Salurkan Zakat, Infaq, Shadaqah dan Wakaf anda ke ZISWAF al-Muhajirin

Panitia Renovasi Masjid Al-Muhajirin

renovasi Masjid Al-Muhajirin ke Bank Syariah Mandiri KCP Jatinangor an. Panitia Renovasi Al Muhajirin Nomor Rekening 1000-555-777

iklan

jazakamullah ahsanal jaza' semoga Allah SWT akan membalas kalian dengan balasan yang terbaik. aamiin yaa robbal 'alamiin...

Selasa, 11 Desember 2012

Menghisab Isi Hati

ust. Aris Saptiono


MENGHISAB ISI HATI
Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi. Dan jika kalian tampakkan apa yang ada di hati kalian atau kalian menyembunyikannya. Allah akan menghisabnya. Lalu Ia akan ampuni bagi siapa yang Ia kehendaki, dan Ia azab siapa yang Ia kehendaki. Dan Allah berkuasa atas segala sesuatu. Q.s. Al Baqarah : 284
Tafsir Ayat
Pada ayat ini Allah swt. menerangkan bahwa kepunyaan –Nyalah kerajaan langit dan bumi, segala isinya dan segala yang ada diantara keduanya. Ia mengetahui segala yang terjadi di langit-langit dan di bumi. Tidak ada apapun yang tersembunyi bagiNya walau selembut dan tersembunyi apapun. Dan Ia akan menghisab setiap hambaNya atas apa yang mereka perbuat dan bahkan yang baru dilintasan hati mereka.
Kesiapan berbuat taat
Turunnya ayat ini (yang menerangkan bahwa Allah akan menghisab setiap amal manusia, walau baru dilintasan hati, baik ataupun jelek) dirasakan amat sangat berat oleh para sahabat Nabi saw. waktu itu. Mereka faham siapakah orangnya yang mempu menjaga hatinya selama 24 jam secara terus menerus dari lintasan-lintasan kejelekan. Maka mereka sangat khawatir tidak akan bisa menjaga ketulusan niat di hati dan mereka sangat takut akan hisaban Allah terhadap amal-amal kecil yang tak disengaja dan tak terasa. Namun bagaimanapun hal ini menunjukan kesungguhan dan kemurnian, keimanan serta keyakinan mereka.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang bersumber dariAbu Hurairah, ia berkata, “Ketika turun ayat ini kepada Rasulullah saw, dirasakan sangat berat oleh para sahabat. Lalu mereka mendatangi Rasulullah saw. mereka berlutut dan berkata, “Ya Rasulullah,kami telah diberi kewajiban dari amal-amal yang kami mampu melaksanakannya, salat, saum, jihad, dan sadaqah, tetapi mengenai ayat ini kami tak mungkin berkemampuan untuk melaksanakannya”. Mendengar demikian Rasulullah saw. bersabda :
Inginkah kalian mengatakan seperti perkataan Ahli Kitab sebelum kalian, Kami mendengar tapi kami tak akan mentaati. Janganlah demikian , tapi ucapkanlah, “Kami mendengar dan kami taat, (jika sudah diupayakan semaksimal mungkin ternyata kami tidak mampu) kami harapkan ampunanMu.
Pada riwayat diatas, Rasulullah saw. menanamkan sikap optimis dalam menghadapi berbagai permasalahan kepada para sahabatnya terutama supaya mereka jangan terlebih dahulu menyatakan ketidakmampuan melakukan suatu amal, sebelum mencoba secara maksimal untuk melaksanakannya. Tetapi kalau sudah dilaksanakan dengan segenap kemampuan, dan ternyata amal itu benar-benar diluar batas kemampuan, maka besarlah harapan akan ampunan Allah swt. Dan beliau menjelaskan satu ajaran yang sangat mendasar, bahwa dalam pandangan Allah swt. suatu amal akan dihargai bukan hanya keberhasilannya, melainkan juga kesungguhan, kesabaran, dan ketakwaan dalam melaksanakannya.
Hisab dan ampunan Allah swt
Ketika para sahabat telah berusaha maksimal melaksanakan ayat diatas, Rasulullah saw. memberi kabar gembira pada mereka, dengan sabdanya :
“Sesungguhnya Allah telah memberiku maaf tentang umatku, akan apa yang terlintas dalam hati mereka (berupa kejelekan) selama mereka belum mengatakan atau melakukannya.” H.r. Al Jamaah.
Malah dalam riwayat Al Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, “Allah swt berfirman, “Jika hambaKu meniatkan satu kejelekan, janganlah dulu kalian (malaikat) mencatatnya, tetapi jika ia jadi mengamalkannya catatlah sebagai satu kejelekan. Dan jika ia niatkan satu kebaikan tetapi karena satu alasan tertentu tidak jadi mengamalkannya, catatlah oleh kalian sebagai satu kebaikan. Jika mengamalkannya catatlah sebagai sepuluh kebaikan.”
Kedua hadits ini tidak bertentangan dengan ayat diatas yang menyatakan bahwa setiap isi hati manusia akan dihisab, karena tidak selamanya penghisaban itu berakibat siksa. Dan Allah swt. akan mengampuni setiapniat jelek manusia selama masih terpendam rapi dalam hatinya, dan belum terucapkan atau teramalkan.
Dan ketika Rasul ditanya mengenai makna ayat diatas, beliau menyatakan bahwa kesalahan-kesalahan itu akan terimbangi dengan berbagai cobaan yang mengenai diri seorang hamba, asal dihadapi dengan kesabaran. Sabdanya, “Ini merupakan pengawasan Allah kepada hambaNya, dan tidaklah satu musibah menimpanya berupa penyakit, berbagai cobaan dan luka dibadannya, kecuali seorang mukmin akan bersih dari dosanya seperti keluarnya biji logam mulia dari bara api.” H.r. Ibnu Abu Hakim.
Khatimah
Berdasarkan ayat dan beberapa hadits diatas kita dituntut untuk lebih arif, bijaksana, dan mawas diri karena tidak semua yang ingin kita ucapkan harus diucapkan dan tidak semua yang ingin kita perbuat mesti dilakukan, tetapi hendaklah melalui pertimbangan yang matang agar terhindar dari akibat buruk baik di dunia mapun di kahirat. Hingga ketika Nabi saw. ditanya :
Muslim yang bagaimanakah yang utama itu? Beliau menjawab “Orang yang muslim lain terselamatkan dari lidah dan tangannya” H.r. At Tirmidzi
Walluahu a’lam Bish-shawab.

Senin, 10 Desember 2012

IKHLAS

ust. H. Jon Hardi
Al-Muhajirin 09 Desember 2012, Pengajian rutin malam senin DKM Al-Muhajirin malam tadi menampilkan nara sumber Ust. H. Jon Hardi, dalam ceramahnya beliau  bercerita tentang ikhlas, beliau menceritakan pengalaman spritualnya ketika berhaji.
Ikhlas dalam berhaji dicerminkan dalam sikapnya ketika berhaji, mulai dari saat berada diembarkasi sampai berangkat dan bermukim di tanah suci selama kuranglebih 40 hari. Banyak pengalaman-pengalaman menarik yang beliau ceritakan ketika masih berada di asrama haji. mulai dari harus ikhlas berebut atau mengantri toilet yang jumlahnya terbatas atau tidak sebanding dengan banyaknya jumlah jamaah haji sampai dengan makanan yang kita konsumsi. kita harus berusaha ikhlas dan sabar karena tidak semua makanan yang diberikan penyelenggara haji terkadang sesuai dengan selera kita. 
pengalaman-pengalaman ditanah airpun ternyata dialami di tanah suci bahkan untuk masalah toilet bisa dikatakan lebih parah dibanding ditanah air, sekedar contoh untuk buang air kecil saja harus ngantri seperti mau beli tiket konser, hehe...ngantri panjang maksudnya. 
pengalaman lain, tidak jarang dalam satu kamar kita berbeda pendapat dengan teman sekamar, ada yang suka pake AC ada yang tidak, ada yang suka tidur tanpa lampu ada juga yang justru tidak bisa tidur kalau dalam keadaan gelap, hal-hal kecil seperti itulah yang justru menjadi pemicu pertengkaran antara jamaah haji. disinilah kita harus dapat bersikap ikhlas dan sabar. 
Satu lagi pengalaman yang beliau sampaikan kepada jamaah yaitu berkaitan dengan keikhlasan kita dalam melaksanakan ibadah haji, kita harus benar-benar ikhlas dalam melaksanakan ibadah haji yaitu ikhlas dalam meninggalkan urusan duniawi sehingga kita dapat khusu dalam memenuhi undangan Allah. SWT.    Banyak lagi pengalaman-pengalaman menarik lain yang belum beliau sampaikan dan insya Allah akan di share kepada kita semua dilain kesempatan. 
mudah-mudahan ibadah haji yang sudah dilaksanakan oleh Ust. Jon Hardi dan saudara-saudara kita yang lain diterima oleh Allah SWT. dan tentunya Allah memberikan predikat kepada mereka semua yaitu menjadi haji/hajah mabrur/ah...Aamiin Ya Rabb, dan mudah2 kita yang belum dapat berangkat memenuhi panggilan Allah, disegerakan di undang menjadi tamunya Allah SWT. Aamiin Ya Rabb.. wallahu'alam bish shawab,,, 

 

Minggu, 09 Desember 2012

UJIAN KESENANGAN DUNIA


ust. Aris Saptiono


“Telah dihiasi (hati) manusia dengan kecintaan kepada sesuatu yang diingini yaitu wanita, anak-anak, harta yang berlimpah berupa emas dan perak, kuda (kendaraan) pilihan, binatang ternak, sawah ladang. Yang demikian itu kesenangan hidup di dunia, tetapi di sisi Allah ada sebaik-baik tempat kembali.” Q.s. Ali Imran : 14
Arti kata-kata
Asysyahawaatu bentuk jamak dari Asysyahwatu artinya keinginan hati untuk memiliki sesuatu yang menjadi selera. Seperti perkataan “hadza tha’am syahwatu fulan” artinya makanan ini kesukaan si fulan.
Munasabah Ayat
Pada ayat-ayat sebelum ini, Allah swt. menjelaskan kesibukan orang-orang kafir dalam mengurus harta dan anak-anak mereka, juga sikap berpalingnya mereka dari kebenaran dan ambisi mereka dalam mereguk kelezatan duniawi. Dan pada ayat ini (Q.s. Ali Imran : 14), Allah swt. menerangkan betapa terbujuknya mereka oleh hal-hal tersebut, dan Ia memberikan suatu peringatan pada mereka yang sudah diperalat nafsunya. Ia juga memperingatkan agar mereka tidak menjadikan kesenangan dunia sebagai tujuan akhir hidupnya, yang mengakibatkan berpalingnya mereka dari amal-amal akhirat. Karena kehidupan dunia ini diciptakan hanyalah sebagai ladang dan sarana ujian dan batu loncatan untuk meraih kebahagiaan hidup yang kekal yaitu Al Jannah (surga).
Penghias Kesenangan Dunia
Diantara para ulama ahli tafsir ada perbedaan pendapat mengenai siapa yang menghiasi hati manusia itu hingga mencintai kesenangan hidup di dunia yang dimaksud oleh ayat ini. Pendapat pertama mengatakan bahwa dia itu adalah syetan, berdasarkan firman Allah swt. “Dan tatkala syetan menghiasi (menjadikan mereka/memamandang baik) amal-amal (jelek) mereka” Q.s. Al Anfal : 48.
Hiasan syetan disini adalah bisikan dan bujukan mengenai amal jelek yang menjadikan mereka menganggap baik dan hatinya menjadi condong pada amal tersebut. Pendapat kedua mengatakan bahwa dia itu justru Allah swt. berdasarkan firmannya, “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan, karena Kami hendak menguji siapa diantara mereka yang paling baik amalnya” Q.s. Al Kahfi : 7.
Dan hal inilah yang dimaksud Umar bin Khattab ketika berdoa:
Ya Allah, kami tidak akan mungkin kuat untuk menghadapi segala kesenangan dunia yang telah Engkau hiasi untuk menguji kami, kecuali dengan pertolongan-Mu. H.r. Al Bukhari, Ash Shabuni I: 190.
Jadi kedua penafsiran pada ayat tersebut pada hakekatnya tidaklah bertentangan dan bisa kami terima karena keduanya berasal dari satu tujuan yang sama, yaitu untuk mengingatkan manusia supaya tidak terbujuk dan tergelincir oleh kesenangan duniawi yang sementara ini.
Enam Kesenangan Dunia.
Keenam perhiasan dunia yang dicintai manusia karena kesukaannya itu adalah :
Pertama, Wanita. Kaum wanita objek kesenangan hidup dan sasaran pandangan mata, yang dengannya pula jiwa akan merasa tentram. Sebagaimana firman Allah swt., “Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya, Ia jadikan jodoh-jodoh dari jenis kalian supaya kalian merasa tentram, dan Ia jadikan kasih sayang diantara kalian..” Q.s. Ar Rum : 21.
Pada ayat ini, cinta terhadap wanita lebih didahulukan daripada mencintai anak-anak, padahal mencintai wanita terkadang bisa hilang, berbeda dengan mencitai anak-anak. Hal dikarenakan bahwa biasanya mencintai anak-anak tidak suka terlalu berlebihan, tidak seperti mencintai seorang wanita. Sehingga ada pendapat yang mengatakan bahwa terlalu mencintai wanita itu bisa menimbulkan dua fitnah, sedangkan terlalu mencintai anak-anak hanya menimbulkan satu fitnah.
Dua fitnah yang bisa disebabkan karena terlalu mencintai wanita adalah : Pertama, terputusnya tali silaturahmi, karena terkadang seorang wanita mempengaruhi suaminya untuk menjauhi orang tua dan saudara-saudaranya. Kedua, menyuruh mencari harta dengan tidak memperhitungkan halal dan haramnya.
Sedangkan fitnah yang biasanya ditimbulkan karena terlalu mencintai anak hanya satu,yaitu berusaha menumpuk-numpuk harta untuk membahagiakan mereka. Al Qurtubi IV : 29.
Kenyataan diatas sesuai dengan sabda Rasulullah saw. :
Tidaklah aku meninggalkan satu fitnah setelahku yang dirasakan paling berat oleh seseorang kecuali fitnahnya wanita. H.r. Al Bukhari & Muslim.
Mencintai wanita bisa menjadi sumber ketentraman dan sarana ibadah dalam mendidiknya, akan tetapi jika terlalu berlebihan dan salah didikan, bisa menjadikannya sebagai sumber malapetaka dan kemurkaan Allah karena salah mendidiknya.
Kedua, Anak-anak. Rasulullah saw. pernah bertanya kepada Asy’ats bin Qais, “Apakah engkau mempunyai seorang anak yang periang?” ia memjawab, “Ya, aku mempunyai, dan aku ingin sekali mempunyai sewadah makanan yang akan aku berikan (selain kepadanya) juga kepada anak-anak lainnya”. Mendengar demikian Nabi saw. bersabda, “Jika benar apa yang engkau katakan itu, maka mereka itu merupakan buah hati belahan jantung. Walaupun terkadang mereka itu merupakan penyebab ketakutan, kekikiran dan kesedihan”. Al Qurtubi IV : 29-30.
Mencintai anak sesuai dengan proporsinya yang benar, yaitu dengan meyakini bahwa anak itu hanyalah amanah dan sekaligus ujian dari Allah swt. akan menjadikan anak itu sebagai sumber pahala dan kebajikan. Dimana setiap kecintaan kepada anak yang dimanivestasikan dengan pendidikan, pemberian nafkah, dan kecintaan lainnya akan menjadi satu nilai ibadah disisi Allah swt. Sebaliknya jika mencitai anak terlalu berlebihan yang tidak sesuai dengan proporsinya, maka anak itu akan menjadi sumber kebakhilan, kesedihan dan ketakutan.
Ketiga, harta benda. Mencintai harta benda sudah merupakan naluri manusia, karena dengan harta ini diharapkan menjadi sarana untuk meraih berbagai keinginan dan jalan untuk menggapai kelezatan serta kepuasan. Keinginan seseorang terhadap harta tidak ada batasnya, apa yang telah dicapai membuatnya makin menginginkan yang lebih.
Namun kecintaan manusia terhadap harta ini, pernah digambarkan oleh Rasulullah saw. lewat sabdanya :
Seandainya anak Adam mempunyai dua lembah yang penuh dengan emas, pastilah ia akan berharap memiliki lagi lembah emas yang ketiga. Dan perut anak Adam tidak akan pernah kenyang (dalam mencari harta) kecuali (jika sudah penuh) dengan tanah. Dan Allah akan menerima taubat orang-orang yang mau bertaubat. H.r. Al Bukhari dan Muslim.
Dengan harta orang bisa menjadi bahagia, hidup terhormat dan tentram dalam beribadah. Akan tetapi dengan harta pula bisa merupakan sumber fitnah orang menjaditerfitnah dan lupa daratan, melupakan hak Allah, umat, sesama manusia, bahkan hak diri sendiri.
Umat islam tidak dilarang mencari dan memiliki harta, akan tetapi cara mecari dan menggunakan harta itu ada rambu-rambunya. Dan yang perlu dipahami adalah harta itu hanya merupakan sarana, bukan tujuan.
Keempat, Kuda (kendaraan) pilihan. Kuda pada waktu itu merupakan alat transportasi yang tercepat dan mahal. Setiap kuda yang dipelihara dan diberi tanda untuk diperjual-belikan kebanyakan dimiliki oleh para pembesar. Dengan hal seperti inilah diantaranya mereka saling bersaing dan membanggakan diri, dan karena saking berlebihan dalam mencintainya mereka berani membela mati-matian demi kecintaannya itu.
Seekor kuda tidak akan dimintai pertanggung-jawaban atas segala akibat yang terjadi, tetapi pemiliknyalah yang harus bertanggung jawab, apakah suatu kemaslahatan atau kerusakan yang ditimbulkannya itu. Hal inilah yang dimaksudkan oleh sabda Rasulullah saw.

Kuda itu ada tiga macam, bagi seseorang bisa menjadi pahala, bagi yang lain bisa menjadi penutup (amal), dan bagi yang lainnya lagi bisa menjadi siksa. Al Qurtubi IV: 33.
Kelima, Binatang Ternak. Orang-orang arab menganggap binatang ternak ini sebagi harta, kehidupan dan kebutuhan. Dengan inilah mereka saling membanggakan diri dan berlomba memperbanyak.
Syetan menghiasi kecintaan manusia terhadap binatang ternak ini, supaya semakin banyak binatang ternaknya semakin tersibukan pula dalam mengurusnya, sehingga lupa akan kewajiban-kewajibannya.
Dan Allah menghiasi kecintaan manusia terhadap binatang ternak, sebagai uijian siapa diantara mereka yang tetap teguh dalam melaksanakan hak dan kewajibannya.
Keenam, Sawah ladang. Ini merupaka pokok kehidupan manusia.kebutuhan dan kemanfaatan akan sawah ladang jauh lebih penting dan lebih banyak dari kelima macam sarana diatas. Akan tetapi pada ayat ini ditempatkan pada urutan paling akhir, dikarenakan sarana yang terakhir ini selalu memenuhi kebutuhan manusia, sehingga kebanggaan memilikinya akan sedikit berkurang dibanding memiliki kelima sarana yang lainnya.
Khatimah
Keenam perkara tersebut diatas hanyalah kesenangan hidup di dunia yang sifatnya sementara. Oleh karena itu tidak pantas menjadikannya sebagai tujuan akhir kehidupan ini dan melupakan persiapan amal kabajikan untuk menghadap Allah swt.
Ayat itu tidak melarang umat islam mencari dan menikmati keenam kesenangan hidup dunia tersebut. Akan tetapi setiap muslim hendaklah mempunyai pandangan bahwa semua kesenangan duniawi tidak dijadikan tujuan akhir hidup ini. Wallahu a’lam bish-shawab.

Aris saptiono
Griya Mitra A4/21 Ds.Cinunuk Kec. Cileunyi 08179281752

Jumat, 07 Desember 2012

Husnudzon Kepada Allah

Ust. Abdul Wahid, M.Ag
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah
SWT mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah [2]:216).
Ayat tersebut mengindikasikan bahwa manusia memiliki pengetahuan yang
sedikit tentang segala sesuatu yang terjadi. Allahlah yang mengetahui
dibalik segala sesuatu yang terjadi. Manusia terkadang mendahulukan
nafsunya, sehingga ketika menerima kenyataan hidup yang berbeda dengan
yang ia harapkan,  ia mencari sesuatu yang dapat dijadikan sebagai
pelampiasan kesalahan (mencari kambing hitam).

Allah pun tidak luput dari tuduhan buruk manusia. Allah bahkan sering
disalahkan sebagai tuhan yang tidak memberikan taqdir terbaik
kepadanya. Lantas, bagaimana seharusnya manusia menyikapi ketentuan
Allah SWT.? Jawabannya adalah husnudzon atau baik sangka kepada taqdir
Allah SWT.
Musibah merupakan kejadian yang sering menyebabkan manusia suudzon
(buruk sangka) kepada Allah. Musibah hanya dianggap sebagai sesuatu
yang menyakitkan dan menghinakan manusa.
Padahal, musibah paling tidak memiliki tiga makna. Pertama, musibah
sebagai hukum sebab akibat. Artinya musibah yang terjadi adalah akibat
dari ulah manusia sendiri, seperti banjir, tanah longsor, wabah
penyakit. Itu semua disebabkan karena manusia  tidak serius dalam
mengelola alam dan berpaling pada aturan yang telah ditetapkan-Nya.
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah SWT, dan apa saja
bencana yang menimpamu, maka itu adalah dari kesalahan dirimu sendiri.
(QS An-Nisa [4]: 79).
Kedua, musibah merupakan sarana penebus dosa. Allah SWT menghendaki
datangnya musibah berupa kesusahan, rasa sakit, kekurangan harta, dan
kematian tidak lain sebagai penghapus dosa hamba-hambanya. “Apabila
Allah SWT menghendaki kebaikan bagi hamba-hambanya, maka didahulukan
baginya hukuman di dunia dan bila Allah SWT menghendaki keburukan,
maka dibiarkan dengan dosa-dosanya, sehingga dosa-dosanya itu dibalas
pada hari kiamat.” (HR Abu Daud).
Ketiga, musibah adalah ujian untuk kenaikan derajat di sisi-Nya.
“Sesungguhnya orang-orang saleh akan diperberat (musibah) atas mereka.
Dan tidaklah seorang Mukmin tertimpa suatu musibah, seperti tertusuk
duri, atau lebih ringan dari itu, kecuali akan dihapuskan dosa-dosanya
dan ditingkatkan derajatnya.” (HR Ahmad, Ibnu Hiban).
Dalam hadits Qudsi disebutkan, “Siapa saja yang tidak rela terhadap
ketetapan-Ku dan tidak berlaku sabar terhadap cobaan-Ku dan tidak
bersyukur terhadap nikmat-nikmat-Ku, maka carilah olehmu Tuhan selain
Aku.”
Tak ada cara lain kecuali berserah diri kepada Allah SWT, berprasangka
baik dan selalu beristighfar memohon ampun kepada-Nya. Karena, bisa
jadi yang tidak kita sukai justru baik bagi kita, sebaliknya, bisa
jadi  yang kita sukai justru akan mencelakakan kita. Semoga kita
senantiasa menjadi hamba yang sabar dan selalu husnudzon terhadap
ketentuan  Allah SWT.infoabdulwahid.wordpress.com

Rabu, 05 Desember 2012

KETERANGAN JIBRIL TENTANG PINTU NERAKA KE 7



Ust. Cecep Sarip Hidayat
Dari Yazid Arraqqasyi dari Anas bin Malik ra. berkata: Jibril datang kepada Nabi saw pada waktu yg ia tidak biasa datang dalam keadaan berubah mukanya, maka ditanya oleh nabi s.a.w.: "Mengapa aku melihat kau berubah muka?"

Jawabnya: "Ya Muhammad, aku datang kepadamu di saat Allah menyuruh supaya dikobarkan penyalaan api neraka, maka tidak layak bagi orang yg mengetahui bahwa neraka Jahannam itu benar, dan siksa kubur itu benar, dan siksa Allah itu benar untuk bersuka-suka sebelum ia merasa aman dari padanya."

Lalu nabi s.a.w. bersabda: "Ya Jibril, jelaskan padaku sifat Jahannam." Jawabnya: "Ya. Ketika Allah menjadikan Jahannam, maka dinyalakan selama seribu tahun, sehingga merah, kemudian dilanjutkan seribu tahun sehingga putih, kemudian seribu tahun sehingga hitam, maka ia hitam gelap, tidak pernah padam nyala dan baranya. Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan terbuka sebesar lubang jarum niscaya akan dapat membakar penduduk dunia semuanya kerana panasnya.

Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan satu baju ahli neraka itu digantung di antara langit dan bumi niscaya akan mati penduduk bumi kerana panas dan basinya. Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan satu pergelangan dari rantai yg disebut dalam Al-Qur'an itu diletakkan di atas bukit, niscaya akan cair sampai ke bawah bumi yg ke tujuh.

Demi Allah yg mengutus engkau dengan hak, andaikan seorang di ujung barat tersiksa, niscaya akan terbakar orang-orang yang di ujung timur karena sangat panasnya, Jahannam itu sangat dalam dan perhiasannya besi, dan minumannya air panas campur nanah, dan pakaiannya potongan-potongan api. Api neraka itu ada tujuh pintu, tiap-tiap pintu ada bagiannya yang tertentu dari orang laki-laki dan perempuan."

Nabi s.a.w. bertanya: "Apakah pintu-pintunya bagaikan pintu-pintu rumah kami?" Jawabnya: "Tidak, tetapi selalu terbuka, setengahnya di bawah dari lainnya, dari pintu ke pintu jarak perjalanan 70,000 tahun, tiap pintu lebih panas dari yang lain 70 kali ganda." (nota kefahaman: yaitu yg lebih bawah lebih panas)

Tanya Rasulullah s.a.w.: "Siapakah penduduk masing-masing pintu?" Jawab Jibril:
"Pintu yg terbawah untuk orang-orang munafik, dan orang-orang yg kafir setelah diturunkan hidangan mukjizat nabi Isa a.s. serta keluarga Fir'aun, namanya Al-Hawiyah.
Pintu kedua tempat orang-orang musyrikin bernama Jahim,
Pintu ketiga tempat orang shobi'in bernama Saqar.
Pintu ke empat tempat Iblis dan pengikutnya dari kaum majusi bernama Ladha,
Pintu kelima orang yahudi bernama Huthomah.
Pintu ke enam tempat orang nashara bernama Sa'eir."

Kemudian Jibril diam, segan pada Rasulullah s.a.w. sehingga ditanya: "Mengapa tidak kau terangkan penduduk pintu ke tujuh?" Jawabnya: "Di dalamnya orang-orang yg berdosa besar dari ummatmu yg sampai mati belum sempat bertaubat."

Maka nabi s.a.w. jatuh pingsan ketika mendengar keterangan itu, sehingga Jibril meletakkan kepala nabi s.a.w. di pangkuannya sehingga sadar kembali dan sesudah sadar nabi saw bersabda: "Ya Jibril, sungguh besar kerisauanku dan sangat sedihku, apakah ada seorang dari ummat ku yang akan masuk ke dalam neraka?" Jawabnya: "Ya, yaitu orang yg berdosa besar dari ummatmu."

Kemudian nabi s.a.w. menangis, Jibril juga menangis, kemudian nabi s.a.w. masuk ke dalam rumahnya dan tidak keluar kecuali untuk sembahyang kemudian kembali dan tidak berbicara dengan orang dan bila sembahyang selalu menangis dan minta kepada Allah.


Sumber http://yasirmaster.blogspot.com/2011/05/rasulullah-saw-pingsan-mendengar.html

Senin, 03 Desember 2012

Pelantikan Pengurus DKM Al-Muhajirin Periode 2012-2015

Al-Muhajirin Griya Mitra Cinunuk (30-11-2012). Alhamdulillah, akhirnya kepengurusan DKM Al-Muhajirin RW.026 Komplek Griya Mitra Cinunuk secara resmi dilantik oleh Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Cileunyi Bapak Drs.H. Asep Badruzaman pada hari Jum'at malam tanggal 30 Nopember 2012 bertempat di Masjid Al-Muhajirin. Kegiatan pelantikan pengurus yang dilaksanakan dengan kegiatan Tabligh Akbar dalam rangka memperingati Tahun Baru Hijriyah 1 muharam 1434 H. Drs. H. Asep Badruzaman dalam tausyiahnya mengingatkan agar dalam tahun baru Hijriyah ini kita semakin memantapkan hati untuk senantiasa melaksanakan hijrah kepada sesuatu yang lebih baik tentunya karena Allah SWT.,