aris saptiono |
REZEKI HALAL PENYEBAB MAKBULNYA IBADAH
Hai
orang-orang yang beriman, makanlah yang baik-baik apa yang Kami rezekikan
kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah jika hanya kepadaNya kamu beribadah. Q.S. Al Baqarah : 172
Tafsir
Mufradat
Ath-thayyibaatu adalah bentuk jamak dari Ath-thayyibatu yang berarti baik. Makna
asal thayyib adalah sesuatu yang dirasakan kelezatannya oleh indra perasa dan
jiwa. Makanan yang thayyib menurut syariat adalah makanan yang didapat dengan
cara, ukuran, dan tempat yang diperbolehkan. Jika memenuhi persyaratan ini,
makanan tersebut thayyib di dunia dan akhirat serta tidak membahayakan
kesehatan. Ar Raghib Al Ashfahani :321
Asy-syukru adalah mengakui adanya nikmat serta
menyatakannya. Syukur terbagi tiga, Syukur kalbu adalah mengakui adanya satu
nikmat, syukur lisan memuji kepada si pemberi nikmat, dan syukur anggota badan
menggunakan kenikmatan tersebut pada semestinya. Ar-Raghib
: 272
Tafsir
Ayat
Ayat diatas (Q.S. Al Baqarah : 172) secara khusus Allah swt. memerintah kaum
mukminin mengkonsumsi rezeki yang thoyyib. Ayat ini merupakan penegasan dari
perintah sebelumnya. (Al Baqarah : 168)
yang secara umum Ia memerintah manusia memakan makanan yang halal dan thayyib.
Dan yang dimaksud memakan pada ayat ini adalah mengambil manfaat dengan cara
apapun. Al Qurtubi, Jamiul Ahkam, II:215
Firman Allah swt. ini diawali dengan
kalimat Ya ayyuhal ladzina amanu,
yang merupakan pertanda betapa pentingnya masalah yang akan disampaikan pada
kalimat-kalimat selanjutnya. Dari Ibnu Abbas bahwasannya ada seseorang datang
kepadanya, lalu berkata,”berwasiatlah Anda untukku”. Ia berkata, “Apabila
mendengar Allah berfirman, “Ya Ayyuhal ladzina amanu’ pusatkanlah pendengaranmu
kepadanya, karena ada sebaik-baik perkara yang Allah perintahkan atau
sejelek-jelek perkara yang dilarangNya. Ad-Durul Mantsur,I:252
Pada ayat ini, setelah Allah swt.
mengawali firmanNya dengan kalimat Ya
ayyuhal ladzina amanu, Ia memerintahkan hamba-hambaNya yang mukmin memakan
rezeki yang thayyib dan bersyukur
kepadaNya jika mereka benar-benar beribadah kepadaNya.
Menurut Az Zamakhsyari, “yang
dimaksud dengan rezeki yang thayyib
adalah segala kelezatan yang Allah swt berikan. Karena setiap yang Allah
rezekikan hanyalah dari sesuatu yang halal, baik zat maupun cara
mendapatkannya. Selain itu pada hakekatnya bukanlah rezeki yang diperuntukan
bagi mereka. Dan jika dipaksakan untuk meraih, memiliki dan menikmatinya,tentu
akan menjadi satu penyakit yang kotor, yang suatu saat pasti akan memaksa
keluar dari jalan yang tidak diinginkan.
Bersyukur kepada Allah swt. atas
segala nikmat yang diberikannya akan terbit dari hati, lisan, dan anggota badan
seseorang jika kenikmatan yang ia raih berasal dari rezeki yang halal. Sekecil
apapun bagian yang ditetapkan Allah baginya, ia akan menerima dengan
sebesar-besar penerimaan dan hidupnya akan merasa tercukupi dengan bagian
tersebut. Sebaliknya jika kenikmatan yang diraihnya bearsal dari rezeki yang
haram,sebesar apapun bagian yang Allah tetapkan akan selalu diterima dengan
serba kekurangan dan batinnya akan selalu tersiksa dengan masalah-masalah yang
tidak diharapkannya.
Ayat diatas mengisyaratkan adanya
satu hubungan yang sangat erat antara diterima tidaknya ibadah kepada Allah
dengan rezeki yang digunakan oleh seseorang. Menggunakan rezeki halal merupakan
salah satu penyebab diterimanya doa dan ibadah, sebaliknya menggunakan rezeki
haram merupakan penghalang diterimanya doa dan ibadah.
Nabi saw. bersabda, “Hai manusia,
sesungguhnya Allah itu thayyib (Maha
Baik). Ia tidak akan menerima sesuatu kecuali yang thayyib pula. Dan sesungguhnya Allah memerintah orang mukmin dengan
apa yang diperintahkannya kepada para RasulNya. Ia berfirman, ‘Hai para rasul,
makanlah dari yang baik-baik dan beramal shalihlah, karena sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang kamu kerjakan.’ (Q.S.
Al Mukmin:51). Dan Ia berfirman, ‘Hai orang-orang yang beriman makanlah
yang baik yang Kami rezekikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah jika hanya
kepadanya kamu beribadah’. (Q.S. Al Baqarah:172).
Kemudian Rasulullah saw. menceritakan sesorang yang sedang dalam perjalanan
jauh, badannya penuh dengan debu, ia menadahkan kedua tangannya ke langit
sambil berdoa,’Ya Rabbi’, Ya Rabbi’. Sedangkan makanannya dari
yang haram, minumnya dari yang haram dan badannya pun tumbuh dari barang yang
haram. Maka bagaimana mungkin doanya itu akan dikabulkan?” H.R. Ahmad dari Abu Hurairah
Pada riwayat lain Ibnu Abbas
menceritakan bahwa Saad bin Abi Waqas pernah meminta kepada Nabi saw.
“Ya
Rasulullah, berdoalah Anda kepada Allah, supaya Ia menjadikanku orang yang
selalu dikabulkan bila berdoa!” Rasulullah saw. bersabda, ‘Ya Saad,
bersihkanlah makananmu, pasti engkau menjadi orang yang selalu dikabulkan
doanya. Dan demi yang diri Muhammad
berada pada kekuasaanNya, (demi Allah) sesungguhnya seseorang yang
menelan sesuap barang haram di perutnya, tidak akan diterima doa dan ibadahnya
selama empat puluh hari empat puluh malam. Serta hamba manapun yang badannya
tumbuh dari barang haram dan riba, nerakalah yang pantas untuk menerimanya.” H.R. Mardawaih
Kedua riwayat diatas menunjukan
betapa sangat menentukannya thayyib
tidaknya rezeki yang kita gunakan terhadap diterima tidaknya doa yang kita
panjatkan dan ibadah yang kita kerjakan.
Rasulullah saw. itu doanya selalu
terkabul. Beliau bukan tidak mau atau tidak bisa mendoakan Saad bin Abi Waqas,
akan tetapi apalah artinya doa Rasulullah saw. yang selalu terkabul itu, jika
pada diri Saad bin Abi Waqas belum ada wadah untuk menerimanya, yakni masih
terhalang oleh rezeki yang haram. Oleh karena itu, beliau terlebih dahulu
menyuruh Saad membersihkan dirinya dari barang yang haram.
Wallahu
a’lam bish Shawab
syukron kang Aris, Kumaha lamun tauziahnya di tambihan dina ngaos mingguan sareng kultum shubuh di Mesjid Al-Muhajirin supados masjid urang langkung ma'mur sareng ilmuna tiasa di bagikeun langsung ka jama'ah, da sigana seueur jamaah urang masih jarang nganggo internet. salam cecep
BalasHapusInsya Allah, Hatur nuhun Pak Cecep. ieu mah nuju diajar urat oret ti dapur, sementawis wois Pak Cecep atanapi anu sanes anu neraskeun ilmuna ka jamaah.
BalasHapusPerkawis Kultum/Tauziyah asa ararisin, seueur anu sanes anu langkung luhung ilmuna. teras sim kuring masih jarang ka masjidna.
Syukron Pak cecep kana perhatosanana...