Ust. Aminudin |
MENI’MATI NI’MAT
Ni’mah kemudian diadops dalam bahasa kita menjadi ni’mat/nikmat
dalam bahasa bahasa aslinya (baca: Arab) dipergunakan untuk hal-hal yang
menggambarkan kehalusan dan kelembutan, makanya taman yang indah yang penuh
dengan bebunga berbagai warna dinamai (عمة النا) al-na’imah atau (مة نعا) nu’amah mengandung arti kegembiraan dan kesenangan. Dengan demikian
ni’mat dari segi kata dipahami sebagai sesuatu yang memberi kelembutan, kesenangan
dan kegembiraan. Sedangkan menurut istilah para ulama ni’mat itu dijelaskan dalam
ari berbagai anugerah yang dilimpahkan Allah Swt baik yang bersifat materi
maupun spiritual.
Ada
satu tuntunan dan masih banyak lagi tuntunan lain bagaimana kita meni’mati ni’mat, salah satunya dengan
menyebut-nyebutnya . Sebagaiamna Allah swt firmankan dalam QS. 93 : 11
واما بنعمة ربك فحدث
“ Dan terhadap nikmat Tuhanmu, Maka hendaklah
kamu siarkan.”
Memberitakan
anugerah yang didapat dari Allah Swt baik berupa materi maupun berupa kedudukan kepada orangtua, tetangga
dan teman sejawat, atau juga kepada saudara yang jauh maupun dekat yang
disertai dengan rasa puas, dengan tidak disertai rasa dan maksud riya merupakan
salah satu bentuk wujud dari kesyukuran kepada Allah Swt. dan merupakan bentuk
pengejewantahan meni’mati ni’mat. Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa : jika
engkau memperoleh kebajikan atau mengamalkan kebaikan maka ceritakanlah hal itu
dianjurkan kepada saudaramu yang engkau percayai.
Menampakkan
nikmat tidak hanya dalam bentuk kata-kata, tapi boleh juga dalam bentuk sikap
praktis. Hal ini terungkap dalam satu riwayat dimana salah seorang sahabat yang
sebetul ia kaya tapi dalam suatu majlis Rasulallah Saw ia berpenampilan jelek,
berpakaian jelek. Rasul bertanya kepadanya: “Apakah engkau mempunyai harta?”
sahabat itu menjawa: ”Saya mempunyai berbagai-bagai harta.” Mendengar jawaban
itu Rasul melanjutkan lagi sabdanya: ”Apabila Allah menganugerahkan kepadamu
harta hendaklah terlihat bekas/tanda (adanya anugerah itu) pada dirimu.”
Dalam
riwayat lain dikatakan Rasulallah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Mahaindah,
senang akan keindahan dan senang pula melihat bekas/tanda (betapa besar) ni’mat
(yang dianugerahkan-Nya) kepada hambanya.”
Dengan
demikian bolehlah kita berpakaian yang bagus berkendaraan yang bagus saat kita
mendatangi masjid untuk shalat, ta’lim maupun i’tikaf, tidak hanya mo’
kondangan ajach!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar