GREETINGS
oleh:
Ust. Aminudin, M.Ag |
Al-Quran
adalah wahyu Allah Swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. yang
mengandung petunjuk, penjelasan, dan pembeda antara yang haq dan bathil untuk
disampaikan kepada semua manusia agar mereka menjadi makhluk terbaik dan
selamat di dunia dan akhirat. Dengan demikian diturunkannya Al-Quran sebagai
tanda kemurahan Allah Swt. terhadap manusia. Hal ini sebagaimana yang
diungkapkan oleh Manna’ Khalil al-Qaththan bahwa Allah Swt. tidak saja
memberikan sifat yang bersih yang dapat membimbing dan memberi petunjuk kepada
manusia ke arah kebaikan, tetapi Dia-pun mengutus seorang rasul, Muhammad Saw.
untuk menyampaikan risalah-Nya berupa Al-Quran untuk mengeluarkan manusia dari
suasana yang gelap menuju yang terang serta membimbing mereka ke jalan yang
lurus.
Al-Quran
merupakan sumber utama dan mata air yang memancarkan ajaran Islam. yang harus
dijadikan pegangan hidup umat Islam yang
pertama dan sumber hukum utama dalam melaksanakan syari’at agama Islam.
Sehingga dapat dijadikan pedoman untuk meraih kebahagiaan dan kesejahteraan
baik di dunia maupun akhirat, dasar dan ketentuan untuk meraih keduanya dapat
diketahui melalui Al-Quran.
Syariat (al-din) Islam merupakan sebuah system yang
sempurna, diturunkan oleh Yang Mahasempurna
memberikan berbagai pedoman serta arahan bagi penganutnya, tidak sebatas
memberikan pedoman dalam ibadah ritual, tetapi juga memberikan pedoman dalam
bernegara, politik, ekonomi, seni, iptek, militer dan juga mengatur berbagai
segi yang dibutuhkan oleh umatnya walaupun dianggap sepele. Di antara hal yang
dianggap kecil adalah masalah greeting
atau tahniah dalam kehidupan
bermasyarakat.
Greeting ataupun memberikan ucapan selamat, selama
tidak menyalahi aturan merupakan tradisi yang mulia yang dicontohkan oleh Allah
Swt dan diajarkan oleh Rasul-Nya sendiri.
Allah Swt. dibanyak ayat memberikan ucapan selamat
kepada para hamba-Nya. Di antara hamba yang mendapat ucapan selamat yaitu
hamba-Nya yang taat beribadah. “ Rabb
mereka member ucapan selamat kepada mereka dengan rahmat, keridhaan, dan surga-Nya
dan mereka mendapatkan di dalamnya kesenangan yang abadi.” (QS. Al-Taubah:
21). Dan ucapan selamat pun disampaikan juga kepada hamba-Nya yang bersikap
jujur, dan selalu mengambil yang terbaik. “Dan oleh sebab itu, sampaikanlah ucapan
selamat kepada hamba-hamba-Ku yang mendengar perkataan, lalu mengikuti yang
terbaik di antaranya.” (QS. Al-Zumar: 17-18)
Nabi Muhammad Saw. mengajarkan kepada kita, ketika menyenangi perbuatan seseorang untuk
tidak segan-segan untuk menyampaikan kepadanya. “Jika kalian mencintai saudaranya, hendaklah ia memberitahukan
kepadanya.” (HR. Abu Dawud). Dengan
hal itu, agar orang yang bersangkutan dapat mensyukuri kelebihan yang
dimilikinya dan merespons perhatian dari saudaranya. Orang yang paling tinggi
derajatnya di sisi Allah Swt. Adalah orang yang paling tinggi perhatiannya
kepada saudaranya, hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Nabi Saw. dalam
sabdanya,”Dua orang yang saling mencintai
(karena Allah) maka yang paling tinggi di antara keduanya adalah yang paling
kuat cintanya kepada temannya.” (HR. Bukhari)
Ucapan selamat tidak hanya terhadap sesama Muslim,
tetapi berlaku pula terhadap non-Muslim. Kita dibolehkan bergembira dan
mengucapkan selamat atas kegembiraan yang diraih oleh kenalan ataupun kolega
yang non Muslim yang tidak memusuhi (zimmi) dan sepanjang tidak berkaitan dengan
masalah aqidah dan ibadah. Hal ini didasarkan pada sunnah para sahabat,
sebagaimana diriwayatkan oleh Ibn Abbas, katanya, “Seandainya Firaun berkata kepadaku, semoga Tuhan memberikan kebaikan
atasmu.” Maka akan aku jawab, “Dan juga atasmu.” Akan
tetapi Firaun telah mati. (HR. Bukhari). Diblehkan juga berdoa untuk orang
kafir (zimmi) sepanjang bukan doa yang berkaitan dengan keselamatan, rahmat,
dan barakah Allah Swt. Kita boleh mendoakan agar diberi hidayah, dipanjangkan
umur, dan diberikan kesehatan. Sebagaimana dalam atsar sahabat berikut ini: Dari Uqbah bin Amir al Juhani bahwa ia
melewati seseorang yang penampilannya seperti Muslim, maka ia pun mengucapkan
salam dan dijawab oleh orang itu. Maka, seorang anak tiba-tiba berkata
kepadanya, “Ia itu orang Nasrani” maka Uqbah menghampirinya kembali lalu
berkata, “sesungguhnya rahmat dan barakah Allah hanyalah bagi orang-orang
mukmin. Akan tetapi, semoga Allah
memanjangkan hidupmu dan membuat harta dan anakmu menjadi banyak.” (HR.
Bukhari)
Ucapan selamat yang dilarang karena berkaitan dengan
ibadah seperti ucapan selamat untuk hari keagamaan tertentu. Masalah aqidah dan
ibadah tidak termasuk hal-hal yang ditoleransi.
Para pakar dari berbagai agama sepakat kerukunan umat beragama yang harus diciptakan, tidak
boleh mengaburkan apalagi mengorbankan aqidah. Dalam kaitan inilah Islam
melarang umatnya menghadiri upacara ritual keagamaan non-Muslim, seperti
perayaan natal. Karena betapapun Islam menjunjung tinggi Isa Almasih, namun
pandangannnya terhadap beliau berbeda dengan pandangan umat Islam.
Tapi di sisi lain ada hal yang sangat menarik bahwa
ada ayat Al-Quran yang mengabadikan ucapan selamat natal yang pernah diucapkan
oleh Nabi Isa: Dan kesejahteraan semoga
dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari
aku dibangkitkan hidup kembali. (QS. Maryam: 33). Inilah selamat natal ala Al-Quran. Namun harus
diingat bahwa sebelum mengucapkan salam tersebut ditegaskan oleh Al-Quran pada
ayat sebelumnya, bahwa beliau (nabi Isa) yang dimaksud adalah hamba Allah yang
diperintahkan shalat, zakat, mengabdi kepada ibu, tidak bersikap congkak dan
tidak pula celaka dan mengajak umatnya untuk tauhid dan menyembah Allah Swt. Bukan Isa sebagaimana dalam iman
Kristen yang menganggap Isa adalah Tuhan, atau anak Tuhan atau salah satu Oknum
Ketuhanan dalam Trinitas. Dia (Isa) berkata, sesungguhnya aku hamba
Allah, Dia memberiku kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi. Dan Dia
menjadikan aku seorang yang diberkahi di
mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) shalat dan
(menunaikan) zakat selama aku hidup. Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak
menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. (QS Maryam 30-32).
Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku
dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus. (QS. Maryam: 36).
Maraji:
Ramli
Abdul Wahab, Ulumul Quran, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada. 2003
Manna’
Khalil al-Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Al-Quran, Bogor: Pustaka Litera.
2004
MH,
Thabathaba’i, Mengungkap Rahasia Al-Quran, Bandung: Mizan. 1995
Nabiel
F. AlMusawa, The Islam Way, Bandung:
Arkan Publishing. 2008
M.
Quraish Shihab, Lentera Hati,
Bandung: Mizan. 2001
Hasbullah
Bakri, Nabi Isa dalam Al-Quran, Nabi
Muhammad dalam Bibel, Jogjakarta, AB. Siti Syamsijah, 1961