Hartaku Bukan Milikku
oleh :
Jeng Sri
Adalah harta yang akan ditanya secara detail pada yaumul hisab. tidak seperti ilmu dan umur yang hanya ditanya satu kali. "Dimanfaatkan untuk apa?", tentang harta kita akan ditanya dua kali, "Didapatkan dari mana?" dan "Kemana dibelanjakan?". mengapa harta sedetail itu? tidak lain karena sifatnya yang memiliki dimensi sosial sehingga perlu dipertanggungjawabkan cara harta didapat (apakah bermanfaat bagi orang lain atau tidak). kalau dimanfaatkan dengan benar, maka harta dapat membawa kita ke syurga, akan tetapi jika tidak ia akan menyeret kita ke neraka.
Apakah dengan demikian, seorang muslim tidak usah menjadi kaya saja agar ia tidak terkena fitnah harta? tentu saja bukan demikian terjemahannya. Prof. Dr. KH. Didin Hafiduddin dalam bukunya berjuduk Agar Harta Berkah dan Bertambah menjelaskan bahwa keterangan tentang zakat, infak dan sedekah pada dasarnya adalah perintah agar kaum muslimin mencari harta sebanyak-banyaknya dan menyalurkannya kepada orang lain (yang membutuhkan) ketika ia sudah mendapatkannya. Seperti kran air, seorang muslim hendaknya tidak hanya menampung harta bagi dirinya sendiri tetapi juga menyalurkannya kepada orang lain yang memang berhak. pada dasarnya harta sekedar titipan. Mencintainya secara berlebihan hanya akan mengubah kita menjadi manusia yang serakah.
Apakah zakat hanya berbicara tentang bagaimana mengeluarkan sejumlah harta? tentu tidak. berbicara zakat kita juga harus berbicara cara mengelolanya, disinilah peran penting lembaga-lembaga zakat untuk dapat memberdayakan uang umat ini agar menjadi lebih produktif, seperti halnya dulu Rasulullah menerapkan konsep baitul-maal.
Untuk itu saya mengajak mari bersihkan harta kita dengan zakat, infak dan sedekah karena didalam harta atau rezeki yang kita dapat ada hak untuk orang lain. kita tidak ingin di yaumul-hisab nanti kita terganjal pertanyaan seputar harta yang akan menghambat perjumpaan dengan orang tercinta di syurga kelak. wallahu'alam bishawab
Hatur nuhun Jeng, tos berbagi. Semoga menjadi amal solih.....
BalasHapusjujur kita akui, perlu pembiasaan diri untuk melahirkan jiwa sosial. Jika kewajiban zakat secara rutin sudah kita lakukan, semoga anjuran bersedekah setiap saat bisa kita laksanakan.
BalasHapus