Salurkan Zakat, Infaq, Shadaqah dan Wakaf anda ke ZISWAF al-Muhajirin

Panitia Renovasi Masjid Al-Muhajirin

renovasi Masjid Al-Muhajirin ke Bank Syariah Mandiri KCP Jatinangor an. Panitia Renovasi Al Muhajirin Nomor Rekening 1000-555-777

iklan

jazakamullah ahsanal jaza' semoga Allah SWT akan membalas kalian dengan balasan yang terbaik. aamiin yaa robbal 'alamiin...

Jumat, 27 September 2013

MEMAKNAI IDUL QURBAN

MEMAKNAIIDUL QURBAN
oleh
Abdul Wahid
Idul adha atau idul qurban merupakan satu dari dua hari raya (selain idul fitri) dalam Islam yang memiliki nilai tinggi bagi spiritualitas umat Islam. Disebut idul qurban karena di dalamnya ada prosesi penyembelihan hewan qurban, sebagaimana yang diteladankan oleh Nabi Ibrahim a.s. beserta Ismail a.s, Selainteladan Ibrahim dan Ismail, perintah qurban juga merupakan teladan dari anak-anak Nabi Adam a.s. Dalamsyari’at Islam selanjutnyaqurbandijadikansebagaisalahsatuibadah yang sangatdianjurkanbagimereka yang memilikikemampuanuntukmelaksanakannya.
Dalamhalhukumqurban,  paraulamaterbagidalamduapendapat. Pertama, qurbanhukumnyawajibbagi orang yang berkelapangan.Diantaradalilnyaadalahhadits Abu Hurairah yang menyatakanbahwaRasulullahSAWbersabda, “Barangsiapa yang berkelapangan (harta) namuntidakmauberqurbanmakajangansekali-kali mendekatitempatshalat kami.”(HR. IbnuMajah)
Kedua, qurbanhukumnyasunnahmu’akkadah (sangatdianjurkan). Iniadalahpendapatmayoritasulama. Merekaberdalildenganriwayat dari Abu Mas’udr.a. bahwa Nabi bersabda; “Sesungguhnyaakusedangtidak akan berqurban, padahalakuadalah orang yang berkelapangan. Itukulakukankarenaakukhawatirkalau-kalauumatkumengiraqurbanituadalahwajibbagiku.” (HR. AbdurRazzaq dan Baihaqi).
Sebagaimana zakat, qurbanjugamemilikidimensisosial yang sangatkuat. Denganpenyembelihanhewanqurban, ada pemerataanekonomiumat dan interaksisosial. Fakir miskin dan kaumdhu’afalainnya yang jarangsekalimakandaging, bahkan  mungkintidakpernah, makadenganqurbaninimerekaikutmerasakannikmatnyamakandaging. Para peternakkeciljugaikutmerasakanuntung dari peristiwaidulqurbanini, karenaadanyapeningkatanpermintaanhewanternakuntukdijadikanhewanqurban.
Qurban sebagaimana dicontohkan oleh Nabin Ibrahim a.s. dan Ismail a.s. sesungguhnya bukanlah semata-mata proses menyembelih hewan semata. Di dalamnya seolah ingin diungkapkan bahwa kita harus menjadi umat yang memberi bukan umat yang meminta. Umat yang optimis dan berinisiatif, bukan yang pesismis dan lemah kreatifitas.
Ada nilai-nilai luhur yang sengaja Allah SWT. agendakan bagi umat manusia khususnya umat Islam untuk dijadikan sebagai acuan dalam  hidup yang terdapat dalam perintah qurbanini.
Paling tidak ada  tiga nilai luhur yang dapat diambil dari peristiwa qurban ini. Pertama,taqarubilallah, yaitu merasa dekat dengan Allah SWT. Kesediaan seorang muslim untuk mengorbankan hartanya dalam bentuk hewan qurban akan semakin mendekatkan diri yang bersangkutan dengan Allah SWT., sebagaimana Nabi Ibrahim a.s, yang rela untuk menyembelih putra tercintanya, Ismail a.s.,  karena ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Peristiwa ini Allah ungkapkan dalam Q.S. as-Shofaat (37) ayat 100-107, walaupun pada akhirnya Ismail digantikan dengan perintah untuk menyembelih seekor domba, sebagaimana  yang dilakukan umat Islam sekarang ini. Taqorrubilallah hanya bisa dicapai dengan menjalankan segala apa yang Allah perintahkan  dan meninggalkan seluruh larangan-Nya. Dengan cara demikian, komunikasi kita dengan al-Khalik semakin  dekat dan erat.
Orang yang sudah merasa dekat dengan seseorang maka ia akan rela untuk mengorbankan apa yang dimilikinya. Begitupun seorang hamba yang sudah merasa dekat dengan Tuhannya, maka apapun yang diperintahkan Tuhan akan ia laksanakan, termasuk ketika harus merelakan sebagian hartanya untuk diberikan kepada orang lain. Ia merasa bahwa harta dan pengorbanan yang ia keluarkan tidak ada nilainya sama sekali dengan kenikmatan perasaan dekat dengan Allah SWT.
Kedua, tho’atillah,ketaatan (loyalitas) kepada Allah.Ketika seorang hamba rela untuk mengorbankan hartanya karena perintah Tuhannya, maka sejatinya itu merupakan bentuk ketaatan yang paripurna. Secara matematis tentu hartanya akan berkurang, tetapi karena ketaatan kepada Tuhan, maka apapun ia lakukan. Inilah yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim a.s.
Menanti bepuluh-puluh tahun kedatangan seorang anak yang dicintai, tentu membutuhkan kesabaran yang luar biasa. Setelah lahir  anak laki-laki yang saleh, kemudian Allah justru menyuruh untuk menyembelihnya. Inilah cobaan yang sangat berat bagi seorang ayah, tetapi Ibrahim berhasil mengalahkan kecintaan-kecintaan yang bersifat dunia demi ketaatan dan kecintaannya kepada Allah SWT.
Akhirnya sejarah membuktikan, ternyata Allah hanya menguji Ibrahim, sejauhmana kecintaannya kepada dunia ini mengalahkan kecintaan dan ketaatan kepada Allah SWT., dan Ibrahim lulus sehingga mendapat predikat khalilullah (kekasih Allah).
Ketiga, nilai sosial kemanusiaan. Praktik membagi-bagikan daging qurban kepada fakir miskin dan kaum dhu’afa lainnya yang disyariatkan Islam merupakan bentuk kepedulian terhadap orang yang tidak mampu. Islam menegaskan bahwa ada hak kaum dhu’afa dalam harta yang kita miliki, sehingga harus dibayarkan, diantaranya adalah dengan menyembelih hewan qurban yang dagingnya  dibagikan kepada fakir,  miskin dan kaum dhuafa yang lainnya.
Nilai-nilai qurbantersebut sangat relevan sekarang ini, ketika bangsa ini tengah berada dalam kondisi sosial ekonomi yang kurang baik. Nilai qurban ini bukan hanya saat momentun idulqurban saja, akan tetapi sudah selayaknya untuk diaplikasikan dalam keseharian diluar idul adha.
Semoga dengan peristiwa idulqurban tahun ini kita mampu untuk mengambil hikmah didalamnya sehingga dapat lebih meningkatkan ibadah dan semangat sosial kemanusiaan kita di tengah suasana bangsa  yang sedang ditimpa banyak persoalan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar