Aris Saptiono |
POHON PUN MALU BERBUAH
Dunia ini seperti kebun yang dihiasi
dengan lima macam : ilmu para ulama, keadalian para pemimpin, ketaatan ibadah
hamba-hamba Allah, kejujuran para penguasa dan kejujuran para pekerja.
Setan tidak senang dunia menjadi indah karena terhias
dengan kelima macam hiasan itu, maka ia pun berusaha mendampingkan dengan lima
macam pula, didampingkannya hasud disamping ilmu, kalaliman disamping keadilan,
ria disamping ibadah, khianat disamping amanat dan kepalsuan disamping
kejujuran.
Ilmu ulama itu tak ubahnya seperti
air jernih yang mengalir dari sumbernya, keadilan pemimpin seperti penetap
berbagai kebijakan agar air itu sampai ke bagian-bagian bumi dengan merata,
sehingga tak sejengkal
pun terdapat yang tidak mendapatkan bagian yang seharusnya. Pohon-pohon berbuah
subur, binatang-binatang baik yang merayap di bumi maupun yang terbang diudara,
semua mendapatkan kenikmatan dan kenyamanan hidup, karena tak pernah
mendapatkan perlakuan yang tidak adil.
Keimanan dan ketakwaan penghuni
negeri, membuat malu pohon-pohon bila tidak berbuah, demikian pula manusia akan
selalu menikmati kecukupan. Tidak akan ada dalam dirinya rasa takut kekurangan,
karena langit pun
tiada hentinya mengangkat air dari bumi dan menurunkannya kembali dengan tidak
membahayakan.
Dan
kalau penduduk negeri-negeri itu beriman serta bertakwa, niscaya Kami
karuniakan kepada mereka karunia-karunia dari langit dan bumi, namun mereka
mendustakan, kemudian Kami menyiksa mereka, karena apa yang mereka telah usahakan.
Q.S. Al A’raf : 96
Bila kelima macam penghias dunia itu
telah terwujud, maka mereka tak akan dipimpin kecuali oleh pemimpin yang sesuai
dengan keadaan mereka itu, Nabi saw. bersabda :
Sebagaimana
keadaan kamu, maka dengan manusia seperti itulah kamu akan dipimpin.
Tetapi apabila kelima penghias dunia
itu telah dikalahkan oleh kelima usaha-usaha iblis, maka mulailah pintu azab
terbuka, baik dari atas maupun dari bawah.
Katakanlah
(Muhammad) Dia-lah yang berkuasa untuk membangkitkan azab kepadamu, dari atas
kamu atau dari bawah kamu, atau Ia akan mencampuradukkan kamu dalam
golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan akan merasakan kepada sebagian
dari kamu keganasan sebagian dari yang lain, perhatikanlah, bagaimana Kami mendatangkan
tanda-tanda kebesaran Kami yang silih berganti, agar kamu memahaminya. Q.S.
Al An’am : 65
Sahabat
Jarir meriwayatkan, bahwa tatkala turun ayat “Katakanlah, Dia-lah yang berkuasa
untuk membangkitkan azab kepadamu adri atas kamu” Rasulullah mengucapkan “
A’uudzu biwajhika (Aku berlindung pada keridhaanMu, dan tatkala turun ayat,....
atau dari bawah kaki kamu, “Beliau mengucapkan, “ A’uudzu biwajhika (Aku
berlindung pada keridhaanMu dan tatkala turun ayat : Dan akan merasakan kepada
kamu azab sebagian dari kamu sebagian dari yang lain” Rasulullah saw.
mengucapkan : Ini lebih ringan. H.R. An
Nasai
Persatuan dalam pencampuradukkan dan
saling merasakan kekejaman keduanya lebih ringan, daripada timbulnya azab
karena kelaliman pemimpin atau karena tuna tertib dan tuna malunya bawahan,
karena kedua itu dapat diredam dengan keadilan pemimpin.
Sa’ad
bin Abi Waqas mengatakan, “Kami berangkat bersama Rasulullah saw. hingga sampai
di mesjid Bani Muawiah, beliau masuk dan salat dua rakaat, maka kami pun salat bersamanya,
kemudian beliau munajat kepada Tuhan azza wa jalla dengan munajat yang lama, setelah itu beliau
bersabda, “Aku memohon kepadaNya tiga macam : Agar umatku tidak binasa karena
bencana banjir, maka Ia memberinya, aku memohon kepadaNya agar umatku tidak terkena
bencana kelaparan, maka Ia memberinya, dan aku memohon kepadaNya agar ia tidak
menjadikan kehancuran mereka karena ketidakadilan dan kejahatan diantara
pemimpin-pemimpin mereka, maka Ia tidak mengabulkannya. H.R. Ahmad
Wallahu a’lam bish-shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar