Aris Saptiono |
PERSAKSIAN UMAT MUHAMMAD
Dan
begitulah Kami (Allah) telah jadikan kalian (muslimin) satu umat yang terpilih,
supaya kalian jadi saksi atas manusia, sedang Rasul jadi saksi atas kalian...
Q.S. Al Baqarah : 143
Tafsir
Mufradat
Makna (Alwasathu) pada ayat diatas
adalah (Alkhiyaaru) terpilih dan (Alajwadu) terbaik. Sebagaimana dikatakan
untuk orang quraisy, Awsathu bangsa Arab baik nasab maupun tempat,yakni yang
terbaik dari bangsa Arab. Rasulullah saw. pun merupakan (Wasathaa) diantara
kaumnya,yakni nasabnya termulia diantara mereka. Serta kalimat (Ashsholatul
wustha) seutama-seutama salat yakni ashar. Umdatu
Tafsir, I : 263
(Alwasathu) juga dimaknai (Al’adlu)
(adil/pertengahan), karena sebagaimana Kabah kiblat kaum muslimin itu (Wasathul
ardhu) tengah-tengah bumi, maka (wakadzalika ja’alnaakum ummatan wasathaa)
maknanya, kalian dibawah para Nabi tapi diatas seluruh umat. Al Qurtubi, II : 153
Munasabah
Ayat
Ayat diatas (Al Baqarah : 143),
berada pada rangkaian ayat-ayat yang menerangkan perpindahan kiblat kaum
muslimin dari Baitul Maqdis di Palestina ke Baitullah di Makkah.
Adalah Yahudi dan Nasrani mengaku
bahwasannya Ibrahim dan para nabi setelahnya adalah dari golongan mereka, serta
kiblat mereka adalah Baitul Maqdis. Ketika Nabi saw. berada di Makah dan
beberapa bulan di Madinah beliau pun berkiblat ke Baitul Maqdis. Namun ketika
beliau diperintah untuk menghadap ke Kabah, mereka (ahli kitab) mencacinya dan
menjadikan hal itu sebagai alasan untuk tidak menerima Islam. Mereka berkata,
“Muhammad telah meninggalkan bapak-bapaknya, dalam waktu singkat ia telah
kembali kepada agama kaumnya”. Maka Allah menurunkan rangkaian ayat yang
menerangkan perpindahan kiblat sebagai jawaban atas tuduhan mereka. Ash Shabuni, I:101
Diantara rangkai ayat mengenai
perpindahan kiblat itu, ayat diatas merupakan penekanan firman Allah swt,
bahwasannya, “Justru Kami (Allah) pindahkan kiblat kalian ke kiblat itu bagi
kalian untuk Kami jadikan kalian umat terbaik diantara seluruh umat, supaya
kalian pada hari kiamat menjadi saksi atas umat lainnya, karena semuanya tahu
keutamaan kalian. Umdatut Tafsir, I:263
Tafsir
Ayat
Allah swt. menjadikan kaum muslimin
sebagai satu umat yang terpilih dan terbaik dengan berbagai macam kelebihan dan
keutamaan yang tidak dimiliki oleh umat-umat lainnya. Seperti sabda Rasulullah
saw, “Umatku diberi tiga perkara yang tidak diberikan selain kepda para Nabi.
Yaitu apabila Allah mengutus seorang nabi, Ia berfirman kepadanya, “Berdoalah
kepadaKu pasti Ku ijabah permohonanmu”, dan begitu pun kepada umat ini,
“Berdoalah kalian kepadaKu,pasti Kuijabah permintaan kalian”. Apabila Allah
mengutus seorang Nabi, Ia berfirman, “Tidaklah Ia jadikan atasmu dalam agama
perkara yang berat”, begitu pun kepada umat ini, Tidaklah dalam agama ini Kami
jadikan perkara berat”. Dan apabila Allah mengutus seorang Nabi, Ia menjadikan
saksi bagi kaumnya, begitu pun Ia jadikan umat ini saksi atas manusia. H.R. At Tirmidzi
Gelar sebagai umat terpilih dan
terbaik bagi umat muslimin, tentu bukan sekedar gelar yang diraih begitu saja.
Tetapi sepantasnya dan seharusnyalah kaum muslimin dapat meraih,
memperjuangkan, serta mempertahankan gelar tersebut menjadi umat terbaik dari
seluruh umat.
Persaksian
di Dunia dan Akhirat
Pilihan Allah swt. terhadap umat ini
(muslimin) dimaksud sebagai wujud agar mereka menjadi saksi bagi seluruh
manusia, baik di dunia maupun di akhirat.
Oleh karena itu kau muslimin harus
menjaga sebaik mungkin kemurnian iman serta kualitas amal salehnya, agar setiap
kali melontarkan satu penilaian selalu menghasilkan sebuah penilaian yang
netral dan jernih yang bersumber dari cahaya keimanan dan cermin kesalehan
mereka.
Rasulullah saw. bersabda :
Hampir saja kalian tahu yang
sebenarnya orang terbaik dan terjelek dari kalian. Para sahabat bertanya,
“Dengan apa ya Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Dengan sebutan baik dan sebutan
jelek dari kalian. Sebab kalian adalah saksi Allah di muka bumi ini. H.R. Ahmad dan Ibnu Majah
Walaupun sangat sulit untuk
dibuktikan karena hanya Allahlah Yang Maha Tahu. Rasulullah saw. sangat
mempertimbangkan penilaian kaum muslimin mengenai baik buruknya seseorang.
Sebagaimana perkataan Jabir bin Abdillah, “Satu waktu Rasulullah saw. melayat
jenazah Bani Salamah, aku ikut disamping beliau. Sebagian mereka berkata,”Demi
Allah Ya Rasulullah! Dialah sebaik-baik orang, dia seorang muslimin saleh”.
Mereka pun menyebut-nyebut kebaikanya. Rasul saw. bertanya, Benarkah yang
engkau katakan itu?” sesorang menjawab,”Masalah batinnya hanya Allah yang tahu,
tapi begitulah yang tampak pada kami”. Maka Nabi saw. bersabda, “Banar jika
demikian tentu ia masuk surga’. Dilain waktu beliau melayat jenazah di Bani
Haritsah, dan aku pun bersama beliau. Sebagian mereka berkata, “Ya Rasulullah
saw! Dialah sejelek-jelek manusia, kasar sekali ucapannya”. Mereka pun menyebutkan
kejelekannya. Rasul bertanya kepada sebagian mereka, ‘Benarkah yang engkau
katakan itu?’ Orang iru menjawab, Msalah batinya hanya Allah yang tahu, tapi
begitulah yang tampak pada kami. Maka Rasulullah saw. bersabda, ‘Jika benar
demikian tentu ia masuk neraka. H.R. Al
Hakim dam Ibnu Mardawaih
Pada riwayat lain
Rasulullahbersabda,”Muslimin mana saja yang disaksikan kebaikannya oleh empat
orang, maka Allah akan memasukkannya ke surga”. Kami bertanya, “Bagaimana kalau
oleh tigaorang?” Tanya kami lagi, “Bagaimana kalau oleh dua
orang?”Jawabnya,”Dua orang pun begitu”. Dan kami pun tidak menanyakan bagaimana
kalau oleh seorang”. H.R. Ahmad
Riwayat ini menunjukan bahwa yang
menjadi
masalah bukan empat, tiga, dua orangnya, bukan kuantitasnya tetapi kualitas
orang yang memberi kesaksian . Artinya dengan kualitas orang seperti apa,
sewaktu hidupnya si mati bergaul hingga tahu segala amalnya yang dengan
penilainya itu ia menjadi ahli surga atau neraka.
Di akhirat pun kaum muslimin akan
menjadi saksi bagi seluruh umat lainnya. Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda,
“Nabi Nuh akan dipanggil pada hari kiamat, ia menjawab,
‘Ya Rabbi aku penuhi panggilanMu’. Ia ditanya, ‘Sudahkah engkau bertabligh?’
Nuh menjawab, ‘Ya. Kemudian ditanyakan kepada umatnya,’Apakah Nuh sudah
bertabligh pada kalian?’ Mereka menjawab, ‘Tidak ada yang datang pada kami
seorang pun pembawa ancaman’. Kemudian ditanyakan lagi kepada Nuh,’Siapa yang
menjadi saksi bagimu?’ Ia menjawab,’Muhammad dan umatnya’. Maka mereka (kaum
muslimin) memberi persaksian bahwasannya Nuh benar telah bertabligh...
Umat-umat itu bertanya, ‘Bagaimana mungkin bisa memberi persaksian kepada kami
orang yang tidak bertemu dengan kami?’. Allah swt. pun bertanya kepada kaum
muslimin, ‘Bagaimana kalian memberi persaksian kepada orang yang tidak bertemu
dengan kalian?’. Kaum Muslimin menjawab,’Ya Tuhan kami, engkau mengutus kepada
kami seorang rasul, dan Engkau turunkan kepada kami janjiMu dan kitabMu. Engkau
kisahkan kepada kami bahwasannya mereka (para nabi) telah bertabligh maka kami
bersaksi dengan janjiMu’. Allah berfirman, ‘Mereka itu benar’.”H.R. Al Bukhari dan Ibnu Mubarak.
Khatimah
Bercermin dari keterangan-keterangan
diatas, sebagai saksi Allah didunia dan akhirat, kita kaum muslimin hendaknya
selalu menjaga kemurnian iman dan kualitas amal saleh, serta meghilangkan rasa
permusuhan terhadap saudara sesama muslim, agar setiap penilaian kita selalu
jernih dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kita hendaknya juga selalu waspada
terhdapa siapa pun yang berdasarkan penilaian kita merupakan ancaman bagi Islam
dan kaum muslimin, termasuk kewaspadaan atas mereka yang secara lahiriah
wajahnya terbalut dengan berbagai ancaman kebajikan semu.
Wallahua’lambishshawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar