BIOGRAFI NABI MUHAMMAD BAG I
oleh :
|
Ust. Aminudin, M.Ag |
A.
KELAHIRAN NABI
MUHAMMAD SAW DAN
PENYERANGAN PASUKAN BERGAJAH
1.
Kelahiran
Nabi Muhammad Saw
Nabi Muhammad Saw dilahirkan dari seoraang ibu bernama Aminah binti Wahab.
Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib. Nabi Muhammad Saw lahir di Mekah hari Senin tanggal, 12 Rabiul Awal
tahun gajah, bertepatan dengan 20 April 571 Masehi. Abdullah
tidak sempat menyaksikan kelahiran anaknya, sebab
Abdullah telah wafat saat Nabi Muhammad masih
dalam kandungan ibunya.
Tahun kelahiran Nabi Muhammad Saw dikenal dengan tahun gajah waktu
itu bertepatan dengan peristiwa
penyerangan kota Mekah oleh tentara bergajah di bawah pimpinan Abrahah, seorang
panglima perang negeri Yaman yang
amat termahsyur karena kebengisan dan kekuatan pasukannya dia membawa pasukan berjumlah 6000 orang. Mereka bermaksud
untuk menghancurkan Ka’bah, tetapi Allah Swt
mengga-galkan
rencana mereka. Tentara bergajah itu dihancurkan oleh Allah Swt dengan mengirimkan pasukan burung Ababil yang melempari
tentara bergajah dengan
batu-batu kerikil yang sangat panas sehingga
tentara bergajah itu musnah. Peristiwa
penyerangan tentara bergajah diabadikan oleh Allah dalam al-
Quran surat al-Fiil.
Artinya :
1. Apakah kamu tidak memperhatikan
bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah ?
2. Bukankah Dia telah menjadikan
tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka'bah) itu sia-sia?
3. dan Dia mengirimkan kapada
mereka burung yang berbondong-bondong,
4. yang melempari mereka dengan
batu (berasal) dari tanah yang terbakar,
5. lalu Dia menjadikan mereka
seperti daun-daun yang dimakan (ulat).
( QS. al-Fiil :1-5)
Sungguh
mudah bagi Allah Swt untuk
menghancurkan orang-orang yang durhaka. Abrahah dan pasukan bergajahnya hancur
lebur. Kota Mekah utuh
seperti apa adanya. Begitu
pula Ka'bah tetap berdiri dengan anggun, tidak lecet sedikit pun.
2. Alasan Abrahah Ingin Menghancurkan Kabah
Mekah dari dulu hingga sekarang selalu ramai dikunjungi oleh orang-orang yang beribadah Haj, karena begitu banyak
orang yang datang Mekah berkembang menjadi kota yang maju dan penduduknya hidup
dalam keadaan makmur. Hal itu menimbulkan rasa iri pada diri Abrahah dan timbul pikiran buruk
untuk menghancurkan Ka'bah, agar orang-orang
mengalihkan peribadatan ke negerinya di Yaman. Abrahah telah mendirikan sebuah gereja yang besar
dan indah.
Sebelum melakukan penyerangan ke Mekah, ia
terlebih dahulu mengirimkan seorang utusan yang menganjurkan bagi penduduk Mekah, agar mereka beribadah
haji di Yaman saja. Jika tidak maka Kabah akan dihancurkan. Ancaman itu tidak di
hiraukan oleh penduduk Mekah, mereka tetap saja beribadah di Mekah karena penduduk Mekah
pembangkangan akhirnya Abrahah benar-benar marah dan memerintahkan seluruh
pasukannya menghancurkan Ka'bah, tetapi maksud busuknya itu digagalkan oleh Allah Swt.
3. Detik-Detik Penghancuran Tentara Bergajah
Abrahah
dan pasukan bergajahnya mulai mendekati Ka'bah. Abrahah merasa yakin akan dapat menghancurkan Ka'bah
dengan mudah,
tetapi Allah Swt melindungi Kabah. Gajah-gajah tersebut tidak mau mendekati Kabah seolah-olah tahu bahwa
sebentar lagi mereka akan mengalami nasib buruk.
Benar saja gerombolan burung Ababil dengan
jumlah ribuan bahkan mungkin jutaan
melayang-layang tepat di atas mereka. Jumlah burung sebanyak itu bagaikan kumpulan awan
hitam siap menyambar musuh-musuh AllahSwt. Di antara paruh dan kaki Ababil itu terdapat bara api yang sangat panas berasal
dari kerikil neraka. Bara api itu mereka jatuhkan tepat di atas kepala
Abrahah
dan pasukannya. Satu per satu mereka dihujani bara api. Satu bara api yang sebesar kerikil itupun mampu melelehkan
kulit dan menghanguskan tubuh mereka. Hancurlah mereka sebelum mereka berhasil menghancurkan Ka'bah.
B.
MASA KANAK-KANAK NABI MUHAMMAD SAW
1.
Nabi
Muhammad Saw Dalam Asuhan Ibu Kandungnya
Nabi Muhammad Saw lahir ke dunia dalam keadaan yatim, ayahnya meninggal saat beliau Nabi Muhammad masih dalam kandungan ibunya. walaupun
lahir dalam keadaan yatim ia tidak kehilangan rasa kasih
sayang, ibunya
merawat dengan penuh kasih sayang begitu
pun kakeknya Abdul Muthalib menyambut
kelahiran cucunya dengan riang gembira bayi
yang baru dilahirkan lahir itu dibawa ke
ka’bah. Lalu
diberi nama Muhammad yang berarti terpuji dengan
nama itu berharap agar kelak menjadi orang yang terpuji.
Nabi Muhammad Saw tidak lama
dalam asuhan ibunya, setelah tujuh
hari dari kela-hirannya Nabi
Muhammad dititipkan kepada wanita dari desa. Hal
ini sudah
men-jadi
kebiasaan bangsawan menitipkan bayinya kepada wanita yang hidup di pedesaan dengan tujuan bayinya itu dapat menghirup udara yang bersih terhindar
dari kebiasaan buruk orang-orang kota dan
agar dapat berbicara dengan bahasa yang baik.
2.
Nabi
Muhammad Saw Dalam Asuhan Orang Lain
Dengan
berat hati Aminah
menyerahkan anak yang dikasihinya kepada orang
lain yang dianggap mampu untuk mengasuhnya. Wanita
beruntung untuk mengasuh Nabi Muhammad saat bayi yaitu Suwaibah. Ia
merawat, mengasuh dan menyusuinya dengan penuh tanggung
jawab. Tidak lama Nabi Muhammad dalam pengasuhan Suwaibah. Kemudian diasuh oleh Halimah, seorang wanita
yang berasal dari Bani Sa’ad. Wanita-wanita
dari Bani Sa’ad sudah terkenal sebagai tukang menyusui dan mengasuh anak yang
baik.
Halimah pada awalnya enggan untuk menerima Nabi Muhammad sebagai
anak asuhnya karena anak yatim. Halimah khawatir
dengan menyusui anak yatim akan sedikit upah yang akan diterimanya setelah
berunding dengan suaminya akhirnya
menyatakan kesediaan untuk mengasuhnya. Halimah sangat mencintainya bahkan menganggapnya sebagai
anaknya sendiri. Dalam pengasuhan Halimah, beliau tumbuh dengan baik, sehingga dalam usia tiga
bulan sudah mampu berdiri, usia lima
bulan sudah mampu berjalana, dan ketika usia sembilan
bulan sudah fasih berbicara.
Selama mengasuh Nabi Muhammad keluarga
Halimah diberi keberkahan oleh Allah Swt, misalnya
kambing peliharaan Halimah yang dulu kurus-kurus menjadi
gemuk-gemuk dan menghasilkan susu yang banyak, pohon kurma yang dulu kering kini menjadi hijau dan berbuah lebat. Demikianlah Allah memberikan
keberkahan kepada keluarga
Halimah yang telah dengan ikhlas mengasuhnya.
3.
Ibu
Nabi Muhammad Saw Wafat
Ketika
menginjak usia lima tahun Nabi Muhammad diserahkan
kembali
oleh Halimah kepada ibunya, maka kini Nabi
Muhammad kembali dalam asuhan, pemeliharaan, penjagaan, dan kasih sayang ibunya.
Ketika usia enam tahun Nabi
Muhammad dibawa ke Madinah untuk diperkenalkan kepada saudara-saudaranya dan
berziarah ke makam ayahnya. Saat perjalanan
pulang ke Mekah tepatnya di daerah yang bernama Abwa, tiba-tiba ibunya sakit dan akhirnya meninggal
dunia.
Setelah
pemakan ibunya lalu Nabi Muhammad dengan penuh kesedihan meneruskan
perjalanan menuju Mekah ditemani oleh Ummu Aiman pembantunya. Sesampainya
di Mekah diserahkan kepada Abdul
Mutalib.
4.
Nabi
Muhammad Saw Dalam Asuhan Kakeknya
Setelah
ibunya meninggal dunia, Nabi Muhammad diasuh
oleh kakeknya yang bernama
Abdul Mutalib. Abdul Mutalib merawat dan mengasuhnya dengan
penuh cinta dan kasih sayang, sehingga Nabi
Muhammad Saw hidup bahagia dan
merasa terhibur dalam asuhan kakeknya.
Kebahagian
Nabi Muhammad Saw dalam asuhan kakeknya tidak begitu lama hanya selama dua tahu,
sebab kakeknya sudah cukup tua dan akhirnya meninggal dalam usia 84 tahun.
5.
Nabi
Muhammad Saw Dalam Asuhan Pamannya
Setelah kakeknya Abdul Muthalib meninggal Nabi Muhammad Saw diasuh oleh pamannya yang bernama Abu Talib, seorang
yang memiliki perasaan yang halus dan
memiliki kedudukan yang terhormat di kalangan Quraisy juga salah satu dari tokoh kaum Quaisy yang disegani.Abu Talib
mengasuh dan merawat Nabi Muhammad Saw dengan
penuh kasih sayang, bahkan kasih sayangnya itu
melebihi kasih sayangnya terhadap anak-anaknya sendiri. Melihat sifat dan tingkah laku Nabi Muhammad Saw yang sangat
baik, ramah dan selalu berprilaku baik, berbudi luhur, suka berbakti dan baik hati, membuat Abu Talib semakin hari semakin sayang kepada Nabi Muhammad saw.
Silsilah Nabi Muhammad Saw
C.
MASA
REMAJA NABI MUHAMMAD SAW
1. Nabi Muhammad Saw Sebagai Penggembala Kambing
Memasuki usia
remaja Nabi Muhammad Saw mulai
memiliki kesadaran untuk berbuat baik kepada paman dan keluarganya yang telah
menyayanginya. Dia ingin membalas kebaikan pamannya dengan hidup mandiri dengan cara menjadi
penggembala kambing milik keluarga dan juga kambing penduduk Mekah yang lainnya.
Pekerjaannya
sebagai penggembala kambing menghasilkan
upah yang cukup untuk meringankan beban keluarga pamannya. Di
samping itu dari pekerjaannya sebagai penggembala kambing, ia pun
mendapatkan pelajaran yang berharga karena
pekerjaan ini memerlukan keuletan kesabaran
dan keterampilan dalam bertindak.
2. Perjalanan
Dagang Nabi Muhammad Saw ke
Syam Pertama
Ketika usia
Nabi Muhammad Saw menginjak dua
belas tahun, dia menyatakan dirinya untuk ikut menemani pamannya berdagang
ke negeri Syam.Awalnya Abu Talib merasa
keberatan dengan keinginan keponakannya itu, mengingat
jauhnya perjalanan yang akan ditempuh dan
sulitnya perjalanan melewati padang pasir.
Sesampainya di
suatu tempat yang bernama Busra bertemu
dengan seorang pendeta bernama Buhairah yang melihat
adanya tanda-tanda kenabian pada
diri Nabi Muhammad. Ia menyarankan
agar jangan terlalu jauh memasuki Syam, sebab
dia khawatir ditemukan oleh orang Yahudi yang pasti
akan menganiayanya . Atas saran itu pamannya segera menyelesaikan perdagangannya lalu
segera pulang ke Mekah.
3. Perjalanan Dagang Nabi Muhammad Saw Ke Syam Kedua
Perjalanan ke Syam
yang kedua dilakukan
oleh Nabi MuhammadSaw saat beliau berusia
25 tahun. Kepergiannya ke Syam tidak lagi
didampingi oleh pamannya. Beliau mulai
berdagang sendiri menjual
barang dagangan milik saudagar kaya raya bernama khadijah dalam
perdagangan ini memperoleh laba yang sangat besar.
D. MASA DEWASA NABI MUHAMMAD SAW
1. Pernikahan Nabi Muhammad Saw
Dengan Khadijah
Kini usia Nabi Muhammad Saw sudah
memasuki masa dewasa, usianya
telah mencapai 25 tahun, beliau telah
memiliki pekerjaan yang tetap, yaitu sebagai
pedagang yang berhasil.
Dalam
setiap perjalanan dagangnya selalu menghasilkan laba yang banyak, Keberhasilan
Nabi Muhammad Saw dalam berdagang karena
diperdagangannya itu dilakukan dengan cara-cara yang
penuh kejujuran, tekun, dan
ramah, memberikan
pelayanan yang baik,dan disertai dengan
keahlian dalam berdagang.
Keberhasilan
dan sifat-sifat terpuji Nabi Muhammad terdengar
oleh Khadijah seorang
perempuan terhormat, kaya raya berharti
mulia dan dermawan, ia tertarik
untuk bekerja sama dalam perdagangan. Tawaran
kerja sama yang disampaikan Khadijah disambut baik
oleh Nabi Muhammad Saw.
Tidak
lama kemudian beliau berangkat menuju Syam dengan membawa barang-barang milik Khadijah ditemani
oleh Maisarah pembantu Khadijah. Setibanya di Syam
beliau menggelar barang dagangannya yang banyak
diminati pembeli, sehingga dalam waktu yang singkat sudah habis
terjual. Kemudian
bergegas pulang ke Mekah. Berkat kerja
sama dalam perniagaan dengan Nabi Muhammad Saw, Khadijah
memperoleh keuntungan yang sangat besar.
Khadijah
sangat gembira dapat bekerja sama dengan
seseorang yang sangat jujur dan mau berkorban untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik dan
menerima imbalan yang diterimanya dengan perasaan puas sampai
akhirnya Khadijah pun tertarik hatinya untuk menikah dengannya.
Lamaran
pun disampaikan dari pihak keluarga Khadijah. Lamaran disampaikan
kepada Abu Talib. Setelah terjadi kata sepakat pernikahan
pun dilangsungkan. Pada waktu menikah Nabi Muhammad berumur 25 tahun, sedangkan Khadijah berumur 40 tahun. Dengan maskawin 20 ekor unta. Setelah diberlangsungkan pernikahan Nabi
Muhammad pindah ke rumah Khadijah, mereka memulai hidup barunya sebagai suami isteri yang saling mencintai.
Selama membina rumah tangga Nabi MuhammadSaw tetap bergaul dan hidup bermasyarakat
dengan penduduk Mekah lainnya. Beliau menilai
bahwa Khadijah
merupakan wanita terbaik, wanita yang
subur dan penuh kasih, ia menyerahkan seluruh dirinya kepada beliau, mereka
hidup bahagia sebagai suami istri dan
mendapatkan anak laki laki dan perempuan
yaitu: Qasim, Zainab, Ruqayyah, Umi Kulsum, Fatimah, dan Abdullah.
Qasim adalah anak laki laki pertama, ia
meninggal ketika masih kecil sekitar
berusia 2 tahun. Zainab anak
yang kedua, ia lahir 5 tahun Setelah Nabi Muhammad menikah
dengan Khadijah. Ruqayyah
putri kedua nabi muhammad, ia lahir 3
tahun setelah kelahiran Zainab, Ummu Kulsum merupakan
putri yang ke 3, dari nabi Muhammad
hasil pernikahannya dengan Khadijah. Fatimah
merupakan putri Nabi Muhammad ke-4, ia
merupakan anak bungsu, lahir 1 tahun setelah ayahnya diangkat menjadi rasul.
2. Peletakan Hajar Aswad
Ketika
keadaan Ka’bah sudah mulai rusak, bahkan
saat terjadi banjir besar melanda Mekah, seluruh
bangunan Kabah hampir roboh, maka masyarakat
Quraisy bergotong royong untuk membangun kembali seperti keadaan semula. Pada awalnya
mereka bersatu padu membangun Ka’bah kembali tetapi
ketika hampir
selesai terjadi perselisihan yang berawal dari berebut untuk meletakan Hajar
Aswad ke tempat semula. Perselisihan itu
semakin gawat hampir terjadi
peperangan di antara kabilah Arab.
Pada
saat yang gawat itu Ummayah seorang tokoh yang dihormati mengajukan
usul, agar
menyerahkan putusan persoalan itu kepada
orang yang pertama masuk ke dalam Ka’bah
melalui pintu Safa. Usulan itu pun disepakati oleh tokoh Quraisy yang lain. jadi orang yang masuk terlebih dahulu ke dalam Ka’bah melalui pintu Safa maka dialah yang berhak meletakkan Hajar Aswad ke tempat semula, ternyata
yang masuk pertama kali adalah Nabi Muhammad, maka
beliaulah yang berhak meletak Hajar Aswad ke tempat semula.
Nabi Muhammad bertindak adil dan bijak, beliau
tidak meletakan langsung hajar aswad itu tetapi terlebih dahulu meletakkan Hajar Aswad itu di atas
surbannya dan
masing-masing kepala suku memegang ujung
sorban lalu mengangkatnya bersama sama. Sampai
ditempatnya lalu Nabi Muhammad Saw mengambil Hajar
Aswad, dan
meletakkan di tempat semula, maka
bereslah semua persoalannya sebab setiap kabilah
merasa dihargai, dan merasa berjasa untuk meletakan kembali Hajar
Aswad ke tempat semula.
Letak Hajar
Aswad Pada Salah Satu Sudut Kabah ( sumber : www.ldii-sidoarjo.org www.ldii-sidoarjo.org
3. Nabi Muhammad Bergelar Al Amin
Sejak kecil sampai dewasa bahkan sampai
diangkat menjadi nabi dan rasul, Muhammad Saw
dikenal sebagai seorang yang jujur dan
berbudi luhur serta adil dan bijaksana dalam setiap tindakkan dan perbuatannya. tidak ada satu pun tingkah lakunya yang tercela dengan
kejujuran dan kebijaksanaannya itu masyarakat mekah memberi gelar Al Amin yang berarti orang yang dapat dipercaya.
Gelar ini
diberikan oleh masyarakat Mekah terutama saat memutuskan siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya semula. Ketika
masyarakat Mekah mengetahui bahwa Nabi Muhammad Saw, orang
yang pertama masuk ke Kabah melalui pintu Safa, semua
berteriak : “Itulah dia Al Amin (orang yang paling terpercaya) kami
rela menerima keputusannya.”
4. Kebiasaan Nabi Muhammad Menjelang Kerasulan
Ketika usia Nabi Muhammad
Saw menginjak
40 tahun pada dirinya
mulai tumbuh pada dirinya untuk melakukan uzlah atau tahannus. uzlah atau tahanus itu mengasingkan diri dari keramain untuk
merenung dan beribadah. Beliau memilih sebuah
tempat yang jauh dari keramaian orang, yaitu
di sebuah gua yang bernama Hira.
(sumber: Wordpress.com)
Nabi Muhammad Saw menyendiri beribadah di gua itu, selama
bermalam malam bahkan pada
bulan Ramadhan dia membawa bekal lebih banyak karena akan tinggal di gua Hira dalam waktu yang cukup lama, terkadang
sampai sepuluh malam bahkan sampai satu bulan.
Demikianlah Nabi
Muhammad Saw terus
menerus melakukannya, dengan dibantu
segala keperluan dan perbekalannya oleh
istri tercintanya Khadijah sampai
turun kepadanya wahyu yang menandakan dirinya diangkat
menjadi nabi dan rasul.
(Bersambung)
Daftar
pustaka
Al Ghazaly, Muhammad. Fiqhus Sirah. Bandung: AL Ma’arif
Al-Buthy,
Muhammad Said Ramadhan, 2010. Shirah Nabawiyah. Jakarta:
Rabbani Press
Al-Mishri, Mahmud. 2010. 35 Sirah Shahabiyah. Jakarta :
Al-I’tishom
Departeman
Agama RI. 2004. Al-Quran dan terjemahnya. Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran. Ditjen
Bimas dan Penyelenggara Haji
Haekal,
Muhammad Husain. 2006. Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta : Litera Antarnusa
Hassan,
Hasan Ibrahim. 1997. Sejarah dan
Kebudayaan Islam. Semarang: Kota Kembang
Syalabi A. 2003
Sejarah Kebudayaan Islam Jilid 1. Jakarta: Pustaka Al Husna
Baru
Umairah, Abdurrahman. 2009. Wanita-wanita dalam Al
Quran. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar
Yatim, Badri. 1998. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja
Grafindo Persada