aris saptiono |
MENGIMANI URUSAN GHAIB
(Dia-lah
Allah) yang mengetahui urusan ghaib, Dia tidak menerangkan kepada siapapun
perkara ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya. Sesungguhnya Dia
mengadakan penjagaan di muka dan di belakangnya. Supaya terbukti bagi-Nya,
bahwa sesungguhnya mereka telah menyampaikan risalah-risalah Tuhan-Nya. Padahal
ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu
satu persatu. Q.S. Jin:26-28
Tafsir
Mufradat
(Alghaibu) makna asalnya adalah (Assatru) tertutupi, seperti kata (Ghaabasy Syamsu) apabila cahayanya
tertutupi dari pandangan mata. Kemudian kata ini digunakan untuk setiap yang
luput dari panca indera dan pengetahuan manusia. Dari kata ini terbentuk kata
lain seperti (AlGhayabatu) yaitu
seseorang menceritakan aib orang lain, yang sebenarnya tak perlu diceritakan.
Dia (Alghayaabatu) yaitu tanah yang
curam. Dan yang dimaksud pada ayat diatas adalah sesuatu yang keberadaannya di
luar jangkauan panca indera dan tidak dapat dicapai dengan kemampuan akal
tetapi hanya dapat diketahui dengan berita dari para nabi. Al-Mufradat:380-381. Tafsir Al-Qasimi,I:35
Tafsir
Ayat
Ayat diatas menerangkan bahwa semua
yang ghaib itu hanya Allah-lah yang mengetahuinya. Dan Ia menerangkan perkara
ghaib itu hanya kepada para Rasul-Nya tentang apa yang Ia wahyukan kepada
mereka dan tentang apa yang Ia tetapkan hukumnya. Serta Ia tidak memberitahukan
hal itu kepada selain mereka.
Ayat diatas juga mengisyaratkan batal
dan bohongnya orang-orang yang mengaku mnegetahui urusan ghaib, seperti
dukun/paranormal, peramal bintang, tukang sihir dan orang yang mengaku memiliki
karomah. Karena mereka itu jauh sekali jika dikatakan termasuk orang yang
diridhai Allah, bahkan mereka termasuk yang dimurkai Allah. Dan kaum muslimin
haram hukumnya mempercayai mereka.
Dari
Ibnu Mas’ud, ia berkata, “Siapa yang mendatangi seorang dukun atau tukang
sihir, kemudian membenarkan apa yang diramalkannya (urusan ghaib). Sesungguhnya
ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad saw.” H.R. Al-Bazar
Ketika Ali bin Abu Thalib hendak
memerangi kaum Khawarij pada peperangan Nahrawan, seorang peramal berkata
kepadanya, “Jangan engkau berangkat pada
waktu ini, tetapi berangkatlah tiga jam setelah siang!” Ali berkata, “Maksudmu,
jika aku berangkat saat ini, bahaya dan kecelakaan akan menimpaku dan
sahabat-sahabatku. Dan jika aku berangkat pada saat yang engkau ramalkan,
kemenangan akan kuraih?” Ali berkata lagi, “Adalah Muhammad saw. tidak pernah
mempercayai ramalan, begitu pun kami setelah beliau. Siapa yang yang
membenarkan ramalanmu ini adalah seperti orang yang menyekutukan Allah, ‘Ya
Allah, tidak ada ramalan kecuali ramalan-Mu dan tidak ada kebaikan kecuali
kebaikan-Mu.” Kemudian ia berkata kepada peramal itu, “Kami mendustakanmu dan
menyalahimu untuk berangkat pada saat yang engkau larang ini.” Kemudian dia
menghadap pada orang-orang dan berkata, “Wahai manusia, hati-hatilah kamu
terhadap ramalan yang akan membawa kamu kepada kegelapan di daratan dan lautan.
Peramal itu seperti sihir, dan sihir itu seperti kafir dan kafir itu di neraka.
Demi Allah jika engkau mempercayai ramalan dan mengamalkannya, aku akan kurung
selamanya, dan Kuharamkan pemberian kepadamu selama aku berkuasa, ”Kemudian ia
berangkat pada saat itu dan memenangkan peperangan tersebut. Setelah peperangan
ini selesai, ia berkata, “Kalaulah kita berangkat pada saat yang diramalkan
lalu mendapat kemenangan, pasti ada yang berkata, “Karena ia berangkat pada
saat diramalkan”, padahal Muhammad saw. tidak pernah mempercayai ramalan begitu
pun kita setelah beliau. Allah memberikan kemenangan kepada kita mengalahkan
negeri Persia dan Romawi dan negeri lainnya, wahai manusia bertakwalah kepada
Allah dan berpegang teguhlah dengan-Nya.” Tafsir Al-Qurtubhi,XIX:28-29
Mempercayai urusan ghaib wajib
hukumnya, selama urusan ghaib tersebut bersumber dari wahyu, Alquran dan hadis
yang merupakan mukjizat kebenaran risalah Nabi saw. selain itu haram
mempercayainya.
Tidak semua urusan ghaib oleh Allah
swt. diterangkan kepada Rasul-Nya, termasuk malaikat terdekat pun. Ada lima
kunci ghaib hanya Allah-lah yang mengetahuinya, yaitu mengenai kiamat,
tidak ada yang tahu kapan kejadiaanya. Mengenai turunnya hujan, siang atau
malamkah. Mengenai janin yang ada pada rahim, laki-laki, perempuan dan apa
warna kulit, rezeki, nasib, ajal, surga dan nerakanya. Mengenai apa yang besok
akan dilakukan, baik-burukkah. Dan mengenai dimana seseorang akan mati.
Lihat, Q.S. Luqman:34
Sesungguhnya
Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa
yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti)
apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui
di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.
Dari Ibnu Umar r.a Rasulullah saw.
bersabda, “Kunci-kunci ghaib itu ada lima, tidak ada yang dapat mengetahuinya
kecuali Allah. Tidak ada yang mengetahui apa yang akan terjadi besok kecuali
Allah. Tidak pula kapan terjadi kiamat kecuali Allah. Tidak
mengetahui yang ada di rahim kecuali Allah. Tidak pula kapan turun hujan
kecuali Allah. Dan Tidak ada seseorang pun tahu dimana ia akan mati kecuali
Allah.” H.R. Al-Bukhari dan Muslim
Oleh karena itu, jika ada orang yang
mengaku memiliki ilmu tentang lima perkara ghaib tersebut, berarti ia telah
mengangkat dirinya melebihi derajat Nabi dan Malaikat. Ia telah kufur terhadap
Allah dan Rasul-Nya. Dan kaum muslimin haram mempercayainya.
Wallahu
a’lam bish-shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar