Ust. Abdul Wahid |
Muhammad Dan Spirit Pembebasan
Maulid Nabi Muhammad SAW diperingati sebagai hari
kelahiran Nabi Muhammad SAW, penutup para Nabi, yang paling sempurna dari
seluruh makhluk Allah SWT. dan kekasih Tuhan.
Beliau dilahirkan tepat pada 12 Rabiul Awal tahun
Gajah atau bertepatan dengan tahun 571 Masehi. Nabi Muhammad yang penuh berkah ini dilahirkan di
sebuah kota yang bernama Makkah. Di kota suci tersebut, terdapat Ka'bah yang
dibangun oleh Nabi Ibrahim, bapak agama monoteisme(agama yang meyakini
satu Tuhan) dan leluhur bangsa Arab serta Yahudi.
Iroisnya, dalam masa-masa menjelang kelahiran
Muhammad masyarakat Makkah berubah menjadi penganut polyteisme(agama
yang meyakini beberapaTuhan), sehingga mereka dijuluki sebagai jahiliyah(bodoh).
Fakta ini dibenarkan oleh Sayyed Hossen Nasr dalam
Muhammad Man of Allah (1982). Ia mengemukakan bahwa lebih dari seribu tahun di Arabia,
ajaran monoteistik telah ditinggalkan. Mayoritas bangsa Arab telah jatuh
ke dalam jurang kemusyrikan yang paling buruk. Mereka telah melupakan kebenaran
dan tenggelam dalam zaman kejahilan (jahiliyah) yang menjadi latar
belakang lahirnya Islam.
Satu-satunya pengecualian, di samping sejumlah
kecil umat Kristen dan Yahudi yang berdiam di wilayah jazirah Arabia, adalah
terdapat beberapa orang yang menyendiri dan yang ingat terhadap ajaran asal
Nabi Ibrahim, yaitu orang-orang yang disebut al-Qur'an sebagai
kaum hanif atau hunafa.
Dalam kondisi masyarakat yang demikian, lahirlah seorang
anak manusia yang bernama Muhammadyang
tidak hanya menjadi nabi dan rasul Allah, tetapi juga kekasih Allah SWT. dan rahmat
yang dikirimkan ke muka bumi, sebagaimana disebutkan dalam al-Quran
(21: 107);”Dan tidaklah kami utus engkau (Muhammad), kecuali sebagai rahmat
bagi sekalian alam”.
Islam yang diturunkan Allah melalui Rasulullah Muhammad
adalah agama yang membebaskan kaum tertindas, mengangkat derajat orang-orang
yang kalah, dan membebaskan umat manusia dari hegemoni tradisi dan
sistem yang membelenggu. Hal ini karena Muhammad, sang pembawa risalah, adalah nabi yang lahir dengan spirit
teologi pembebasan (liberation theology) berupa tauhid yang
hanya meyakini satu tuhan.
Muhammad membebaskan para hamba sahaya dari
cengkeraman majikannya. Muhammad juga membebaskan kaum perempuan dari belenggu
otoritas kaum lakilaki. Dan Muhammad pula yang membebaskan sistem ekonomi dari
ribawi menjadi maslahat bagi umat.
Ada pendapat yang menarik dari Thaha Husein, seorang
intelektual dari Mesir, berkaitan dengan teologi pembebasan ini. Thaha menyatakan
bahwa andaikan Muhammad hanya membawa tauhid, tanpa mengajarkan sistem
sosial dan ekonomi, tentu banyak orang Quraisy menyambut seruan Muhammad dengan
mudah.
Penolakan kaum Quraiys adalah karena mereka merasa terancam secara
sosial, politik dan ekonomi dengan kehadiran Islam sebagai agama yang juga membawa ajaran-ajaran
tentang ekonomi, politik dan tata kelola kemasyarakatan lainnya.
Muhammad adalah manusia biasa. Namun, karena
perjuangannya melampaui egoisme, Muhammad manusia pun berubah menjadi Muhammad dengan
predikat nabi dan rasul. Proses itulah yang membutuhkan pengorbanan besar dan
perjuangan yang berdarah-darah. Sehingga, tidak ada umat manusia yang melebihi
penderitaan yang dipikul Nabi Muhammad. Tidak ada kesengsaraan di muka bumi ini
sebagaimana dalam sejarah hidup Muhammad. Dari pergulatan sosial dan pergulatan
spiritual inilah, kemudian Allah mengangkatnya menjadi utusan sekaligus
pemimpin bagi umat manusia menuju cakrawala ketuhanan.
Penghormatan terhadap Nabi yang berjuang untuk umat
manusia dan menebar cinta untuk semesta (rahmatan lil 'alamin) itulah
yang melahirkan peringatan Maulid Nabi.
Perayaan Maulid Nabi pertama kali diperkenalkan
pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138 M-1193 M). Tujuannya
adalah membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW. sehingga mampu
meningkatkan semangat juang kaum Muslim saat itu yang sedang terlibat dalam
Perang Salib melawan pasukan Kristen Eropa dalam upaya
memperebutkan kota Yerusalem.
Dengan memperhatikan perjuangan Nabi Muhammad,
maka sudah selayaknya kita menjadikannya sebagai teladan hidup sehingga mampu
menjadi penerang dalam kegelapan dan penunjuk arah ketika kebingungan. Dalam
perkembangan dunia sekarang ini yang semakin pesat dibutuhkan keteladanan yang
paripurna, dan semua itu ada pada diri rasulullah SAW.
By; www.infoabdulwahid.wordpress.com
Pak Ust.Abdul, Punten tumaros, kalau boleh minta informasi atau rujukan, dibuku atau kitab mana yang menunjukan bahwa perayaan maulid Nabi dimulai pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138 M-1193 M)?
BalasHapusHatur Nuhun.
PUNTEN AH NGIRING NIMBRUNG, SIM KURING MENDAKAN PENJELASAN NU BERIMBANG NGENAAN PERAYAAN MAULUD AYA DI BLOG http://www.alkhoirot.net/2012/02/hukum-maulid-nabi.html TERAS AYA KUTIPAN SAURNA SAURNA AYA DINA Madarirushu’ud Syarhul Barzanji dikisahkan, Rasulullah SAW bersabda:
Hapus"Siapa menghormati hari lahirku, tentu aku berikan syqfa'at kepadanya di Hari Kiamat."
Sahabat Umar bin Khattab secara bersemangat mengatakan:
“Siapa yang menghormati hari lahir rasulullah sama artinya dengan menghidupkan Islam!” (PUNTEN COPY PASTE DA ABDI MAH SESET ELMU). TAH ABDI JADI HOYONG TUMAROS KA PA ARIS LAMUN SIM KURING NERANGKEUN KA PUN ANAK NGENAAN PERJUANGAN NABI SARENG PARA SAHABAT NUMANA SIGANA DINA JAMAN NABI ETA TEH TEU PERNAH DILAKUKAN ETA TEH KALEBET BID'AH? NU SAKATERANG ABDI DINA PERINGATAN MAULUD TEH SANES NGABAHAS KALAHIRAN ROSUL TAPI NGABAHAS PERJUANGAN SARENG AKHLAK NABI MUHAMMAD S.A.W SIGA NU TOS DILAKUKEUN KAMARI KU SABAGIAN JAMAAH ALMUHAJIRIN. HATUR NUHUN
Eh.. P Cecep mangga bade ngiringan mah, tapi punten ieu mah, namina oge tolabul ilmu, Punten P cecep, apakah dalam sabda Nabi tersebut dicantumkan riwayat siapa?
BalasHapussepengatahuan sim kuring Nabi saw. tidak pernah meminta hari kelahirannya dijadikan hari 'Ied, dan saya khawatir perkataan diatas mengatasnamakan nabi, itu yang perlu ditelaah kembali (musthala'ah hadits) apakah betul itu sabda Nabi atau hanya kutipan atau pendapat sipenulis yang mempengaruhi tulisan tersebut.
Kita pake logika aja dulu, jangan pake dalil. sekiranya perkataan itu benar dari nabi dan merupakan anjuran, mungkin para sahabat dan para tabiin sudah terlebih dahuulu mengerjakannya/mengamalkannya, dan mungkin akan lebih masyhur lagi para pencatat hadits membukukannya atau meriwayatkannya..
Saya yakin itu bukan perkataan umar, coba perhatikan percakapan Umar ra. dengan orang yahudi (hadis dalam cat. milad, maulid & Natal). Terkait orang tua memberikan edukasi kepada anak tentang sejarah Nabi,itu merupakan sesuatu yg penting, baik tentang sejarah kelahiran & wafatnya beliau. dan bukankah hari dan tanggal lahir dan wafatnya Nabi saw. itu jatuh pada tanggal yang sama 12 Rabiul awal? jadi apa yg diperingatinya itu hari lahir atau wafatnya beliau?
Dan mengenai memanfaatkan moment 12 rabiul awal sebagai acara pembahasan akhlak dan perjuangan beliau,lantas apa korelasinya dengan "Maulid/kelahiran Nabi". kalo mau memberikan pelajaran mengapa mesti menunggu satu tahun atau bulan Rabiul awal saja?
dan saya yakin ikhwatu iman maksudnya baik melakukan acara tersebut, tetapi niat baik itu harus sesuai tuntunan dari Nabi, kalo segala niat ibadah yang menjadi ukurannya baik menurut kita tanpa contoh dari Nabi & perbuatan Sahabat, kalo begitu untuk apa Nabi saw. diutus?
punten pisan P cecep sim kuring teu nyebat eta bid'ah, tapi mesti ada pemahaman yang lebih utuh & kritis terhadap persoalan tersebut bila dikaji berdasarkan ilmu sehingga Aqidah dan Ibadah kita sesuai dengan apa yang disabdakan oleh Nabi saw.: "Innama a'malu binniyat"
Wallahu a'lam bish shawab
Sakitu panginten komentar ti sim kuring rada panjang...
perkawis bab peringatan dan memperingati hadistna tos di dugikeun dina catatan sim kuring anu judulna "Maulid, Milad & Natal", tapi bilih masih panasaran urang diskusi di masjid supados mernah.. he he
Hatur Nuhun