Salurkan Zakat, Infaq, Shadaqah dan Wakaf anda ke ZISWAF al-Muhajirin

Panitia Renovasi Masjid Al-Muhajirin

renovasi Masjid Al-Muhajirin ke Bank Syariah Mandiri KCP Jatinangor an. Panitia Renovasi Al Muhajirin Nomor Rekening 1000-555-777

iklan

jazakamullah ahsanal jaza' semoga Allah SWT akan membalas kalian dengan balasan yang terbaik. aamiin yaa robbal 'alamiin...

Sabtu, 27 Juli 2013

SYAHADAT DENGAN RASA

SYAHADAT DENGAN RASA Oleh; Abdul Wahid Setiap manusia pasti memiliki kecenderungan untuk beragama, karena naluri itu telah dibawa sejak ia lahir. Hal ini telah dibuktikan secara ilmiah oleh Tim Universitas California melalui serangkaian penelitian. Hasil penelitian itu mengatakan bahwa dalam otak manusia ada satu noktah yang disebut dengan god spot, yaitu noktah otak yang dapat merespon ajaran moral keagamaan. Murtadha Mutahhari pernah mengungkapkan bahwa tak ada seorangpun yang tidak membutuhkan agama dan tidak membutuhkan aturan-aturan sebagai penuntunnya. Sekalipun agama menjadi kebutuhan dasar hidup manusia dan manusia memiliki kecenderungan untuk beragama, namun perlu diikrarkan kembali apa yang pernah diikrarkan sebelum ia lahir ke dunia (Q.S. al A’raf: 172), agar agama yang diyakini sesuai dengan fithrahnya. Pengikraran kembali akan kekuasaan Tuhan itulah yang disebut dengan syahadat. Dalam bersyahadat atau berikrar syahadat tidaklah cukup hanya dilakukan dengan lisan atau ungkapan verbal semata, akan tetapi hendaknya ikrar itu diiringi dengan perasaan dan dilanjutkan dengan amal perbuatan. Seyogyanya syahadat yang dilakukan oleh seorang muslim adalah syahadat yang penuh pemahaman dan penghayatan secara mendalam, sampai ia yakin betul bahwa Allah itu ADA, dirasakan kehadiran-Nya, dan merasa dirinya diawasi dan dilindungi oleh Allah. Dalam Islam, Allah SWT adalah pusat dalam menjalankan berbagai aktivitas peribadatan seorang muslim. Ekspresi keayakinan akan kekuasaan Tuhan diungkapkan dalam bentuk kalimat La ilaha illallah, tidak ada Tuhan kecuali Allah. Kemudian dilanjutkan dengan Muhammadur Rasulullah, Nabi Muhamad adalah utusan Allah. Pengakuan disini tidak hanya sekedar terucap secara lisan saja. Lebih dari itu melibatkan pula seluruh kesadarannya, serta memantul dalam setiap gerak dan aktivitas, dengan cara mengabdikan diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Pentingnya bersyahadat dengan rasa adalah dalam rangka menghindari kemunafikan. Seorang muslim yang bersyahadat hanya di mulut saja, maka, ia tak ubahnya seorang munafik yang selalu menyatakan dirinya beriman padahal sesungguhnya ia ingkar kepada Allah. Alangkah indahnya kehidupan seorang muslim yang mengaplikasikan syahadat dengan rasa ini. Ia akan menjadi orang yang selalu merasa di awasi oleh Allah sebagai imbas dari keyakinannya akan kekuasaan-Nya yang ia ungkapkan dalam syahadat. Dalam momentum bulan ramadhan ini tentunya akan semakin memberikan kontribusi spiritual seorang muslim dan mengupayakan bersyahadat dengan rasa. Shaum yang dilakukan manusia sesungguhnya sebagai perwujudan keyakinan akan pengawasan Allah SWT terhadap mahluknya. Hal ini karena hanya ia dan Allah saja yang tahu bahwa ia sedang menjalankan ibadah shaum. Seandainya ia mau berbohong, maka bisa saja ia lakukan, orang lain tidak akan tahu, tetapi ini tidak dilakukan oleh orang yang shaum, karena ia merasakan keberadaan dan pengawasan dari Allah SWT. Semoga kita semua mampu menjadi seorang muslim yang dapat bersyahadat dengan rasa dan mampu mewujudkannya dalam bentuk perbuatan sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar