Aris Saptiono |
MURKANYA TUHAN PEMILIK KA’BAH
Apakah
engkau tidak memperhatikan Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara gajah.
Bukankah Ia telah menjadikan tipu daya mereka sia-sia. Ia mengirim kepada
mereka burung yang berbondong-bondong. Yang melempari mereka dengan batu dari
tanah yang terbakar. Lalu ia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan
(ulat). Q.S. Al-Fiil:1-5
Tafsir
Mufradat
Al-Kaidu adalah kehendak menimpakan kecelakan
kepada yang lain dengan cara tersembunyi. Al-Maraghi,XXX:241
Abaabiil merupakan bentuk jamak dari Abiil yang artinya kelompok unta.
Disebut abaabiil karena bagaikan
sekawanan unta. Ar-Raghib:3
Sijjiil adalah batu yang bercampur tanah,
berasal dari bahasa farsi yang diarabkan. Ar-Raghib:230
Tafsir
Ayat
Peristiwa “gajah” merupakan peristiwa
yang sudah mashur dikalangan bangsa Arab, sampai mereka menjadikannya awal
penanggalan waktu dan kejadian. Mereka suka mengatakan, ‘Ia dilahirkan pada
tahun gajah, peristiwa itu terjadi dua tahun setelah tahun gajah, dan
seterusnya.’
Para ulama ahli tafsir berkata, “Diriwayatkan bahwasannya Abrahah Al-Asyran
penguasa Yaman membangun tempat ibadat di Shan’a, ia hendak memalingkan jamaah
haji berkunjung ke sana. Kemudian datanglah seorang laki-laki dari Kinanan
buang hajat disana pada malam hari, lalu melumuri temboknya dengan kotoran
untuk menghinakannya. Abrahah pun marah, dan ia bersumpah untuk menghancurkan
Ka’bah. Lalu ia menuju Ka’bah dengan jumlah tentara yang besar menunggangi
gajah, ia berada paling depan menunggangi gajah yang paling besar. Ketika
sampai mendekati Mekah, penduduk Mekah lari ke gunung-gunung karena takut
kebengisan mereka. Kemudian Allah swt. mengutus kepada tentara Abrahah
sekelompok burung, setiap burung membawa tiga buah batu, satu diparuhnya dan
dua dikakinya. Lalu burung-burung itu melempari mereka hingga batu itu menembus
kepala sampai duburnya dan melemparinya sampai tubuhnya kering. Dan Allah
membinasakan mereka seluruhnya. Dan kisah mereka ini merupakan pelajaran bagi
yang mau mengerti”. Al-Qurtubhi,XX:187
Begitulah Allah swt. bila sudah berkehendak.
Tentara gajah yang begitu gagah dan bengis, disegani dan ditakuti, binasa oleh
selemah-lemahnya makhluk yakni burung yang tidak biasanya membunuh. Dan ini
merupakan suatu kehinaan yang menyakitkan.
Penghancuran tentara gajah ini
bertepatan dengan tahun dilahirkannya Nabi saw., ini merupakan irhash akan kenabian beliau, ketika
datangnya sekelompok burung yang merupakan sesuatu diluar kebiasaan dan seperti
mukjizat terdahulu yang pernah diberikan kepada para Nabi a.s. Al-Bahrul Muhith,VII:512
Bangsa Quraisy sudah meyakini bahwa
binasanya tentara gajah itu bukan karena kemurkaan Ka’bah dan Hajar Aswad itu
sendiri, karena Ka’bah hanyalah sebuah rumah tua yang tidak ada bedanya dengan
rumah-rumah lainnya dan Hajar Aswad hanyalah sebuah batu hitam yang tidak ada
bedanya dengan batu-batu lainnya, akan tetapi Allah swt,-lah sang Pemilik-Nya
yang murka ketika makhluk-Nya dizalimi.
“Diriwayatkan
bahwa Abrahah merampas 200 ekor unta milik Abdul Muthalib, maka dengan tegar ia
keluar menemui abrahah. Ia itu seorang yang gagah dan tegap perawakannya.
Dikatakan kepada Abarahah bahwa ini pemimpin Quraisy pelayan ahli Mekah yang
memberi makan orang-orang pada waktu senang dan susah diatas-atas bukit. Ketika
abdul Muthalib menceritakan maksudnya (untuk mengambil unta kembali), Abrahah
berkata,’Aku heran, Aku datang untuk menghancurkan Ka’bah yang dia itu
merupakan (lambang kebesaran) agamamu, agama nenek moyangmu, dan kemuliaan kamu
sejak dulu. Tapi mengapa engkau hanya tersibukkan dengan untamu?’. Abdul
Muthalib menjawab, ‘Aku ini hanyalah pemilik unta, sedangkan untuk Baetullah
ada pemiliknya yang akan menyelamatkannya”. An-Nasafi,II:377
Sebelum peristiwa penghancuran
tentara gajah pun, suku Quraisy adalah suku yang sangat dihormati oleh
kabilah-kabilah Arab lainnya, karena kedekatan mereka dengan Ka’bah. Dan
setelah Allah swt. membinasakan tentara gajah mereka lebih disegani dan
dihormati lagi.
Dengan adanya peristiwa itu mereka
mendapatkan keamanan, tidak ada yang berani mengganggu ketika melakukan
perjalanan perdagangan ke negeri Yaman dimusim dingin dan ke negeri Syam
dimusim panas. Dengan adanya jaminan keamanan ini tentu saja perdagangan mereka
selalu mendatangkan keuntungan yang besar.
Akan tetapi mereka telah lupa kepada
Allah swt. yang memberi rezeki dan keamanan kepada mereka, mereka bukannya
beribadat kepada Tuhan pemelihara Ka’bah tetapi malah menyembah Ka’bah itu
sendiri dan membuat patung-patug lain disekitarnya.
Wallahu
a’lam bish-shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar