Ust. Aminuddin, MAg |
NISHFU SYA’BAN DALAM PERSPEKTIF ULAMA YANG SUKA MEMAKMURKANNYA
Pelaksanaan memakmurkan
malam Nishfu Sya'ban pertama kali dilakukan oleh ulama tabi'in yang bernama
Khalid bin Ma'dan, lalu diikuti oleh ulama tabi'in lainnya seperti Makhul,
Luqman bin Amir dan yang lainnya. Bahkan terus berlanjut dan menjadi tradisi
ulama Syam dan Bashrah sampai saat ini.
Para ulama
semisal Ibnu Rajab, Ibnul Jauzi, Imam al-Ghazali, Ibnu Katsir dan yang lainnya,
menyatakan hadits-hadits yang berbicara
seputar keutamaan malam Nishfu Sya'ban ini sangat banyak jumlahnya. Hanya,
umumnya hadits-hadits tersebut dhaif, namun ada juga beberapa hadits yang Hasan
dan Shahih Lighairihi. Untuk lebih jelasnya, berikut di antara hadits-hadits
dimaksud:
عن أبي موسى عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ((إن الله ليطلع ليلة
النصف من شعبان فيغفر لجميع خلقه, إلا لمشرك أو مشاحن)) [رواه ابن ماجه وحسنه
الشيخ الألبانى فى صحيح ابن ماجه (1140)]
Artinya: "Dari Abu Musa, Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya Allah muncul (ke dunia) pada malam Nishfu Sya'ban dan mengampuni seluruh makhlukNya, kecuali orang musyrik dan orang yang dengki dan iri kepada sesama muslim" (HR. Ibn Majah, dan Syaikh Albani menilainya sebagai hadits Hasan sebagaimana disebutkan dalam bukunya Shahih Ibn Majah no hadits 1140).
Artinya: "Dari Abu Musa, Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya Allah muncul (ke dunia) pada malam Nishfu Sya'ban dan mengampuni seluruh makhlukNya, kecuali orang musyrik dan orang yang dengki dan iri kepada sesama muslim" (HR. Ibn Majah, dan Syaikh Albani menilainya sebagai hadits Hasan sebagaimana disebutkan dalam bukunya Shahih Ibn Majah no hadits 1140).
عن عبد الله بن عمرو عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ((إن الله ليطلع إلى خلقه ليلة النصف من شعبان فيغفر لعباده إلا اثنين: مشاحن, أو قاتل نفس)) [رواه أحمد وابن حبان فى صحيحه]
Artinya: "Dari Abdullah bin Amer, Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya akan menemui makhlukNya pada malam Nishfu Sya'ban, dan Dia mengampuni dosa hamba-hambanya kecuali dua kelompok yaitu orang yang menyimpan dengki atau iri dalam hatinya kepada sesama muslim dan orang yang melakukan bunuh diri" (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban sebagaimana ditulisnya dalam kitab Shahihnya).
Namun, Syaikh
Syu'aib al-Arnauth menilai hadits tersebut hadits yang lemah, karena dalam
sanadnya ada dua rawi yang bernama Ibn Luhai'ah dan Huyay bin Abdullah yang
dinilainya sebagai rawi yang lemah. Namun demikian, ia kemudian mengatakan
bahwa meskipun dalam sanadnya lemah, akan tetapi hadits tersebut dapat
dikategorikan sebagai hadits Shahih karena banyak dikuatkan oleh hadits-hadits
lainnya (Shahih bi Syawahidih).
عن عثمان بن أبي العاص مرفوعا قال, قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
((إذا كان ليلة النصف من شعبان نادى مناد: هل من مستغفر فأغفر له؟ هل من سائل
فأعطيه؟ فلا يسأل أحد شيئا إلا أعطيه, إلا زانية بفرجها أو مشركا)) [رواه البيهقى
Artinya:
"Dari Utsman bin Abil Ash, Rasulullah saw bersabda: "Apabila datang
malam Nishfu Sya'ban, Allah berfirman: "Apakah ada orang yang memohon
ampun dan Aku akan mengampuninya? Apakah ada yang meminta dan Aku akan
memberinya? Tidak ada seseorang pun yang meminta sesuatu kecuali Aku akan
memberinya, kecuali wanita pezina atau orang musyrik" (HR. Baihaki).
Dengan
memperhatikan, di antaranya, hadits-hadits di atas, maka tidak berlebihan
apabila banyak ulama berpegang teguh bahwa malam Nishfu Sya'ban adalah malam
yang istimewa, karena bukan hanya dosa-dosa akan diampuni, akan tetapi juga doa
akan dikabulkan. Hadits-hadits yang dipandang Dhaif yang berbicara seputar
keistimewaan malam Nishfu Sya'ban ini, paling tidak kedudukan haditsnya menjadi
terangkat oleh hadits-hadits lain yang berstatus Hasan atau Shahih Lighairihi.
Atau boleh juga
dikatakan, karena hadits-hadits dhaif yang berbicara seputar keutamaan malam
Nishfu Sya'ban ini dhaifnya tidak parah dan tidak berat, maka satu sama lain
menjadi saling menguatkan sehingga kedudukannya naik menjadi Hadits Hasan
Lighairihi.
Sehingga sebagian besar ulama Tabi'in seperti Khalid bin Ma'dan, Makhul, Luqman bin Amir dan yang lainnya, mengistimewakan malam ini dengan jalan lebih mempergiat ibadah, membaca al-Qur'an dan berdoa. Demikian juga hal ini dilakukan oleh jumhur ulama Syam dan Bashrah.
Sehingga sebagian besar ulama Tabi'in seperti Khalid bin Ma'dan, Makhul, Luqman bin Amir dan yang lainnya, mengistimewakan malam ini dengan jalan lebih mempergiat ibadah, membaca al-Qur'an dan berdoa. Demikian juga hal ini dilakukan oleh jumhur ulama Syam dan Bashrah.
Bahkan, Imam
Syafi'i pun beliau mengistimewakan malam Nishfu Sya'ban ini dengan jalan lebih
mempergiat ibadah, doa dan membaca al-Qur'an. Hal ini sebagaimana nampak dalam
perkataannya di bawah ini:
بلغنا أن الدعاء يستجاب فى خمس ليال: ليلة الجمعة, والعيدين, وأول
رجب, ونصف شعبان. قال: واستحب كل ما حكيت فى هذه الليالي
Artinya:
"Telah sampai kepada kami riwayat bahwa dua itu akan (lebih besar
kemungkinan untuk) dikabulkan pada lima malam: Pada malam Jum'at, malam Idul
Fithri, malam Idul Adha, malam awal bulan Rajab, dan pada malam Nishfu Sya'ban.
Imam Syafi'i berkata kembali: "Dan aku sangat menekankan (untuk
memperbanyak doa) pada seluruh malam yang telah aku ceritakan tadi".
Dari pemaparan
di atas nampak bahwa sebagian besar para ulama salaf memandang istimewa malam
ini, karenanya mereka mengisinya dengan mempergiat dan memperbanyak ibadah
termasuk berdoa, shalat (mutlak) dan membaca al-Qur'an.
Wallahu
a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,