ust. Aris Saptiono |
“Telah
dihiasi (hati) manusia dengan kecintaan kepada sesuatu yang diingini yaitu
wanita, anak-anak, harta yang berlimpah berupa emas dan perak, kuda (kendaraan)
pilihan, binatang ternak, sawah ladang. Yang demikian itu kesenangan hidup di
dunia, tetapi di sisi Allah ada sebaik-baik tempat kembali.” Q.s. Ali Imran : 14
Arti
kata-kata
Asysyahawaatu bentuk jamak dari
Asysyahwatu artinya keinginan hati untuk memiliki sesuatu yang menjadi selera.
Seperti perkataan “hadza tha’am syahwatu fulan” artinya makanan ini kesukaan si
fulan.
Munasabah
Ayat
Pada ayat-ayat sebelum ini, Allah
swt. menjelaskan kesibukan orang-orang kafir dalam mengurus harta dan anak-anak
mereka, juga sikap berpalingnya mereka dari kebenaran dan ambisi mereka dalam mereguk
kelezatan duniawi. Dan pada ayat ini (Q.s. Ali Imran : 14), Allah swt.
menerangkan betapa terbujuknya mereka oleh hal-hal tersebut, dan Ia memberikan
suatu peringatan pada mereka yang sudah diperalat nafsunya. Ia juga
memperingatkan agar mereka tidak menjadikan kesenangan dunia sebagai tujuan
akhir hidupnya, yang mengakibatkan berpalingnya mereka dari amal-amal akhirat.
Karena kehidupan dunia ini diciptakan hanyalah sebagai ladang dan sarana ujian
dan batu loncatan untuk meraih kebahagiaan hidup yang kekal yaitu Al Jannah
(surga).
Penghias
Kesenangan Dunia
Diantara para ulama ahli tafsir ada
perbedaan pendapat mengenai siapa yang menghiasi hati manusia itu hingga
mencintai kesenangan hidup di dunia yang dimaksud oleh ayat ini. Pendapat
pertama mengatakan bahwa dia itu adalah syetan, berdasarkan firman Allah swt. “Dan tatkala syetan menghiasi (menjadikan
mereka/memamandang baik) amal-amal (jelek) mereka” Q.s. Al Anfal : 48.
Hiasan syetan disini adalah bisikan
dan bujukan mengenai amal jelek yang menjadikan mereka menganggap baik dan
hatinya menjadi condong pada amal tersebut. Pendapat kedua mengatakan bahwa dia
itu justru Allah swt. berdasarkan firmannya, “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai
perhiasan, karena Kami hendak menguji siapa diantara mereka yang paling baik
amalnya” Q.s. Al Kahfi : 7.
Dan hal inilah yang dimaksud Umar bin
Khattab ketika berdoa:
Ya
Allah, kami tidak akan mungkin kuat untuk menghadapi segala kesenangan dunia
yang telah Engkau hiasi untuk menguji kami, kecuali dengan pertolongan-Mu. H.r.
Al Bukhari, Ash Shabuni I: 190.
Jadi kedua penafsiran pada ayat
tersebut pada hakekatnya tidaklah bertentangan dan bisa kami terima karena
keduanya berasal dari satu tujuan yang sama, yaitu untuk mengingatkan manusia
supaya tidak terbujuk dan tergelincir oleh kesenangan duniawi yang sementara
ini.
Enam
Kesenangan Dunia.
Keenam perhiasan dunia yang dicintai
manusia karena kesukaannya itu adalah :
Pertama, Wanita. Kaum wanita objek
kesenangan hidup dan sasaran pandangan mata, yang dengannya pula jiwa akan
merasa tentram. Sebagaimana firman Allah swt., “Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya, Ia jadikan jodoh-jodoh dari
jenis kalian supaya kalian merasa tentram, dan Ia jadikan kasih sayang diantara
kalian..” Q.s. Ar Rum : 21.
Pada ayat ini, cinta terhadap wanita
lebih didahulukan daripada mencintai anak-anak, padahal mencintai wanita
terkadang bisa hilang, berbeda dengan mencitai anak-anak. Hal dikarenakan bahwa
biasanya mencintai anak-anak tidak suka terlalu berlebihan, tidak seperti
mencintai seorang wanita. Sehingga ada pendapat yang mengatakan bahwa terlalu
mencintai wanita itu bisa menimbulkan dua fitnah, sedangkan terlalu mencintai
anak-anak hanya menimbulkan satu fitnah.
Dua fitnah yang bisa disebabkan
karena terlalu mencintai wanita adalah : Pertama, terputusnya tali silaturahmi,
karena terkadang seorang wanita mempengaruhi suaminya untuk menjauhi orang tua
dan saudara-saudaranya. Kedua, menyuruh mencari harta dengan tidak
memperhitungkan halal dan haramnya.
Sedangkan fitnah yang biasanya
ditimbulkan karena terlalu mencintai anak hanya satu,yaitu berusaha
menumpuk-numpuk harta untuk membahagiakan mereka. Al Qurtubi IV : 29.
Kenyataan diatas sesuai dengan sabda
Rasulullah saw. :
Tidaklah
aku meninggalkan satu fitnah setelahku yang dirasakan paling berat oleh
seseorang kecuali fitnahnya wanita. H.r. Al Bukhari & Muslim.
Mencintai wanita bisa menjadi sumber
ketentraman dan sarana ibadah dalam mendidiknya, akan tetapi jika terlalu
berlebihan dan salah didikan, bisa menjadikannya sebagai sumber malapetaka dan
kemurkaan Allah karena salah mendidiknya.
Kedua, Anak-anak. Rasulullah saw. pernah
bertanya kepada Asy’ats bin Qais, “Apakah engkau mempunyai seorang anak yang
periang?” ia memjawab, “Ya, aku mempunyai, dan aku ingin sekali mempunyai
sewadah makanan yang akan aku berikan (selain kepadanya) juga kepada anak-anak
lainnya”. Mendengar demikian Nabi saw. bersabda, “Jika benar apa yang engkau
katakan itu, maka mereka itu merupakan buah hati belahan jantung. Walaupun
terkadang mereka itu merupakan penyebab ketakutan, kekikiran dan kesedihan”. Al
Qurtubi IV : 29-30.
Mencintai anak sesuai dengan
proporsinya yang benar, yaitu dengan meyakini bahwa anak itu hanyalah amanah
dan sekaligus ujian dari Allah swt. akan menjadikan anak itu sebagai sumber
pahala dan kebajikan. Dimana setiap kecintaan kepada anak yang dimanivestasikan
dengan pendidikan, pemberian nafkah, dan kecintaan lainnya akan menjadi satu
nilai ibadah disisi Allah swt. Sebaliknya jika mencitai anak terlalu berlebihan
yang tidak sesuai dengan proporsinya, maka anak itu akan menjadi sumber
kebakhilan, kesedihan dan ketakutan.
Ketiga, harta benda. Mencintai harta benda
sudah merupakan naluri manusia, karena dengan harta ini diharapkan menjadi
sarana untuk meraih berbagai keinginan dan jalan untuk menggapai kelezatan
serta kepuasan. Keinginan seseorang terhadap harta tidak ada batasnya, apa yang
telah dicapai membuatnya makin menginginkan yang lebih.
Namun kecintaan manusia terhadap
harta ini, pernah digambarkan oleh Rasulullah saw. lewat sabdanya :
Seandainya
anak Adam mempunyai dua lembah yang penuh dengan emas, pastilah ia akan
berharap memiliki lagi lembah emas yang ketiga. Dan perut anak Adam tidak akan
pernah kenyang (dalam mencari harta) kecuali (jika sudah penuh) dengan tanah.
Dan Allah akan menerima taubat orang-orang yang mau bertaubat. H.r. Al Bukhari dan Muslim.
Dengan harta orang bisa menjadi
bahagia, hidup terhormat dan tentram dalam beribadah. Akan tetapi dengan harta
pula bisa merupakan sumber fitnah orang menjaditerfitnah dan lupa daratan,
melupakan hak Allah, umat, sesama manusia, bahkan hak diri sendiri.
Umat islam tidak dilarang mencari dan
memiliki harta, akan tetapi cara mecari dan menggunakan harta itu ada
rambu-rambunya. Dan yang perlu dipahami adalah harta itu hanya merupakan
sarana, bukan tujuan.
Keempat, Kuda (kendaraan) pilihan. Kuda pada
waktu itu merupakan alat transportasi yang tercepat dan mahal. Setiap kuda yang
dipelihara dan diberi tanda untuk diperjual-belikan kebanyakan dimiliki oleh
para pembesar. Dengan hal seperti inilah diantaranya mereka saling bersaing dan
membanggakan diri, dan karena saking berlebihan dalam mencintainya mereka
berani membela mati-matian demi kecintaannya itu.
Seekor kuda tidak akan dimintai
pertanggung-jawaban atas segala akibat yang terjadi, tetapi pemiliknyalah yang
harus bertanggung jawab, apakah suatu kemaslahatan atau kerusakan yang
ditimbulkannya itu. Hal inilah yang dimaksudkan oleh sabda Rasulullah saw.
Kuda
itu ada tiga macam, bagi seseorang bisa menjadi pahala, bagi yang lain bisa
menjadi penutup (amal), dan bagi yang lainnya lagi bisa menjadi siksa. Al
Qurtubi IV: 33.
Kelima, Binatang Ternak. Orang-orang arab
menganggap binatang ternak ini sebagi harta, kehidupan dan kebutuhan. Dengan
inilah mereka saling membanggakan diri dan berlomba memperbanyak.
Syetan menghiasi kecintaan manusia
terhadap binatang ternak ini, supaya semakin banyak binatang ternaknya semakin
tersibukan pula dalam mengurusnya, sehingga lupa akan kewajiban-kewajibannya.
Dan Allah menghiasi kecintaan manusia
terhadap binatang ternak, sebagai uijian siapa diantara mereka yang tetap teguh
dalam melaksanakan hak dan kewajibannya.
Keenam, Sawah ladang. Ini merupaka pokok
kehidupan manusia.kebutuhan dan kemanfaatan akan sawah ladang jauh lebih
penting dan lebih banyak dari kelima macam sarana diatas. Akan tetapi pada ayat
ini ditempatkan pada urutan paling akhir, dikarenakan sarana yang terakhir ini
selalu memenuhi kebutuhan manusia, sehingga kebanggaan memilikinya akan sedikit
berkurang dibanding memiliki kelima sarana yang lainnya.
Khatimah
Keenam perkara tersebut diatas
hanyalah kesenangan hidup di dunia yang sifatnya sementara. Oleh karena itu
tidak pantas menjadikannya sebagai tujuan akhir kehidupan ini dan melupakan
persiapan amal kabajikan untuk menghadap Allah swt.
Ayat itu tidak melarang umat islam
mencari dan menikmati keenam kesenangan hidup dunia tersebut. Akan tetapi
setiap muslim hendaklah mempunyai pandangan bahwa semua kesenangan duniawi
tidak dijadikan tujuan akhir hidup ini. Wallahu
a’lam bish-shawab.
Aris saptiono
Griya Mitra A4/21 Ds.Cinunuk Kec. Cileunyi 08179281752
Betul Pa Ustad Aris. Kesenangan dunia adalah ujian bagi kita. Pantas kata para Ulama, "Kalau melihat dunia harus ke bawah, dan melihat akhirat harus ke atas". Karena masih banyak di sekitar kita yang mencari makan saja harus siang/malam. Dan ada orang yang jam 02.00 malam sudah bangun untuk Qiyamul Lail, hari Senin-Kamis selalu berpuasa sunah, dan waktu Dhuha selalu rutin mendirikan shalat Dhuha. Sementara kita belum bisa istiqomah mengamalkannya. Semoga Allah SWT selalu membimbing dan memberi keikhlasan kepada kita untuk istiqomah mengamalkannya. Amien
BalasHapus