DISIPLIN TANPA ADA POLISI DI JALAN RAYA
Memet Casmat
Mahasiswa
PhD di University of Adelaide Australia Selatan
Dengan
biaya dari Beasiswa Unggulan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta
Pagi ini saya pergi ke kampus University of Adelaide Australia
Selatan (UoA), seperti biasa naik bis. Jadwal bis
di sini selalu tepat waktu, kalaupun agak telat tidak terlalu lama, yang terpenting kita harus mengetahui jadwal keberangkatan bis
(time table) yang biasanya sudah terpampang jadwal kedatangan dan keberangkatan bis di setiap halteu bis, atau kita melihat jadwalnya
di internet (https://www.adelaidemetro.com.au). Yang sangat menarik adalah bis selalu berhenti dan menurunkan penumpang selalu di halteu bis,
tidak pernah ada bis berhenti atau menurunkan penumpang selain
di halteu bis.
Saya pernah menyaksikan,
seorang ibu setengah
baya harus berlari mengejar bis yang akan ditumpanginya,
padahal bis tersebut melewati ibu
yang yang sedang berlari.
Ternyata, bis tidak mau berhenti di
depan ibu tadi dan bis hanya mau berhenti di halteu bis saja sambil menunggu ibu yang sedang berlari mengejar bis tersebut. Sepintas rasanya seperti kasihan, melihat seorang ibu setengah
baya harus berlari mengejar bis yang hanya berhenti
di halteu bis saja.
Tapi, itulah peraturan, itulah disiplin, berlaku untuk semua
orang, tidak pilih kasih,
dan tidak pandang bulu. Sejenak saya melamun,
“Bisakah disiplin seperti ini diberlakukan
di Negara saya yang tercinta?”. Para
supir mematuhi aturan,
menjalankan mobilnya tidak ugal-ugalan, kendaraan berhenti tidak
di sembarang tempat, kendaraan diparkir di tempat yang telah disediakan, kendaraan roda dua tidak naik ke atas trotoar, karena trotoar adalah hak untuk pejalan
kaki. Hati kecilku terus berkata,
“Indonesia pasti bisa!”. Mulailah dari sekarang, mulailah darihal yang kecil-kecil, dan mulailah dari diri sendiri. Mematuhi peraturan berlalulintas di
jalan raya, walaupun tidak ada polisi,
mulailah dari saat ini kita sebagai teladan untuk anak didik kita, berlalulintas yang baik dengan mematuhi semua peraturan berlalu-lintas. Karena, sesuatu tidak akan menjadi besar, tanpa dimulai dari hal yang
kecil-kecil. Suatu saat nanti mustahil akan terwujud, tanpa dimulai dari saat
ini, dan orang lain tidak akan merasa peduli, tanpa dimulai dari diri kita
sendiri.
Pengalaman menarik lainnya, ketika itu jalanan sedang sepi, karena saya tinggal
di Flagstaff Hill, sebuah suburb (pinggirkota) di Adelaide. Tiba-tiba bis yang saya tumpangi berhenti mendadak,
karena di depan ada 3 mobil yang
sedang berhenti. Saya kaget,
kenapa kendaraan berhenti?
Dan di depan ada kemacetan,
padahal suasana pagi
di jalan sedang lenggang dan sepi. Eh… tiba-tiba ada beberapa orang (sepertinya sekeluarga: Ayah, Ibu, dan anak-anaknya) dengan tenang menyeberang jalan, sehinggga kendaraan berhenti dulu mendahulukan penyeberang jalan. Yang saya kaget, kenapa kendaraan berhenti agak
lama? Padahal semua penyeberang jalan sudah selesai menyeberang jalan. Ternyata, karena lampu merah masih menyala, kendaran yang paling depan tidak mau berjalan, walaupun jalanan di depannya kosong dan
yang menyeberang jalan juga sudah selesai. Yang paling menarik lagi, “Tidak ada Polisi!”, tetapi pengguna jalan mematuhi aturan berlalu-lintas dengan baik.
“Bisakah hal seperti ini terwujud
di Negara saya?”, lagi-lagi lamunan itu terus terngiang-ngiang dalam hati saya. Semua pemakai jalan raya selalu mematuhi peraturan berlalu-lintas dengan baik, walaupun tanpa diawasi oleh Polisi di jalan raya.
Sejenak saya sadar dari lamunan,
karena bis yang saya tumpangi sudah sampai
di Rundle Street, saya memijit bel stop, agar bis berhenti pada
bus stop yang kita inginkan.
Sambil berjalan kaki menuju kampus UoA,
saya menunggu lampu hijau tanda untuk menyeberang jalan, selama berjalan kaki saya melamun,
“Indonesia bisa”. Bangkit dan berubah dengan hal
yang lebih baik. Tentu hal yang terpenting adalah pendidikan,
dimulai dari anak-anak
di sekolah, mulailah dari hal yang sederhana dengan teladan dari para guru, di sekolah. Teladan dari ara orang tua di rumah, dan teladan dari kita semua seluruh masyarakat Indonesia, mulai
dari yang sederhana. Dan mari kita mulai pada saat ini juga. Salam Indonesia bisa berubah.
garis putu-putus adalah tempat menyebrang jalan, kita akan merasa aman untuk menyebrang jalan apabila lampu hijau sudah menyala (koleksi photo pribadi) |
Add caption |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar