(Tafsir Q.S. al-Baqarah; 159)
oleh:
Bp. Aris Saptiono |
Sesungguhnya
orang-orang yang menyembunyikan keterangan-keterangan dan petunjuk yang telah
Kami turunkan, setelah Kami menerangkan kepada manusia dalam Alkitab (maka)
mereka dilaknat dan dilaknat oleh yang melaknat. (Q.S. Al Baqarah: 159)
Tafsir
Mufradat
Yaktumuuna berasal dari kata Alkatamaanu dan Alkatamu yang berarti menyembunyikan dan menutupi. Al-Alusi berkata, Alkatamu adalah tidak menempatkan sesuatu dengan sengaja, walau hal
tersebut sangat dibutuhkan. Terjadinya Alkatamu
terkadang dengan cara menutupi dan menyembuyikan sesuatu dan terkadang dengan
menghilangkannya kemudian mengganti dengan yang lain pada tempatnya. Dan
orang-orang Yahudi melakukan kedua hal tersebut. Ruhul Ma’ani,II:27
SababunnuzulAyat
Ayat ini diturunkan mengenai Ahlul
Kitab ketika mereka ditanya tentang urusan Nabi saw. pada kitab mereka, mereka
menyembunyikannya karena hasud.
Dari Ibnu Abbas, bahwasannya Mu’adz
bin Jabal dan sebagian sahabat bertanya kepada sekelompok pendeta Yahudi
tentang sebagian isi Taurat, tetapi mereka menyembunyikannya, menolak
menerangkan kepada mereka, Maka Allah swt.menurunkan ayat ini tentang
mereka..... Rawi’ul Bayan,I:148
Tafsir
Ayat
Walaupun ayat ini khitabnya
ditujukan kepada kaum Ahlul Kitab yang suka menutup-nutupi atau menyelewengkan
makna suatu ayat dalam kitab-kitab mereka, namun secara keumuman lafalnya ayat
ini mencakup bagi setiap orang yang suka menyembunyikan kebenaran yang
seharusnya disampaikan kepada orang lain.
Mengenai seorang ‘alim yang tidak
menyebarkan ilmunya, Rasulullah saw. pernah memberikan satu sindiran dengan
sabdanya,
Perumpamaan
orang yang mempelajari suatu ilmu, kemudian ia tidakmenyebarkan ilmu, hal itu
seperti orang yang menumpuk-numpuk harta di gudang dan tidak pernah membelanjakannya.
H.R. At Thabrani
Orang
yang menyembunyikan ilmunya, terlebih-lebih ilmu agama, beliau mengancam,
“Barangsiapa menyembunyikan suatu ilmu yang dengan ilmu itu Allah swt. akan
memberi manfaat kepada manusia dalam urusan agama, maka Allah swt. akan
mengikatnya pada hari kiamat dengan pelana dari neraka”. H.R. Ibnu Majah
Dari beberapa keterangan diatas, kita
bisa melihat bagaimana tercela dan beratnya azab bagi orang-orang yang
menyembunyikan kebenaran suatu ilmu. Ini disebabkan mereka telah dengan sengaja
mengkhianati amanah Allah swt. berupa ilmu yang seharusnya disampaikan kepada
yang lain. Oleh karena itu salah seorang sahabat Rasul yang paling banyak
meriwayatkan hadis bernama Abu Hurairah, pantaslah bila pernah berkata,
Kalaulah tidak ada satu ayat didalam Kitabullah,
aku tidak akan pernah meriwayatkan satu hadis kepada siapapun selamanya.
Kemudian dia membaca ayat ini..... Q.S. Al Baqarah:159.
Tetapi karena ada tanggung jawab
moral yang dipikulnya berupa amanah ilmu yang wajib disebarkan, maka dengan
segenap kemampuannya Abu Hurairah r.a. meriwayatkan setiap hadis yang
didengarnya dari Rasulullah saw. hingga tercatat dialah diantara sahabat yang
paling banyak meriwayatkan hadis dengan jumlah 5374 hadis.
Memperjualbelikan
Ilmu
Salah satubentuk pengkhianatan ilmu adalah
dengan memperjualbelikannya. Yakni kualitas dan kuantitas ilmu itu hanya diukur
dengan imbalan yang akan diraih.
Misalnya seorang pendidik ketika
mengajar murid-muridnya tidak lagi ikhlas untuk menyampaikan ilmu yang
dimilikinya sebagai tanggung jawab moral terhadap amanah Allah swt. yang
dipikulnya, akan tetapi akan menghitung lamanya jam pelajaran dengan upah yang
akan diterimanya. Seorang murid ketika belajar, bukan lagi penguasaan ilmu yang
menjadi tujuan, tetapi dimanakah ia akan bekerja setelah mendapat ijazah. Dan
orang tua ketika membiayai sekolah anaknya sudah tidak lagi ikhlas dengan niat
ibadah, tetapi berfikir akan menjadi apa dan berapa besar gaji anaknya setelah
lulus.
Hal ini tidak berarti bahwa seorang
pendidik tidak berhak menerima upah dari jerih payah dan waktu yang
diluangkannya, atau si murid dan orang tuanya tidak boleh merencanakan masa
depannya. Akan tetapi yang menjadi inti permasalahannya adalah ilmu itu
sekali-kali tidak boleh diperjualbelikan, yakni kualitas dan kuantitas ilmu
tidak bisa diukur dengan nilai materi yang dikorbankan. Dan jika nilai materi
sudah menjadi tujuan pokok maka kemurnian menuntut, meyampaikan dan memelihara
ilmu itu akan hilang, malah segala cara akan dihalalkan untuk mengejar nilai
materi tersebut.
Barangkali hal seperti inilah yang
dimaksud oleh sabda Rasulullah saw.
“Barangsiapa
yang mempelajari suatu ilmu yang dengan ilmu itu layak mendapat keridhaan Allah
Azza aw Jalla, kemudian ia mempelajari semata untuk mengharapkan bagian dunia,
maka orang tersebut tidak akan mencium wanginya surga di hari kiamat”. H.R. Abu
Daud
Jika kita semua menyadari bahwa ilmu
itu adalah amanat dari Allah swt. dan yang diberi amanat itu punya kewajiban
untuk menyebarkannya kepada orang lain, tentu kita tidak akan terlalu gentar
dalam menghadapi kendala betapa mahalnya biaya pendidikan yang kita rasakan
seperti sekarang ini.
Metoda
Penyampaian Ilmu
Tidak semua ilmu bisa diberikan dan
diajarkan kepada khalayak. Ada beberapa
diantaranya yang hanya bisa disampaikan kepada tingkatan orang tertentu. Hal
ini tidak termasuk khitman seperti tercela pada ayat diatas (Q.S. Al-Baqarah:159),
karena jika disampaikan tanpa memperhatikan jenjang-jenjang tertentu, akan
menimbulkan suatu fitnah karena pemahaman mereka belum sampai untuk menjangkau
esensi ilmu tersebut.
Ibnu
Mas’ud berkata, “Jika engkau berbicara pada suatu kaum dengan pembicaraan yang
tidak dapat dicapai oleh pemahaman mereka, hal ini akan menimbulkan fitnah pada
sebagian diantara mereka”. Senada dengan hal ini, Ali bin Abi Thalib r.a. pun
berkata, “Berbicaralah kepada orang-orang sesuai dengan kemampuan pemahaman
mereka (kalau tidak demikian) sukakah kalian jika dengan sebab itu Allah dan
Rasul-Nya akan didustakan”. H.R.
Al-Bukhari.
Begitu pula dalam situasi dan kondisi
tertentu tidak disebarkan suatu ilmu karena takut suatu fitnah, juga tidak
termasuk khitman seperti diatas, hingga tidaklah mengherankan jika Abu Hurairah
melontarkan suatu pengakuan,
Aku
hafal dari Rasulullah saw. dua macam ilmu; yang pertama aku menyebarkannya,
adapun yang kedua, jika aku menyebarkannya,akanterputuslah tenggorokanku ini. H.R. Al-Bukhari.
Adapu ilmu yang tidak disebarkan oleh
Abu Hurairah pada masa terjadinya fitnah itu adalah hadis-hadis yang berkaitan
dengan urusan fitnah dan keterangan yang merinci orang-orang murtad serta
munafik, karena khawatir ada sesuatu menimpa dirinya. Al-Qurtubi,II:186.
Ringkasnya, jika kita menyembunyikan
ilmu dari orang yang pantas menerimanya kita telah menzalimi orang tersebut.
Dan jika kita memberikan suatu ilmu kepada yang tidak pantas menerimanya, kita
telah menzalimi ilmu tersebut.
Laknat
Bagi Pengkhianat Ilmu
Makna asalnya, laknat itu berarti
dijauhkan atau diusir. Para pengkhianat ilmu akan mendapat laknat Allah swt.
dan seluruh makhluk. Laknat Allah terhadap pengkhianat ilmu berarti mereka
dijauhkan dari rahmatNya, padahal hanya dengan rahmat-Nyalah bahagianya hidup
di dunia dan di akhirat. Dan laknat seluruh makhluk adalah doa mereka agar para
pengkhianat ilmu dijauhkan dari rahmat Allah swt.
Dengan
bahasa yang sangat filosofis, Imam Mujahid pernah mengatakan, “yang dimaksud
laknat seluruh makhluk adalah apabila binatang-binatang ternak kekurangan air
hujan, mereka menyeru pada pendusta bani Adam dengan perkataan, ‘Hujan
terhalang bagi kami sebab dengan dosa-dosa mereka’.” H.R. Abdurrazak
Berbeda dengan halnya orang yang
menyampaikan ilmu secara murni dan dilandasi dengan keikhlasan, seluruh makhluk
pun akan memintakan ampun baginya, sampai-sampai juga ikan yang ada dilautan.
Dari keterangan diatas, setidaknya
kita semua perlu introspeksi diri, apakah berbagai macam bencana yang menimpa
adalah karena dosa-dosa kita yang diantaranya mengkhianati ilmu?
Wallahu
a’lam bish-shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar