KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM
Oleh:
Ust. Aminudin, M.Ag
(Ketua DKM Al-Muhajirin Griya Mitra Cinunuk-Cileunyi)
Ada beberapa
istilah yang mengarah kepada pengertian pemimpin, sebagaimana ditulis di laman http://www.al-ulama.net/ yaitu : Umara
atau ulil amri yang bermakna pemimpin
negara (pemerintah), Amir al ummah yang bermakna pemimpin ummat,
al-Qiyadah
yang bermakna ketua atau pimpinan kelompok, al-Mas'uliyah yang bermakna penanggung
jawab, dan Khadim al- ummah yang
bermakna pelayan ummat. Sedangkan Shihab (2011: 384) menyebutkan istilah lain,
yaitu imam yang bermakna sesuatu yang dituju dan Waly
al-Amr bermakna pemilik urusan. Pemimpin dikatakan imam karena kepadanya
mata dan harapan masyarakat tertuju. Dikatakan Waly al-Amr karena mendapat amanat untuk menangani urusan dan
kepentingan umat sekaligus memiliki wewenang untuk memerintah.
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu.( QS. 4: 59).
Dari
beberapa istilah tersebut dapat disimpulkan bahwa pemimpin adalah orang yang
ditugasi atau diberi amanah untuk mengurusi permasalahan ummat, baik dalam
lingkup jama'ah (kelompok) maupun sampai kepada urusan pemerintahan, serta
memosisikan dirinya sebagai pelayan masyarakat dengan memberikan perhatian yang
lebih dalam upaya mensejahterakan ummatnya, bukan sebaliknya, mempergunakan kekuasaan
dan jabatan untuk mengeksploitasi sumber daya yang ada, baik SDM maupun SDA,
hanya untuk pemuasan kepentingan pribadi (ananiyah)
dan kaum kerabatnya atau kelompoknya (al-shabiyah).
Seorang
pemimpin harus mampu mengantarkan diri dan bahwahannya dekat dengan Yang Maha
Pemberi Sukses, karena sukses dan tidaknya organisasi, selain diantarkan oleh
usaha dan kerja keras karyawan, juga yang paling utama adalah ditentukan oleh
Yang Maha Pemberi Sukses. Dia pun tidak menggunakan jabatannya sebagai alat
kekuasaan, tapi dimanfaatkan sebagai sarana ibadat dan bekal untuk simpanan
Hari Akhirat.
Dalam
sebuah Hadis, Rasulallah Saw., memperingatkan kepada para pemimpin, siapa pun
dia, dari kelompok manapun dia, dan berapa pun yang dipimpinnya, hendaklah
menjauhkan diri sejauh-sejauhnya dari menipu rakyat ataupun menipu angotanya.
Sebagiamana sabdanya, “Tidak ada seorang
hamba yang dipercaya memimpin rakyatnya oleh Allah Swt., lalu ia mati dalam
keadaan menipu rakyatnya, melainkan Allah haramkan surge baginya.” ( HR. Bukhari
dan Muslim)
Dalam
Hadis yang lain juga ditegaskan oleh Rasulallah Saw., bahwa setiap pemimpin
akan diminta pertanggungjawaban atas rakyat yang dipimpinnya pada hari Kiamat
kelak (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud)
Bahkan
dalam riwayat lain Nabi Saw., melaknat pemimpin yang dipercaya untuk mengurus
urusan umat, lalu ia malah menyengsarakan mereka, sebagaimana sabdanya: “Ya, Allah siapa saja yang diberikan
kekuasaan untuk mengurusi umatku, lalu ia menyengsarakan mereka, maka
persulitlah ia. Dan siapa yang diberi kekuasaan, lalu ia mempermudah mereka,
maka mudahkanlah ia” (HR. Muslim)
Islam
menempatkan pemimpin yang adil dan amanah dalam derajat manusia yang tertinggi yang
memperoleh berbagai penghargaan dan kehormatan, di antaranya ia akan termasuk kelompok pertama yang
dinaungi oleh Allah Swt., di antara tujuh kelompok utama yang dinaungi Allah
pada hari kiamat kelak (HR Bukhari) ia pun akan berada di atas mimbar dari
cahaya di hari Kiamat ( HR Muslim), dalam hadis yang lain Rasulallah Saw sampai
menyatakan bahwa pemimpin yang yang adil termasuk tiga golongan manusia yang
paling utama dan paling berhak masuk surga, di samping yang kedua adalah orang
yang lembut dan penyayang kepada keluarganya dan orang miskin yang menjaga
dirinya dari meminta-minta (HR. Muslim)
Oleh
karena itu dalam Islam pemimpin yang memiliki sifat-sifat di atas berhak dan
wajib diikuti. “Hai orang-orang yang
beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” (QS. 4: 59). Dalam ayat ini pun
mengisyaratkan bahwa taat kepada pemimpin adalah mu’allaq atau bergantung pada apakah pemimpin tersebut taat kepada
Allah dan Rasul-Nya atau tidak. Ciri ketaatannya ialah senantiasa kembali
kepada Allah dan Rasul-Nya jika terjadi perbedaan pendapat atau perselisihan.
Tentang
siapa pemimpin itu, Islam tidak membatasi ia dari ras dan kelompok mana, asal
mengikuti dan menegakkan syariah, maka wajib ditaati sekalipun ia adalah
seorang yang berkulit sangat hitam yang
kepalanya bagaikan buah anggur (saking hitamnya) (HR. Bukhari). Islam tidak
membeda-bedakan warna kulit, ras ataupun bahasa
dalam kepemimpinan. Hal yang dinilai adalah ketakwaannya dalam
menjalankan aturan dan syariat Allah.
Pemimpin
dalam Islam itu adalah pelayan umat, maka jika diilustrasikan dalam bentuk piramida,
piramidanya seperti piramida terbalik, dan pemimpin adalah yang di bawah. Maka
siapapun yang menjadi pemimpin, dia harus mengeluarkan pengorbanan yang paling
besar dibanding dengan orang yang dipimpinnya. Hal inilah yang telah
dicontohkan oleh Rasulallah Saw. dan para Khulafa al-Rasyidin. Inilah dan
pemimpin seperti inilah yang akan mendapatkan perlindungan di Hari dimana tidak
ada perlindungan kecuali perlindungan Allah Swt.
Tidak mudah terhimpun dalam diri seseorang
sifat-sifat kepemimpinan yang sempurna sebagaimana yang telah dicontohkan oleh
Rasulallah Saw dan para sahabatnya, tetapi kalaupun harus memilih, kaitannya
dengan Pemilu anggota legislatif maupun
Pilpres maka pilihlah yang paling
sedikit kekurangannya, dan lakukanlah pilihan setelah upaya bersungguh-sungguh
untuk mendapatkan yang terbaik.
makanya nyoblos dalam pemilu adalah salah satu kewajiban umat Islam, bukan hak.
BalasHapusterkadang kita malas untuk menyeleksi siapa yang layak dan yang tidak. kemudian berlindung dibawah bendera golput
Jika di antara para calon pemimpin ada yang memenuhi syarat, maka umat Islam wajib hukumnya untuk memilih dan haram hukumnya untuk golput atau tidak menggunakan hak pilihnya.
BalasHapus“Jadi itu nomor satu harus memilih yang memenuhi syarat. Kedua, kalau dalam calon-calon itu ada yang memenuhi syarat, maka umat Islam wajib memilih dan haram hukumnya golput. Haram hukumnya tidak memilih, kalau memang di antara calon-calon itu memenuhi syarat,” kata Salim Umar.