur sekolah, hal ini semakin menjadi saat yang ”tepat” untuk tahun baruan, karena mereka merasa tidak akan mengganggu kegiatan belajar di sekolah.
Biasanya, sebagian remaja mengadakan kegiatan yang bersifat hura-hura dan hedonistik, bahkan cenderung maksiat, mulai dari nonton bareng, pesta-pesta, konvoi di jalanan  dan sejenisnya, yang penting mereka  melewati malam pergantian tahun dengan hal-hal yang membuat senang.
Sesungguhnya, acara tahun baruan atau apapun namanya dalam kontek pergantian tahun adalah sesuatu yang boleh-boleh saja dilakukan sepanjang dalam pelaksanaannya tidak melakukan yang dilarang oleh aturan, norma agama dan adat istiadat.
Inilah yang menjadi persoalan kita bersama. Anak-anak kita yang notabene sedang dalam masa pertumbuhan secara fisik dan perkembangan psikis sangat rentan dengan persoalan-persoalan ini. Dalam benak mereka hanyalah main-main, hura-hura, foya-foya, dan lain sejenisnya. Yang penting senang dan terpuaskan emosi keremajaannya.
Fakta yang membuat kita merasa miris adalah hasil survey BKKBN beberapa tahun yang lalu menunjukan bahwa sekitar lima puluh persen pelajar usia SMP di Jabodetabek pernah melakukan sex pranikah (zina). Inipun kemungkinan tidak jauh berbeda dengan Kota Bandung yang kita cintai. Mereka melakukan hal tersebut biasanya ketika ada momen. Momen yang sering jadiajang tersebut adalah ulang tahun, valentineday, waktu jadian pacaran, tahun baruan, dan sejenisnya.
Pertanyaannya adalah bagaimana kita selaku orang tua dapat memberikan pembimbingan dan pendampingan kepada mereka. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua, guru, dan masyarakat secara adalah;
Petama, tanamkan pemahaman bahwa pergantian tahun merupakan sesuatu yang alamiah sebagaimana bergantinya hari, minggu dan bulan, sehingga kita rayakan ataupun tidak, pasti akan terjadi. Tidak perlu merasa ketinggalan zaman ketika  tidak melakukan kegiatan yang bersifat hiburan dan senang-senang.
Kedua, adakan kegiatan positif sebagai alternatif untuk menghindari kegiatan yang kurang baik. Ini merupakan upaya pengalihan kegiatan. Keluarga bisa mengadakan kegiatan di rumah yang menarik. Serahkan bentuk kegiatan pada mereka. Idenya berasal dari anak-anak kita. Yang pentinganak-anaktidakkeluyurankeluarrumahpadamalamitu.
Ketiga, beri penjelasan dengan benar, akibat buruk perilaku menyimpang yang dilakukan remaja. Tentu penjelasan yang  diberikan bersifat persuasif dan mengakomodasi perkembangan psikisnya. Tanpa harus mendikte dan ”khutbah” di depananak-anak. Bisa sambil nonton tv, makan malam atau suasana lainnya.
Dan keempat, jelaskan kepada mereka, bahwa yang harus dilakukan adalah evaluasi diri (muhasabah), mencoba untuk merenungkan perbuatan-perbuatan yang selama ini dilakukan. Apakah lebih banyak yang baiknya ataukah yang jeleknya. Lebih banyak pahala ataukah dosa yang dilakukan. Dengan kesadaran ini, maka, ketika memasuki tahun baru diharapkan akan mendapatkan sesuatu yang baru, semangat baru dan prestasi baru.
Hal-hal tersebut di atas bisa dijadikan sebagai upaya kita dalam meningkatkan kualitas generasi muda. Kesadaran orang tua, lembaga pendidikan,  dan masyarakat untuk aktif dalam membimbing remaja adalah kunci untuk menghambat dampak negatif dari perkembangan teknologi informasi.
Semoga  dengan pergantian tahun dapat menumbuhkan semangat baru dalam berkarya dan berprestasi. Selamat tahun baru 2014 M!



1 komentar:

  1. sepakat ustad...semoga kita diberikan kemampuan untuk memberi tauladan yang baik untuk anak-anak kita, karena ternyata tauladan lah yang merupakan guru yang terbaik

    BalasHapus