Salurkan Zakat, Infaq, Shadaqah dan Wakaf anda ke ZISWAF al-Muhajirin

Panitia Renovasi Masjid Al-Muhajirin

renovasi Masjid Al-Muhajirin ke Bank Syariah Mandiri KCP Jatinangor an. Panitia Renovasi Al Muhajirin Nomor Rekening 1000-555-777

iklan

jazakamullah ahsanal jaza' semoga Allah SWT akan membalas kalian dengan balasan yang terbaik. aamiin yaa robbal 'alamiin...

Senin, 30 Desember 2013

GREETINGS


GREETINGS
oleh:
Ust. Aminudin, M.Ag


 
          Al-Quran adalah wahyu Allah Swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. yang mengandung petunjuk, penjelasan, dan pembeda antara yang haq dan bathil untuk disampaikan kepada semua manusia agar mereka menjadi makhluk terbaik dan selamat di dunia dan akhirat. Dengan demikian diturunkannya Al-Quran sebagai tanda kemurahan Allah Swt. terhadap manusia. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Manna’ Khalil al-Qaththan bahwa Allah Swt. tidak saja memberikan sifat yang bersih yang dapat membimbing dan memberi petunjuk kepada manusia ke arah kebaikan, tetapi Dia-pun mengutus seorang rasul, Muhammad Saw. untuk menyampaikan risalah-Nya berupa Al-Quran untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju yang terang serta membimbing mereka ke jalan yang lurus.
Al-Quran merupakan sumber utama dan mata air yang memancarkan ajaran Islam. yang harus dijadikan pegangan  hidup umat Islam yang pertama dan sumber hukum utama dalam melaksanakan syari’at agama Islam. Sehingga dapat dijadikan pedoman untuk meraih kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun akhirat, dasar dan ketentuan untuk meraih keduanya dapat diketahui  melalui Al-Quran.
Syariat (al-din) Islam merupakan sebuah system yang sempurna,  diturunkan oleh Yang Mahasempurna memberikan berbagai pedoman serta arahan bagi penganutnya, tidak sebatas memberikan pedoman dalam ibadah ritual, tetapi juga memberikan pedoman dalam bernegara, politik, ekonomi, seni, iptek, militer dan juga mengatur berbagai segi yang dibutuhkan oleh umatnya walaupun dianggap sepele. Di antara hal yang dianggap kecil adalah masalah greeting atau tahniah dalam kehidupan bermasyarakat.
Greeting ataupun memberikan ucapan selamat, selama tidak menyalahi aturan merupakan tradisi yang mulia yang dicontohkan oleh Allah Swt dan diajarkan oleh Rasul-Nya sendiri.
Allah Swt. dibanyak ayat memberikan ucapan selamat kepada para hamba-Nya. Di antara hamba yang mendapat ucapan selamat yaitu hamba-Nya yang taat beribadah. “ Rabb mereka member ucapan selamat kepada mereka dengan rahmat, keridhaan, dan surga-Nya dan mereka mendapatkan di dalamnya kesenangan yang abadi.” (QS. Al-Taubah: 21). Dan ucapan selamat pun disampaikan juga kepada hamba-Nya yang bersikap jujur, dan selalu mengambil yang terbaik.  “Dan oleh sebab itu, sampaikanlah ucapan selamat kepada hamba-hamba-Ku yang mendengar perkataan, lalu mengikuti yang terbaik di antaranya.” (QS. Al-Zumar: 17-18)
Nabi Muhammad Saw. mengajarkan kepada kita,  ketika menyenangi perbuatan seseorang untuk tidak segan-segan untuk menyampaikan kepadanya. “Jika kalian mencintai saudaranya, hendaklah ia memberitahukan kepadanya.” (HR. Abu Dawud).  Dengan hal itu, agar orang yang bersangkutan dapat mensyukuri kelebihan yang dimilikinya dan merespons perhatian dari saudaranya. Orang yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah Swt. Adalah orang yang paling tinggi perhatiannya kepada saudaranya, hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Nabi Saw. dalam sabdanya,”Dua orang yang saling mencintai (karena Allah) maka yang paling tinggi di antara keduanya adalah yang paling kuat cintanya kepada temannya.” (HR. Bukhari)
Ucapan selamat tidak hanya terhadap sesama Muslim, tetapi berlaku pula terhadap non-Muslim. Kita dibolehkan bergembira dan mengucapkan selamat atas kegembiraan yang diraih oleh kenalan ataupun kolega yang non Muslim yang tidak memusuhi (zimmi) dan sepanjang tidak berkaitan dengan masalah aqidah dan ibadah. Hal ini didasarkan pada sunnah para sahabat, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibn Abbas, katanya, “Seandainya Firaun berkata kepadaku, semoga Tuhan memberikan kebaikan atasmu.” Maka akan aku jawab, “Dan juga atasmu.”  Akan tetapi Firaun telah mati. (HR. Bukhari). Diblehkan juga berdoa untuk orang kafir (zimmi) sepanjang bukan doa yang berkaitan dengan keselamatan, rahmat, dan barakah Allah Swt. Kita boleh mendoakan agar diberi hidayah, dipanjangkan umur, dan diberikan kesehatan. Sebagaimana dalam atsar sahabat berikut ini: Dari Uqbah bin Amir al Juhani bahwa ia melewati seseorang yang penampilannya seperti Muslim, maka ia pun mengucapkan salam dan dijawab oleh orang itu. Maka, seorang anak tiba-tiba berkata kepadanya, “Ia itu orang Nasrani” maka Uqbah menghampirinya kembali lalu berkata, “sesungguhnya rahmat dan barakah Allah hanyalah bagi orang-orang mukmin. Akan tetapi, semoga  Allah memanjangkan hidupmu dan membuat harta dan anakmu menjadi banyak.” (HR. Bukhari)
Ucapan selamat yang dilarang karena berkaitan dengan ibadah seperti ucapan selamat untuk hari keagamaan tertentu. Masalah aqidah dan ibadah tidak termasuk hal-hal yang ditoleransi.
Para pakar dari berbagai agama sepakat kerukunan  umat beragama yang harus diciptakan, tidak boleh mengaburkan apalagi mengorbankan aqidah. Dalam kaitan inilah Islam melarang umatnya menghadiri upacara ritual keagamaan non-Muslim, seperti perayaan natal. Karena betapapun Islam menjunjung tinggi Isa Almasih, namun pandangannnya terhadap beliau berbeda dengan pandangan umat Islam.
Tapi di sisi lain ada hal yang sangat menarik bahwa ada ayat Al-Quran yang mengabadikan ucapan selamat natal yang pernah diucapkan oleh Nabi Isa: Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali. (QS. Maryam: 33).  Inilah selamat natal ala Al-Quran. Namun harus diingat bahwa sebelum mengucapkan salam tersebut ditegaskan oleh Al-Quran pada ayat sebelumnya, bahwa beliau (nabi Isa) yang dimaksud adalah hamba Allah yang diperintahkan shalat, zakat, mengabdi kepada ibu, tidak bersikap congkak dan tidak pula celaka dan mengajak umatnya untuk tauhid dan menyembah Allah Swt. Bukan Isa sebagaimana dalam iman Kristen yang menganggap Isa adalah Tuhan, atau anak Tuhan atau salah satu Oknum Ketuhanan dalam Trinitas.  Dia (Isa) berkata, sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi. Dan Dia menjadikan aku  seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. (QS Maryam  30-32).  Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus. (QS. Maryam: 36).

Maraji:
Ramli Abdul Wahab, Ulumul Quran, (Jakarta:  PT Raja Grafindo Persada. 2003
Manna’ Khalil al-Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Al-Quran, Bogor: Pustaka Litera. 2004
MH, Thabathaba’i, Mengungkap Rahasia Al-Quran, Bandung: Mizan. 1995
Nabiel F. AlMusawa, The Islam Way, Bandung: Arkan Publishing. 2008
M. Quraish Shihab, Lentera Hati, Bandung: Mizan. 2001
Hasbullah Bakri, Nabi Isa dalam Al-Quran, Nabi Muhammad dalam Bibel, Jogjakarta, AB. Siti Syamsijah, 1961
 


Minggu, 22 Desember 2013

Mendampingi Anak Merayakan Tahun Baru



Mendampingi Anak Merayakan Tahun Baru

Abdul Wahid
Ada pebedaan mencolok dalam menghadapi pergantian tahun baru hijriyah dan masehi. Dalam pergantian tahun baru hijriyah, walaupun ditetapkan pemerintah sebaga hari libur nasional, masyarakat cenderung cuek. Tidak ada bunyi terompet di malamhari, juga hiruk pikuk perayaaan dan kegiatan yang meriah.Yang ada adalah kegiatan di tempat peribadatan, seperti masjid, mushala, dan majlis taklim yang biasanya mengadakan acara keagamaan, itu pun bagi mereka yang membolehkan kegiatan dalam konteks pergantian tahun hijriyah, dan itupun tetap sepi pengunjung.
Memang, ini terjadi karena label yang menempel pada tahun hijriyah adalah Islam, sehingga bagi sebagian orang akan merasa risih dan takut dianggap ”soleh” ketika mengajak sianak pada momen pergantian tahun baru hijriyah.
Hal ini sangat berbeda dengan perayaan pergantian tahun baru Masehi. Bunyi terompet, saling mengucapkan selamat  menjadi ciri khas momen ini. Sebagian masyarakat juga mengagendakan berbagai acara untuk menghadapi pergantian tahun baru. Ada yang sudah merencanakan jauh-jauh hari, mau  tahun baruan di mana, acara apa yang akan dilakukan dan lain sebagainya.
Program acara di televisipun menyuguhkan tayangan yang berbeda dan menarik, sehingga pemirsa tertarik untuk menontonnya dengan rela untuk begadang sampai lewat tengah malam.
Untuk anak-anak kita yang remaja, momen pergantian tahun baru biasanya bertepatan dengan libur sekolah, hal ini semakin menjadi saat yang ”tepat” untuk tahun baruan, karena mereka merasa tidak akan mengganggu kegiatan belajar di sekolah.
Biasanya, sebagian remaja mengadakan kegiatan yang bersifat hura-hura dan hedonistik, bahkan cenderung maksiat, mulai dari nonton bareng, pesta-pesta, konvoi di jalanan  dan sejenisnya, yang penting mereka  melewati malam pergantian tahun dengan hal-hal yang membuat senang.
Sesungguhnya, acara tahun baruan atau apapun namanya dalam kontek pergantian tahun adalah sesuatu yang boleh-boleh saja dilakukan sepanjang dalam pelaksanaannya tidak melakukan yang dilarang oleh aturan, norma agama dan adat istiadat.
Inilah yang menjadi persoalan kita bersama. Anak-anak kita yang notabene sedang dalam masa pertumbuhan secara fisik dan perkembangan psikis sangat rentan dengan persoalan-persoalan ini. Dalam benak mereka hanyalah main-main, hura-hura, foya-foya, dan lain sejenisnya. Yang penting senang dan terpuaskan emosi keremajaannya.
Fakta yang membuat kita merasa miris adalah hasil survey BKKBN beberapa tahun yang lalu menunjukan bahwa sekitar lima puluh persen pelajar usia SMP di Jabodetabek pernah melakukan sex pranikah (zina). Inipun kemungkinan tidak jauh berbeda dengan Kota Bandung yang kita cintai. Mereka melakukan hal tersebut biasanya ketika ada momen. Momen yang sering jadiajang tersebut adalah ulang tahun, valentineday, waktu jadian pacaran, tahun baruan, dan sejenisnya.
Pertanyaannya adalah bagaimana kita selaku orang tua dapat memberikan pembimbingan dan pendampingan kepada mereka. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua, guru, dan masyarakat secara adalah;
Petama, tanamkan pemahaman bahwa pergantian tahun merupakan sesuatu yang alamiah sebagaimana bergantinya hari, minggu dan bulan, sehingga kita rayakan ataupun tidak, pasti akan terjadi. Tidak perlu merasa ketinggalan zaman ketika  tidak melakukan kegiatan yang bersifat hiburan dan senang-senang.
Kedua, adakan kegiatan positif sebagai alternatif untuk menghindari kegiatan yang kurang baik. Ini merupakan upaya pengalihan kegiatan. Keluarga bisa mengadakan kegiatan di rumah yang menarik. Serahkan bentuk kegiatan pada mereka. Idenya berasal dari anak-anak kita. Yang pentinganak-anaktidakkeluyurankeluarrumahpadamalamitu.
Ketiga, beri penjelasan dengan benar, akibat buruk perilaku menyimpang yang dilakukan remaja. Tentu penjelasan yang  diberikan bersifat persuasif dan mengakomodasi perkembangan psikisnya. Tanpa harus mendikte dan ”khutbah” di depananak-anak. Bisa sambil nonton tv, makan malam atau suasana lainnya.
Dan keempat, jelaskan kepada mereka, bahwa yang harus dilakukan adalah evaluasi diri (muhasabah), mencoba untuk merenungkan perbuatan-perbuatan yang selama ini dilakukan. Apakah lebih banyak yang baiknya ataukah yang jeleknya. Lebih banyak pahala ataukah dosa yang dilakukan. Dengan kesadaran ini, maka, ketika memasuki tahun baru diharapkan akan mendapatkan sesuatu yang baru, semangat baru dan prestasi baru.
Hal-hal tersebut di atas bisa dijadikan sebagai upaya kita dalam meningkatkan kualitas generasi muda. Kesadaran orang tua, lembaga pendidikan,  dan masyarakat untuk aktif dalam membimbing remaja adalah kunci untuk menghambat dampak negatif dari perkembangan teknologi informasi.
Semoga  dengan pergantian tahun dapat menumbuhkan semangat baru dalam berkarya dan berprestasi. Selamat tahun baru 2014 M!



Senin, 16 Desember 2013

MENYEMBUNYIKAN ILMU



MENYEMBUNYIKAN ILMU
(Tafsir Q.S. al-Baqarah; 159)
oleh:
Bp. Aris Saptiono
 


Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan keterangan-keterangan dan petunjuk yang telah Kami turunkan, setelah Kami menerangkan kepada manusia dalam Alkitab (maka) mereka dilaknat dan dilaknat oleh yang melaknat. (Q.S. Al Baqarah: 159)
Tafsir Mufradat
Yaktumuuna berasal dari kata Alkatamaanu dan Alkatamu yang berarti menyembunyikan dan menutupi. Al-Alusi berkata, Alkatamu adalah tidak menempatkan sesuatu dengan sengaja, walau hal tersebut sangat dibutuhkan. Terjadinya Alkatamu terkadang dengan cara menutupi dan menyembuyikan sesuatu dan terkadang dengan menghilangkannya kemudian mengganti dengan yang lain pada tempatnya. Dan orang-orang Yahudi melakukan kedua hal tersebut. Ruhul Ma’ani,II:27
SababunnuzulAyat
Ayat ini diturunkan mengenai Ahlul Kitab ketika mereka ditanya tentang urusan Nabi saw. pada kitab mereka, mereka menyembunyikannya karena hasud.
Dari Ibnu Abbas, bahwasannya Mu’adz bin Jabal dan sebagian sahabat bertanya kepada sekelompok pendeta Yahudi tentang sebagian isi Taurat, tetapi mereka menyembunyikannya, menolak menerangkan kepada mereka, Maka Allah swt.menurunkan ayat ini tentang mereka..... Rawi’ul Bayan,I:148
Tafsir Ayat
Walaupun ayat ini khitabnya ditujukan kepada kaum Ahlul Kitab yang suka menutup-nutupi atau menyelewengkan makna suatu ayat dalam kitab-kitab mereka, namun secara keumuman lafalnya ayat ini mencakup bagi setiap orang yang suka menyembunyikan kebenaran yang seharusnya disampaikan kepada orang lain.
Mengenai seorang ‘alim yang tidak menyebarkan ilmunya, Rasulullah saw. pernah memberikan satu sindiran dengan sabdanya,
Perumpamaan orang yang mempelajari suatu ilmu, kemudian ia tidakmenyebarkan ilmu, hal itu seperti orang yang menumpuk-numpuk harta di gudang dan tidak pernah membelanjakannya. H.R. At Thabrani
Orang yang menyembunyikan ilmunya, terlebih-lebih ilmu agama, beliau mengancam, “Barangsiapa menyembunyikan suatu ilmu yang dengan ilmu itu Allah swt. akan memberi manfaat kepada manusia dalam urusan agama, maka Allah swt. akan mengikatnya pada hari kiamat dengan pelana dari neraka”. H.R. Ibnu Majah
Dari beberapa keterangan diatas, kita bisa melihat bagaimana tercela dan beratnya azab bagi orang-orang yang menyembunyikan kebenaran suatu ilmu. Ini disebabkan mereka telah dengan sengaja mengkhianati amanah Allah swt. berupa ilmu yang seharusnya disampaikan kepada yang lain. Oleh karena itu salah seorang sahabat Rasul yang paling banyak meriwayatkan hadis bernama Abu Hurairah, pantaslah bila pernah berkata,
Kalaulah tidak ada satu ayat didalam Kitabullah, aku tidak akan pernah meriwayatkan satu hadis kepada siapapun selamanya. Kemudian dia membaca ayat ini..... Q.S. Al Baqarah:159.
Tetapi karena ada tanggung jawab moral yang dipikulnya berupa amanah ilmu yang wajib disebarkan, maka dengan segenap kemampuannya Abu Hurairah r.a. meriwayatkan setiap hadis yang didengarnya dari Rasulullah saw. hingga tercatat dialah diantara sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis dengan jumlah 5374 hadis.
Memperjualbelikan Ilmu
Salah satubentuk pengkhianatan ilmu adalah dengan memperjualbelikannya. Yakni kualitas dan kuantitas ilmu itu hanya diukur dengan imbalan yang akan diraih.
Misalnya seorang pendidik ketika mengajar murid-muridnya tidak lagi ikhlas untuk menyampaikan ilmu yang dimilikinya sebagai tanggung jawab moral terhadap amanah Allah swt. yang dipikulnya, akan tetapi akan menghitung lamanya jam pelajaran dengan upah yang akan diterimanya. Seorang murid ketika belajar, bukan lagi penguasaan ilmu yang menjadi tujuan, tetapi dimanakah ia akan bekerja setelah mendapat ijazah. Dan orang tua ketika membiayai sekolah anaknya sudah tidak lagi ikhlas dengan niat ibadah, tetapi berfikir akan menjadi apa dan berapa besar gaji anaknya setelah lulus.
Hal ini tidak berarti bahwa seorang pendidik tidak berhak menerima upah dari jerih payah dan waktu yang diluangkannya, atau si murid dan orang tuanya tidak boleh merencanakan masa depannya. Akan tetapi yang menjadi inti permasalahannya adalah ilmu itu sekali-kali tidak boleh diperjualbelikan, yakni kualitas dan kuantitas ilmu tidak bisa diukur dengan nilai materi yang dikorbankan. Dan jika nilai materi sudah menjadi tujuan pokok maka kemurnian menuntut, meyampaikan dan memelihara ilmu itu akan hilang, malah segala cara akan dihalalkan untuk mengejar nilai materi tersebut.
Barangkali hal seperti inilah yang dimaksud oleh sabda Rasulullah saw.
“Barangsiapa yang mempelajari suatu ilmu yang dengan ilmu itu layak mendapat keridhaan Allah Azza aw Jalla, kemudian ia mempelajari semata untuk mengharapkan bagian dunia, maka orang tersebut tidak akan mencium wanginya surga di hari kiamat”. H.R. Abu Daud
Jika kita semua menyadari bahwa ilmu itu adalah amanat dari Allah swt. dan yang diberi amanat itu punya kewajiban untuk menyebarkannya kepada orang lain, tentu kita tidak akan terlalu gentar dalam menghadapi kendala betapa mahalnya biaya pendidikan yang kita rasakan seperti sekarang ini.
Metoda Penyampaian Ilmu
Tidak semua ilmu bisa diberikan dan diajarkan kepada khalayak. Ada beberapa diantaranya yang hanya bisa disampaikan kepada tingkatan orang tertentu. Hal ini tidak termasuk khitman seperti tercela pada ayat diatas (Q.S. Al-Baqarah:159), karena jika disampaikan tanpa memperhatikan jenjang-jenjang tertentu, akan menimbulkan suatu fitnah karena pemahaman mereka belum sampai untuk menjangkau esensi ilmu tersebut.
Ibnu Mas’ud berkata, “Jika engkau berbicara pada suatu kaum dengan pembicaraan yang tidak dapat dicapai oleh pemahaman mereka, hal ini akan menimbulkan fitnah pada sebagian diantara mereka”. Senada dengan hal ini, Ali bin Abi Thalib r.a. pun berkata, “Berbicaralah kepada orang-orang sesuai dengan kemampuan pemahaman mereka (kalau tidak demikian) sukakah kalian jika dengan sebab itu Allah dan Rasul-Nya akan didustakan”. H.R. Al-Bukhari.
Begitu pula dalam situasi dan kondisi tertentu tidak disebarkan suatu ilmu karena takut suatu fitnah, juga tidak termasuk khitman seperti diatas, hingga tidaklah mengherankan jika Abu Hurairah melontarkan suatu pengakuan,
Aku hafal dari Rasulullah saw. dua macam ilmu; yang pertama aku menyebarkannya, adapun yang kedua, jika aku menyebarkannya,akanterputuslah tenggorokanku ini. H.R. Al-Bukhari.
Adapu ilmu yang tidak disebarkan oleh Abu Hurairah pada masa terjadinya fitnah itu adalah hadis-hadis yang berkaitan dengan urusan fitnah dan keterangan yang merinci orang-orang murtad serta munafik, karena khawatir ada sesuatu menimpa dirinya. Al-Qurtubi,II:186.
Ringkasnya, jika kita menyembunyikan ilmu dari orang yang pantas menerimanya kita telah menzalimi orang tersebut. Dan jika kita memberikan suatu ilmu kepada yang tidak pantas menerimanya, kita telah menzalimi ilmu tersebut.
Laknat Bagi Pengkhianat Ilmu
Makna asalnya, laknat itu berarti dijauhkan atau diusir. Para pengkhianat ilmu akan mendapat laknat Allah swt. dan seluruh makhluk. Laknat Allah terhadap pengkhianat ilmu berarti mereka dijauhkan dari rahmatNya, padahal hanya dengan rahmat-Nyalah bahagianya hidup di dunia dan di akhirat. Dan laknat seluruh makhluk adalah doa mereka agar para pengkhianat ilmu dijauhkan dari rahmat Allah swt.
Dengan bahasa yang sangat filosofis, Imam Mujahid pernah mengatakan, “yang dimaksud laknat seluruh makhluk adalah apabila binatang-binatang ternak kekurangan air hujan, mereka menyeru pada pendusta bani Adam dengan perkataan, ‘Hujan terhalang bagi kami sebab dengan dosa-dosa mereka’.” H.R. Abdurrazak
Berbeda dengan halnya orang yang menyampaikan ilmu secara murni dan dilandasi dengan keikhlasan, seluruh makhluk pun akan memintakan ampun baginya, sampai-sampai juga ikan yang ada dilautan.
Dari keterangan diatas, setidaknya kita semua perlu introspeksi diri, apakah berbagai macam bencana yang menimpa adalah karena dosa-dosa kita yang diantaranya mengkhianati ilmu?
Wallahu a’lam bish-shawab.