Salurkan Zakat, Infaq, Shadaqah dan Wakaf anda ke ZISWAF al-Muhajirin

Panitia Renovasi Masjid Al-Muhajirin

renovasi Masjid Al-Muhajirin ke Bank Syariah Mandiri KCP Jatinangor an. Panitia Renovasi Al Muhajirin Nomor Rekening 1000-555-777

iklan

jazakamullah ahsanal jaza' semoga Allah SWT akan membalas kalian dengan balasan yang terbaik. aamiin yaa robbal 'alamiin...

Jumat, 14 Desember 2012

Menjegal Langkah Syetan

Al-Muhajirin
Sejarah munculnya syetan diawali ketika Allah SWT menciptakan iblis dan manusia (Adam). pada saat itu Allah SWT memerintahkan kepada iblis untuk sujud kepada Adam namun iblis membangkang karena merasa diri lebih mulia. Hal ini sebagaimana di jelaskan dalam firman Allah , "Dan (ingatlah) ketika kami berfirman kepada malaikat 'sujudlah kamu kepada Adam', maka sujudlah mereka kecuali iblis, ia enggan dan takabur dan adalah ia golongan orang-orang yang kafir" [QS Al-Baqarah: 34]. Ayat ini merupakan tonggak pertama pembangkangan mahluk terhadap Khalik (sang pencita. 
Sejak itulah tersusun agenda iblis untuk menyesatkan manusia, agenda itu bahkan direncanakan secara rapi oleh iblis sejak Nabi Adam dan Siti Hawa masih tinggal di syurga, hal ini terbukti dengan iblis menggoda keduanya, "Lalu keduanya digelincirkan oleh syetan dari syurga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan" [QS Al-Baqarah :36].
Diturunkanlah Adam dan Hawa berbarengan dengan iblis, sejak saat itulah perang dimulai antara yang hak dan bathil, antara manusia dan iblis yang akan berperang sampai kiamat tiba. 
Oleh karena itu kita harus selalu waspada dengan agenda-agenda syetan agar selamat dari jeratannya, yang dapat dilakukan antara lain:
  1. Berada dalam keikhlasan. Ikhlas merupakan pondasi keimanan seseorang, ketika ikhlas dalam diri kita hilang maka imanpun akan mulai rapuh sampai pada akhirnya manusia melakukan berbagai kemaksiatan. "iblis berkata: ' Ya Tuhanku oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka (manusia) memandang baik (perbuatan maksiat) dimuka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang muklis (iklas) diantara mereka" [QS. Al-Hijr: 39-40]. 
  2. Istiqomah dan beramal. Istiqomah sering diartikan teguh pendirian selalu konsekuen. jadi muslim istiqomah adalah muslim yang selalu mempertahankan keimanan dan aqidahnya dan situasi dan kondisi apapun. "Maka tetaplah (istiqomahlah) kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang sudah tobat beserta kamu dan jangalah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Mahamelihat apa yang kamu kerjakan." [QS Huud : 112] 
  3. Selalu membaca isti'adzah, Isti'adzah adalah do'a perlindungan yang biasa dibaca oleh orang yang hendak membaca Al-Quran. dengan membaca itu kita meminta perlindungan kepada Allah dari segala sesuatu yang tidak kita inginkan. Allah befirman: "Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syetan, maka berlindunglah kepada Allah, sesungguhnya Allah Mahamendengar lagi Mahamengetahui" [QS Al-'araf : 200].
Semoga kita senantiasa dapat mengafllikasikan ketiga strategi tersebut sehingga dapat terbebas dari bencana maksiat yang setiap waktu selalu mengintai. Aamiin. Wallahu'alam bish shawab...  

denah masjid 1

Denah Masjid Al-Muhajirin
dimohon ada usulan dari jamaah tentang gambar masjid (rencana perluasan masjid), atau mungkin ada diantara jamaah yang menguasai dibidang arsitektur, ditunggu sumbang sarannya. jazakallah,,

Rabu, 12 Desember 2012

denah masjid almuhajirin

Ini saya sampaikan gambar denah awal masjid yang akan kita kembangkan dan renovasi. Mohon gambar ini bisa disebarkan kepada jamaah atau yang lainnya yang yang mau memberikan sumbangsih pemikiran membuat maket / layout bangunan untuk pengembangan masjid yang kita cintai ini  .
Adapun bangunan yang akan kita kembangkan antara lain:
1.       Masjid yang bisa menampung sekitar 150 – 200 Jamaah baik laki-laki maupun perempuan. Tempat di usahakan ada sekatnya.
2.       Sarana terpadu / serbaguna termasuk ruang belajar yang kira2 bisa menampung sekitar 30 – 50 orang ( dua kelas)
3.       Ruang sekertariat DKM untuk mengurus aktivitas di masjid dengan memperhatikan seksi-seksi yang ada
Untuk maket/layout tersebut dipersilahkan dibuat  satu tingkat atau dua tingkat
Hatur Nuhun
Salam

Cecep Sarip Hidayat
Koordinator tim pembangunan dan pengembangan mesjid

UPAYA PENGGUNAAN MESJID SEBAGAI PEMBINAAN UMAT

ust. Aris Saptiono


UPAYA PENGGUNAAN MESJID SEBAGAI PEMBINAAN UMAT
Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, padahal mereka sendiri mengakui kekufuran mereka. Mereka itulah orang-orang yang sia-sia setiap amalnya dan akan kekal didalam neraka. Yang akan memakmurkan mesjid-mesjid allah, hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah swt. iman kepada hari akhir, medirikan salat, mengeluarkan zakat dan tidak takut (kepada apapun dan siapapun) selain kepada Allah, oleh karena itu, mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang terpimpin.  Q.S. At-Taubah:17-18
Sababunnuzul Ayat
Diriwayatkan bahwa skelompok pemimpin Quraisy pernah ditawan setelah usai perang Badar. Diantara mereka ada Al-Abbas bin Abdul Muthalib. Setelah mereka ditawan, datanglah beberapa orang sahabat Rasulullah saw. menemui mereka dan mencela kesyirikan mereka, Ali bin Abi Thalib pun tidak ketinggalan mencela (pamannya) Al-Abbas karena memerangi Rasulullah dan memutuskan silaturrahmi. Mendengar celaan mereka Al-Abbas tidak terima dan berkata, “Mengapa kalian hanya menyebut-nyebut kejelekan kami (Musyrikin Quraisy) dan menutup-nutupi segala kebaikan kami?” Ali balik bertanya, “Benar kalian punya kebaikan-kebaikan?” Al-Abbas menjawab, “Ya, kamilah yang memakmurkan Masjidil Haram, memutupi Ka’bah (dengan kiswah), menyediakan air bagi yang beribadah haji, dan membebsakan para tawanan”.
Setelah kejadian ini, turun ayat At-Taubah ayat 17, yang berkenaan dengan amal kaum musyrikin tersebut. (As-shabuni,I:520) dan pada ayat selanjutnya (At-Taubah:18), Allah swt. menjelaskan kriteria orang-orang yang layak memakmurkan mesjid-mesjid Allah swt.


Tafsir Ayat
Dalam perjalanan sejarahnya keberadaan mesjid merupakan tempat yang sangat penting untuk membangun masyarakat yang berkualitas. Maka perlu kita benahi sekarang ini adalah mengupayakan agar mesjid menjadi pusat pembinaan umat ini benar-benar berfungsi sebagai wahana pembinaan umat.
Orang-orang yang mampu memakmurkan mesjid dengan kriteria seperti ayat diatas, bisa benar-benar tercetak bila mesjid yang menjadi pusat penggemblengannya tertata rapi, terorganisasi, dipenuhi oleh orang-orang yang berkeinginan untuk memelihara dan memakmurkan mesjid, bukan sebaliknya malah mencari kemakmuran dari mesjid. Dengan kata lain sangat bergantung kepada penerapan pengelolaan yang termasuk dalam perintah Allah swt., sebagaimana tersebut pada ayat diatas. Makna memakmurkan mesjid pada ayat diatas, juga berarti mengelola, mengurus dan melaksanakan segala kegiatan mesjid. Maka dalam hubungan inilah diperlukan penjelasan yang lebih jelas lagi, seperti dinyatakan dalam firman Allah swt. (Q.S. At-Taubah:108), “Mesjid dibangun atas dasar takwa semenjak permulaananya, lebih berhak jika kamu berdiri didalamnya”. Ini menegaskan hendaknya mesjid didirikan atas dasar takwa, yang tentu juga harus berdasarkan keimanan dan ilmu, termasuk didalamnya terampil dalam mengelola dan memakmurkannya.
Cara memakmurkan mesjid ada dua macam, ada secara hissiyah dan secara maknawiyyah. Secara hissiyyah dengan cara membangun dan memelihara dan secara maknawiyyah mengisinya dengan salat dan dzikir kepada Allah swt. hal ini dapat diketahui dengan penjelasan Allah swt. pada ayat diatas yang mengaitkan pemakmuran mesjid dengan keimanan. Oleh karena itu, didalam satu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Baihaqi, Rasulullah saw., pernah bersabda,
Apabila kalian melihat seseorang yang hatinya terkait di mesjid, maka persaksikanlah dengan keimanannya. Shifwat At Tafsir,I:527.
Bagi pemakmur-pemakmur mesjid yang memakmurkannya baik secara hissiyyah ataupun maknawiyyah dengan memenuhi kriteria yang digariskan pada riwayat diatas, terdapat beberapa keterangan dari Rasulullah saw., tentang penghargaan dan pahala yang akan mereka peroleh di dunia dan akhirat.


Khatimah
Jika kita menengok ke belakang kepada perjuangan Rasulullah saw. dalam membangun, membina dan manata umat, beliau tidak memulai perjuangan dari pembangunan mesjid yang megah, pesantren dan sarana-sarana lainnya, akan tetapi beliau memulai perjuangannya dengan membangun diri-diri pemakmur mesjid. Dengan kata lain, beliau mendahulukan pembangunan sumber daya manusianya dari pada sarana- sarana penunjang perjuangannya.
Sejarahpun mencatat, di Mekkah Rasulullah saw. tidak mendirikan satu bangunan apapun, tetapi beliau membina sahabat-sahabatnya di rumah Al-Arqam bin Abi Arqam. Dan baru di Madinahlah beliau mendirikan sebuah mesjid yang sederhana, karena pemakmurnya sudah dipersiapkan.
Hanya yang patut disayangkan dewasa ini, tidak sedikit saudara kita yang lebih mementingkan dan mendahulukan membangun sarana-sarana peribadatan dan pendidikan tanpa terlebih dahulu memikirkan siapa pengisi dan pemakmurnya. Akibatnya dapat kita lihat berapa banyak mesjid yang berdiri megah dengan tidak jelas siapa imamnya, dan tidak sedikit pesantren yng dibangun mentereng dengan asatidz yang kurang berkualitas. Ini adalah tugas kita semua untuk memecahkannya.
Sebagai akhir tulisan ini, ada baiknya kita perhatikan perkataan Ibnu Abbas setelah beliau memahami secara mendalam akan arti dan tujuan ayat diatas. Beliau berkesimpulan, “Barangsiapa yang mendengar adzan untuk salat, ia tidak menjawab dan tidak pergi ke mesjid, tetapi ia malah salat di rumahnya, maka tidaklah sempurna salatnya dan ia telah maksiat terhadap Allah swt. dan Abul Qasim”. H.R. Muslim.
Wallahu a’lam bish-shawab

Selasa, 11 Desember 2012

Menghisab Isi Hati

ust. Aris Saptiono


MENGHISAB ISI HATI
Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi. Dan jika kalian tampakkan apa yang ada di hati kalian atau kalian menyembunyikannya. Allah akan menghisabnya. Lalu Ia akan ampuni bagi siapa yang Ia kehendaki, dan Ia azab siapa yang Ia kehendaki. Dan Allah berkuasa atas segala sesuatu. Q.s. Al Baqarah : 284
Tafsir Ayat
Pada ayat ini Allah swt. menerangkan bahwa kepunyaan –Nyalah kerajaan langit dan bumi, segala isinya dan segala yang ada diantara keduanya. Ia mengetahui segala yang terjadi di langit-langit dan di bumi. Tidak ada apapun yang tersembunyi bagiNya walau selembut dan tersembunyi apapun. Dan Ia akan menghisab setiap hambaNya atas apa yang mereka perbuat dan bahkan yang baru dilintasan hati mereka.
Kesiapan berbuat taat
Turunnya ayat ini (yang menerangkan bahwa Allah akan menghisab setiap amal manusia, walau baru dilintasan hati, baik ataupun jelek) dirasakan amat sangat berat oleh para sahabat Nabi saw. waktu itu. Mereka faham siapakah orangnya yang mempu menjaga hatinya selama 24 jam secara terus menerus dari lintasan-lintasan kejelekan. Maka mereka sangat khawatir tidak akan bisa menjaga ketulusan niat di hati dan mereka sangat takut akan hisaban Allah terhadap amal-amal kecil yang tak disengaja dan tak terasa. Namun bagaimanapun hal ini menunjukan kesungguhan dan kemurnian, keimanan serta keyakinan mereka.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang bersumber dariAbu Hurairah, ia berkata, “Ketika turun ayat ini kepada Rasulullah saw, dirasakan sangat berat oleh para sahabat. Lalu mereka mendatangi Rasulullah saw. mereka berlutut dan berkata, “Ya Rasulullah,kami telah diberi kewajiban dari amal-amal yang kami mampu melaksanakannya, salat, saum, jihad, dan sadaqah, tetapi mengenai ayat ini kami tak mungkin berkemampuan untuk melaksanakannya”. Mendengar demikian Rasulullah saw. bersabda :
Inginkah kalian mengatakan seperti perkataan Ahli Kitab sebelum kalian, Kami mendengar tapi kami tak akan mentaati. Janganlah demikian , tapi ucapkanlah, “Kami mendengar dan kami taat, (jika sudah diupayakan semaksimal mungkin ternyata kami tidak mampu) kami harapkan ampunanMu.
Pada riwayat diatas, Rasulullah saw. menanamkan sikap optimis dalam menghadapi berbagai permasalahan kepada para sahabatnya terutama supaya mereka jangan terlebih dahulu menyatakan ketidakmampuan melakukan suatu amal, sebelum mencoba secara maksimal untuk melaksanakannya. Tetapi kalau sudah dilaksanakan dengan segenap kemampuan, dan ternyata amal itu benar-benar diluar batas kemampuan, maka besarlah harapan akan ampunan Allah swt. Dan beliau menjelaskan satu ajaran yang sangat mendasar, bahwa dalam pandangan Allah swt. suatu amal akan dihargai bukan hanya keberhasilannya, melainkan juga kesungguhan, kesabaran, dan ketakwaan dalam melaksanakannya.
Hisab dan ampunan Allah swt
Ketika para sahabat telah berusaha maksimal melaksanakan ayat diatas, Rasulullah saw. memberi kabar gembira pada mereka, dengan sabdanya :
“Sesungguhnya Allah telah memberiku maaf tentang umatku, akan apa yang terlintas dalam hati mereka (berupa kejelekan) selama mereka belum mengatakan atau melakukannya.” H.r. Al Jamaah.
Malah dalam riwayat Al Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, “Allah swt berfirman, “Jika hambaKu meniatkan satu kejelekan, janganlah dulu kalian (malaikat) mencatatnya, tetapi jika ia jadi mengamalkannya catatlah sebagai satu kejelekan. Dan jika ia niatkan satu kebaikan tetapi karena satu alasan tertentu tidak jadi mengamalkannya, catatlah oleh kalian sebagai satu kebaikan. Jika mengamalkannya catatlah sebagai sepuluh kebaikan.”
Kedua hadits ini tidak bertentangan dengan ayat diatas yang menyatakan bahwa setiap isi hati manusia akan dihisab, karena tidak selamanya penghisaban itu berakibat siksa. Dan Allah swt. akan mengampuni setiapniat jelek manusia selama masih terpendam rapi dalam hatinya, dan belum terucapkan atau teramalkan.
Dan ketika Rasul ditanya mengenai makna ayat diatas, beliau menyatakan bahwa kesalahan-kesalahan itu akan terimbangi dengan berbagai cobaan yang mengenai diri seorang hamba, asal dihadapi dengan kesabaran. Sabdanya, “Ini merupakan pengawasan Allah kepada hambaNya, dan tidaklah satu musibah menimpanya berupa penyakit, berbagai cobaan dan luka dibadannya, kecuali seorang mukmin akan bersih dari dosanya seperti keluarnya biji logam mulia dari bara api.” H.r. Ibnu Abu Hakim.
Khatimah
Berdasarkan ayat dan beberapa hadits diatas kita dituntut untuk lebih arif, bijaksana, dan mawas diri karena tidak semua yang ingin kita ucapkan harus diucapkan dan tidak semua yang ingin kita perbuat mesti dilakukan, tetapi hendaklah melalui pertimbangan yang matang agar terhindar dari akibat buruk baik di dunia mapun di kahirat. Hingga ketika Nabi saw. ditanya :
Muslim yang bagaimanakah yang utama itu? Beliau menjawab “Orang yang muslim lain terselamatkan dari lidah dan tangannya” H.r. At Tirmidzi
Walluahu a’lam Bish-shawab.

Senin, 10 Desember 2012

IKHLAS

ust. H. Jon Hardi
Al-Muhajirin 09 Desember 2012, Pengajian rutin malam senin DKM Al-Muhajirin malam tadi menampilkan nara sumber Ust. H. Jon Hardi, dalam ceramahnya beliau  bercerita tentang ikhlas, beliau menceritakan pengalaman spritualnya ketika berhaji.
Ikhlas dalam berhaji dicerminkan dalam sikapnya ketika berhaji, mulai dari saat berada diembarkasi sampai berangkat dan bermukim di tanah suci selama kuranglebih 40 hari. Banyak pengalaman-pengalaman menarik yang beliau ceritakan ketika masih berada di asrama haji. mulai dari harus ikhlas berebut atau mengantri toilet yang jumlahnya terbatas atau tidak sebanding dengan banyaknya jumlah jamaah haji sampai dengan makanan yang kita konsumsi. kita harus berusaha ikhlas dan sabar karena tidak semua makanan yang diberikan penyelenggara haji terkadang sesuai dengan selera kita. 
pengalaman-pengalaman ditanah airpun ternyata dialami di tanah suci bahkan untuk masalah toilet bisa dikatakan lebih parah dibanding ditanah air, sekedar contoh untuk buang air kecil saja harus ngantri seperti mau beli tiket konser, hehe...ngantri panjang maksudnya. 
pengalaman lain, tidak jarang dalam satu kamar kita berbeda pendapat dengan teman sekamar, ada yang suka pake AC ada yang tidak, ada yang suka tidur tanpa lampu ada juga yang justru tidak bisa tidur kalau dalam keadaan gelap, hal-hal kecil seperti itulah yang justru menjadi pemicu pertengkaran antara jamaah haji. disinilah kita harus dapat bersikap ikhlas dan sabar. 
Satu lagi pengalaman yang beliau sampaikan kepada jamaah yaitu berkaitan dengan keikhlasan kita dalam melaksanakan ibadah haji, kita harus benar-benar ikhlas dalam melaksanakan ibadah haji yaitu ikhlas dalam meninggalkan urusan duniawi sehingga kita dapat khusu dalam memenuhi undangan Allah. SWT.    Banyak lagi pengalaman-pengalaman menarik lain yang belum beliau sampaikan dan insya Allah akan di share kepada kita semua dilain kesempatan. 
mudah-mudahan ibadah haji yang sudah dilaksanakan oleh Ust. Jon Hardi dan saudara-saudara kita yang lain diterima oleh Allah SWT. dan tentunya Allah memberikan predikat kepada mereka semua yaitu menjadi haji/hajah mabrur/ah...Aamiin Ya Rabb, dan mudah2 kita yang belum dapat berangkat memenuhi panggilan Allah, disegerakan di undang menjadi tamunya Allah SWT. Aamiin Ya Rabb.. wallahu'alam bish shawab,,, 

 

Minggu, 09 Desember 2012

UJIAN KESENANGAN DUNIA


ust. Aris Saptiono


“Telah dihiasi (hati) manusia dengan kecintaan kepada sesuatu yang diingini yaitu wanita, anak-anak, harta yang berlimpah berupa emas dan perak, kuda (kendaraan) pilihan, binatang ternak, sawah ladang. Yang demikian itu kesenangan hidup di dunia, tetapi di sisi Allah ada sebaik-baik tempat kembali.” Q.s. Ali Imran : 14
Arti kata-kata
Asysyahawaatu bentuk jamak dari Asysyahwatu artinya keinginan hati untuk memiliki sesuatu yang menjadi selera. Seperti perkataan “hadza tha’am syahwatu fulan” artinya makanan ini kesukaan si fulan.
Munasabah Ayat
Pada ayat-ayat sebelum ini, Allah swt. menjelaskan kesibukan orang-orang kafir dalam mengurus harta dan anak-anak mereka, juga sikap berpalingnya mereka dari kebenaran dan ambisi mereka dalam mereguk kelezatan duniawi. Dan pada ayat ini (Q.s. Ali Imran : 14), Allah swt. menerangkan betapa terbujuknya mereka oleh hal-hal tersebut, dan Ia memberikan suatu peringatan pada mereka yang sudah diperalat nafsunya. Ia juga memperingatkan agar mereka tidak menjadikan kesenangan dunia sebagai tujuan akhir hidupnya, yang mengakibatkan berpalingnya mereka dari amal-amal akhirat. Karena kehidupan dunia ini diciptakan hanyalah sebagai ladang dan sarana ujian dan batu loncatan untuk meraih kebahagiaan hidup yang kekal yaitu Al Jannah (surga).
Penghias Kesenangan Dunia
Diantara para ulama ahli tafsir ada perbedaan pendapat mengenai siapa yang menghiasi hati manusia itu hingga mencintai kesenangan hidup di dunia yang dimaksud oleh ayat ini. Pendapat pertama mengatakan bahwa dia itu adalah syetan, berdasarkan firman Allah swt. “Dan tatkala syetan menghiasi (menjadikan mereka/memamandang baik) amal-amal (jelek) mereka” Q.s. Al Anfal : 48.
Hiasan syetan disini adalah bisikan dan bujukan mengenai amal jelek yang menjadikan mereka menganggap baik dan hatinya menjadi condong pada amal tersebut. Pendapat kedua mengatakan bahwa dia itu justru Allah swt. berdasarkan firmannya, “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan, karena Kami hendak menguji siapa diantara mereka yang paling baik amalnya” Q.s. Al Kahfi : 7.
Dan hal inilah yang dimaksud Umar bin Khattab ketika berdoa:
Ya Allah, kami tidak akan mungkin kuat untuk menghadapi segala kesenangan dunia yang telah Engkau hiasi untuk menguji kami, kecuali dengan pertolongan-Mu. H.r. Al Bukhari, Ash Shabuni I: 190.
Jadi kedua penafsiran pada ayat tersebut pada hakekatnya tidaklah bertentangan dan bisa kami terima karena keduanya berasal dari satu tujuan yang sama, yaitu untuk mengingatkan manusia supaya tidak terbujuk dan tergelincir oleh kesenangan duniawi yang sementara ini.
Enam Kesenangan Dunia.
Keenam perhiasan dunia yang dicintai manusia karena kesukaannya itu adalah :
Pertama, Wanita. Kaum wanita objek kesenangan hidup dan sasaran pandangan mata, yang dengannya pula jiwa akan merasa tentram. Sebagaimana firman Allah swt., “Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya, Ia jadikan jodoh-jodoh dari jenis kalian supaya kalian merasa tentram, dan Ia jadikan kasih sayang diantara kalian..” Q.s. Ar Rum : 21.
Pada ayat ini, cinta terhadap wanita lebih didahulukan daripada mencintai anak-anak, padahal mencintai wanita terkadang bisa hilang, berbeda dengan mencitai anak-anak. Hal dikarenakan bahwa biasanya mencintai anak-anak tidak suka terlalu berlebihan, tidak seperti mencintai seorang wanita. Sehingga ada pendapat yang mengatakan bahwa terlalu mencintai wanita itu bisa menimbulkan dua fitnah, sedangkan terlalu mencintai anak-anak hanya menimbulkan satu fitnah.
Dua fitnah yang bisa disebabkan karena terlalu mencintai wanita adalah : Pertama, terputusnya tali silaturahmi, karena terkadang seorang wanita mempengaruhi suaminya untuk menjauhi orang tua dan saudara-saudaranya. Kedua, menyuruh mencari harta dengan tidak memperhitungkan halal dan haramnya.
Sedangkan fitnah yang biasanya ditimbulkan karena terlalu mencintai anak hanya satu,yaitu berusaha menumpuk-numpuk harta untuk membahagiakan mereka. Al Qurtubi IV : 29.
Kenyataan diatas sesuai dengan sabda Rasulullah saw. :
Tidaklah aku meninggalkan satu fitnah setelahku yang dirasakan paling berat oleh seseorang kecuali fitnahnya wanita. H.r. Al Bukhari & Muslim.
Mencintai wanita bisa menjadi sumber ketentraman dan sarana ibadah dalam mendidiknya, akan tetapi jika terlalu berlebihan dan salah didikan, bisa menjadikannya sebagai sumber malapetaka dan kemurkaan Allah karena salah mendidiknya.
Kedua, Anak-anak. Rasulullah saw. pernah bertanya kepada Asy’ats bin Qais, “Apakah engkau mempunyai seorang anak yang periang?” ia memjawab, “Ya, aku mempunyai, dan aku ingin sekali mempunyai sewadah makanan yang akan aku berikan (selain kepadanya) juga kepada anak-anak lainnya”. Mendengar demikian Nabi saw. bersabda, “Jika benar apa yang engkau katakan itu, maka mereka itu merupakan buah hati belahan jantung. Walaupun terkadang mereka itu merupakan penyebab ketakutan, kekikiran dan kesedihan”. Al Qurtubi IV : 29-30.
Mencintai anak sesuai dengan proporsinya yang benar, yaitu dengan meyakini bahwa anak itu hanyalah amanah dan sekaligus ujian dari Allah swt. akan menjadikan anak itu sebagai sumber pahala dan kebajikan. Dimana setiap kecintaan kepada anak yang dimanivestasikan dengan pendidikan, pemberian nafkah, dan kecintaan lainnya akan menjadi satu nilai ibadah disisi Allah swt. Sebaliknya jika mencitai anak terlalu berlebihan yang tidak sesuai dengan proporsinya, maka anak itu akan menjadi sumber kebakhilan, kesedihan dan ketakutan.
Ketiga, harta benda. Mencintai harta benda sudah merupakan naluri manusia, karena dengan harta ini diharapkan menjadi sarana untuk meraih berbagai keinginan dan jalan untuk menggapai kelezatan serta kepuasan. Keinginan seseorang terhadap harta tidak ada batasnya, apa yang telah dicapai membuatnya makin menginginkan yang lebih.
Namun kecintaan manusia terhadap harta ini, pernah digambarkan oleh Rasulullah saw. lewat sabdanya :
Seandainya anak Adam mempunyai dua lembah yang penuh dengan emas, pastilah ia akan berharap memiliki lagi lembah emas yang ketiga. Dan perut anak Adam tidak akan pernah kenyang (dalam mencari harta) kecuali (jika sudah penuh) dengan tanah. Dan Allah akan menerima taubat orang-orang yang mau bertaubat. H.r. Al Bukhari dan Muslim.
Dengan harta orang bisa menjadi bahagia, hidup terhormat dan tentram dalam beribadah. Akan tetapi dengan harta pula bisa merupakan sumber fitnah orang menjaditerfitnah dan lupa daratan, melupakan hak Allah, umat, sesama manusia, bahkan hak diri sendiri.
Umat islam tidak dilarang mencari dan memiliki harta, akan tetapi cara mecari dan menggunakan harta itu ada rambu-rambunya. Dan yang perlu dipahami adalah harta itu hanya merupakan sarana, bukan tujuan.
Keempat, Kuda (kendaraan) pilihan. Kuda pada waktu itu merupakan alat transportasi yang tercepat dan mahal. Setiap kuda yang dipelihara dan diberi tanda untuk diperjual-belikan kebanyakan dimiliki oleh para pembesar. Dengan hal seperti inilah diantaranya mereka saling bersaing dan membanggakan diri, dan karena saking berlebihan dalam mencintainya mereka berani membela mati-matian demi kecintaannya itu.
Seekor kuda tidak akan dimintai pertanggung-jawaban atas segala akibat yang terjadi, tetapi pemiliknyalah yang harus bertanggung jawab, apakah suatu kemaslahatan atau kerusakan yang ditimbulkannya itu. Hal inilah yang dimaksudkan oleh sabda Rasulullah saw.

Kuda itu ada tiga macam, bagi seseorang bisa menjadi pahala, bagi yang lain bisa menjadi penutup (amal), dan bagi yang lainnya lagi bisa menjadi siksa. Al Qurtubi IV: 33.
Kelima, Binatang Ternak. Orang-orang arab menganggap binatang ternak ini sebagi harta, kehidupan dan kebutuhan. Dengan inilah mereka saling membanggakan diri dan berlomba memperbanyak.
Syetan menghiasi kecintaan manusia terhadap binatang ternak ini, supaya semakin banyak binatang ternaknya semakin tersibukan pula dalam mengurusnya, sehingga lupa akan kewajiban-kewajibannya.
Dan Allah menghiasi kecintaan manusia terhadap binatang ternak, sebagai uijian siapa diantara mereka yang tetap teguh dalam melaksanakan hak dan kewajibannya.
Keenam, Sawah ladang. Ini merupaka pokok kehidupan manusia.kebutuhan dan kemanfaatan akan sawah ladang jauh lebih penting dan lebih banyak dari kelima macam sarana diatas. Akan tetapi pada ayat ini ditempatkan pada urutan paling akhir, dikarenakan sarana yang terakhir ini selalu memenuhi kebutuhan manusia, sehingga kebanggaan memilikinya akan sedikit berkurang dibanding memiliki kelima sarana yang lainnya.
Khatimah
Keenam perkara tersebut diatas hanyalah kesenangan hidup di dunia yang sifatnya sementara. Oleh karena itu tidak pantas menjadikannya sebagai tujuan akhir kehidupan ini dan melupakan persiapan amal kabajikan untuk menghadap Allah swt.
Ayat itu tidak melarang umat islam mencari dan menikmati keenam kesenangan hidup dunia tersebut. Akan tetapi setiap muslim hendaklah mempunyai pandangan bahwa semua kesenangan duniawi tidak dijadikan tujuan akhir hidup ini. Wallahu a’lam bish-shawab.

Aris saptiono
Griya Mitra A4/21 Ds.Cinunuk Kec. Cileunyi 08179281752