Blog Resmi DKM al-Muhajirin, berisikan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh pengurus dan juga informasi-informasi yang diperuntukan untuk jamaah al-muhajirin khususnya dan ummat Islam umumnya, juga sebagai sarana berdakwah bagi kaum muslimin dan muslimat. kirimkan artikel jamaah ke almuhajirin026@gmail.com
Panitia Renovasi Masjid Al-Muhajirin
iklan
Sabtu, 27 Juli 2013
SYAHADAT DENGAN RASA
SYAHADAT DENGAN RASA
Oleh; Abdul Wahid
Setiap manusia pasti memiliki kecenderungan untuk beragama, karena naluri itu telah dibawa sejak ia lahir. Hal ini telah dibuktikan secara ilmiah oleh Tim Universitas California melalui serangkaian penelitian. Hasil penelitian itu mengatakan bahwa dalam otak manusia ada satu noktah yang disebut dengan god spot, yaitu noktah otak yang dapat merespon ajaran moral keagamaan.
Murtadha Mutahhari pernah mengungkapkan bahwa tak ada seorangpun yang tidak membutuhkan agama dan tidak membutuhkan aturan-aturan sebagai penuntunnya. Sekalipun agama menjadi kebutuhan dasar hidup manusia dan manusia memiliki kecenderungan untuk beragama, namun perlu diikrarkan kembali apa yang pernah diikrarkan sebelum ia lahir ke dunia (Q.S. al A’raf: 172), agar agama yang diyakini sesuai dengan fithrahnya. Pengikraran kembali akan kekuasaan Tuhan itulah yang disebut dengan syahadat.
Dalam bersyahadat atau berikrar syahadat tidaklah cukup hanya dilakukan dengan lisan atau ungkapan verbal semata, akan tetapi hendaknya ikrar itu diiringi dengan perasaan dan dilanjutkan dengan amal perbuatan. Seyogyanya syahadat yang dilakukan oleh seorang muslim adalah syahadat yang penuh pemahaman dan penghayatan secara mendalam, sampai ia yakin betul bahwa Allah itu ADA, dirasakan kehadiran-Nya, dan merasa dirinya diawasi dan dilindungi oleh Allah.
Dalam Islam, Allah SWT adalah pusat dalam menjalankan berbagai aktivitas peribadatan seorang muslim. Ekspresi keayakinan akan kekuasaan Tuhan diungkapkan dalam bentuk kalimat La ilaha illallah, tidak ada Tuhan kecuali Allah. Kemudian dilanjutkan dengan Muhammadur Rasulullah, Nabi Muhamad adalah utusan Allah. Pengakuan disini tidak hanya sekedar terucap secara lisan saja. Lebih dari itu melibatkan pula seluruh kesadarannya, serta memantul dalam setiap gerak dan aktivitas, dengan cara mengabdikan diri sepenuhnya kepada Allah SWT.
Pentingnya bersyahadat dengan rasa adalah dalam rangka menghindari kemunafikan. Seorang muslim yang bersyahadat hanya di mulut saja, maka, ia tak ubahnya seorang munafik yang selalu menyatakan dirinya beriman padahal sesungguhnya ia ingkar kepada Allah. Alangkah indahnya kehidupan seorang muslim yang mengaplikasikan syahadat dengan rasa ini. Ia akan menjadi orang yang selalu merasa di awasi oleh Allah sebagai imbas dari keyakinannya akan kekuasaan-Nya yang ia ungkapkan dalam syahadat.
Dalam momentum bulan ramadhan ini tentunya akan semakin memberikan kontribusi spiritual seorang muslim dan mengupayakan bersyahadat dengan rasa. Shaum yang dilakukan manusia sesungguhnya sebagai perwujudan keyakinan akan pengawasan Allah SWT terhadap mahluknya. Hal ini karena hanya ia dan Allah saja yang tahu bahwa ia sedang menjalankan ibadah shaum. Seandainya ia mau berbohong, maka bisa saja ia lakukan, orang lain tidak akan tahu, tetapi ini tidak dilakukan oleh orang yang shaum, karena ia merasakan keberadaan dan pengawasan dari Allah SWT.
Semoga kita semua mampu menjadi seorang muslim yang dapat bersyahadat dengan rasa dan mampu mewujudkannya dalam bentuk perbuatan sehari-hari.
Kamis, 25 Juli 2013
HADITS PERIHAL SHAUM
HADITS PERIHAL SHAUM
1. Memulai dan mengakhiri shaum
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِينَ
Berpuasalah kalian karena melihatnya (hilal) dan berhari rayalah karena melihatnya, jika hilal hilang dari penglihatanmu maka sempurnakan bilangan Sya’ban sampai tiga puluh hari.(HR.Bukhari)
Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّمَا الشَّهْرُ تِسْعٌ وَعِشْرُونَ فَلَا تَصُومُوا حَتَّى تَرَوْهُ وَلَا تُفْطِرُوا حَتَّى تَرَوْهُ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدِرُوا لَهُ
Sesungguhnya sebulan itu 29 hari, maka janganlah kalian berpuasa sampai kalian melihatnya (hilal), dan janganlah kalian berhari raya sampai kalian melihatnya, jika kalian terhalang maka takarkan/perkirakan/hitungkanlah dia. (HR. Muslim)
2. Keutamaan shaum Ramadhan
Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
ومن صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه
"Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan ihtisab, maka akan diampuni dosa-dosanya yang lalu." (HR. Bukhari)
Makna ‘diampuninya dosa-dosa yang lalu’ adalah dosa-dosa kecil, sebab dosa-dosa besar –seperti membunuh, berzina, mabuk, durhaka kepada orang tua, sumpah palsu, dan lainnya hanya bisa dihilangkan dengan tobat nasuha, yakni dengan menyesali perbuatan itu, membencinya, dan tidak mengulanginya sama sekali.
3. Keutamaan di antara Ramadhan ke Ramadhan
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ كَفَّارَاتٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ
“Shalat yang lima waktu, dari jumat ke jumat, dan ramadhan ke Ramadhan, merupakan penghapus dosa di antara mereka, jika dia menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim )
4. Keutamaan Shalat pada Malam Lailatul Qadar
Dari Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
من قام ليلة القدر إيمانا واحتسابا، غفر له ما تقدم من ذنبه
"Barang siapa yang shalat malam pada malam Lailatul Qadar karena iman dan ihtisab (mendekatkan diri kepada Allah) , maka akan diampuni dosa-dosanya yang lalu." (HR. Bukhari)
5. Keutamaan Shalat malam (Tarawih)
Dari Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu, bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barang siapa yang shalat malam pada Ramadhan karena iman dan ihtisab, maka akan diampuni dosa-dosa yang lalu." (HR. Bukhari)
6. Dibuka Pintu Surga
Dari Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
إِذَا جَاءَ رَمَضَان فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتْ الشَّيَاطِين
"Jika datang Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka dan syetan dibelenggu." (HR. Muslim)
Dalam hadits lain:
إذا كان رمضان فتحت أبواب الرحمة، وغلقت أبواب جهنم، وسلسلت الشياطين
"Jika bulan Ramadhan maka dibukalah pintu-pintu rahmat, ditutup pintu-pintu neraka dan syetan dirantai." (HR. Muslim)
7. Allah Ta’ala Langsung Membalas Pahala Shaum
Firman Allah Ta’ala dalam hadist Qudsi :
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ، إِلَّا الصِّيَامَ، فَهُوَ لِي، وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
“Setiap amalan anak Adam itu adalah (pahala) baginya, kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya.”
(HR. Bukhari)
8. Disediakan Pintu Al- Rayyan
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ
“Sesungguhnya di surga ada pintu yang dinamakan Ar Rayyan, yang akan dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa pada hari kiama nanti, dan tidak ada yang memasuki melaluinya kecuali mereka. Dikatakan: “Mana orang-orang yang berpuasa? Maka mereka berdiri, dan tidak ada yang memasukinya seorang pun kecuali mereka. Jika mereka sudah masuk, maka pintu itu ditutup, dan tidak ada lagi seorang pun yang masuk melaluinya.” (HR. Bukhari)
9. Bau mulut orang berpuasa lebih Allah Ta’ala cinta
Dari Abu Hurairah, r.a., bahwa Rasulullah Saw.
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
… Demi Yang Jiwa Muhammad ada di tanganNya, bau mulut orang yang berpuasa lebih Allah cintai u dibanding bau misk (kesturi) …” (HR. Bukhari)
10. Dua kebahagiaan bagi orang berpuasa
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
للصائم فرحتان يفرحهما: إذا أفطر فرح، وإذا لقي ربه فرح بصومه
“Bagi orang berpuasa ada dua kebahagiaan: yaitu kebahagiaan ketika berbuka, dan ketika berjumpa Rabbnya bahagia karena puasanya.”
(HR. Bukhari)
11. Anjuran bersahur
Dari Anas bin Malikr.a., bahwa Rasulullah, Saw. bersabda:
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً
“Bersahurlah kalian, karena pada santap sahur itu ada keberkahan.”
(HR. Bukhari)
12. Keutamaan bersahur
Dari Abu Sa’id Al Khudri,r.a, bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
السَّحُورُ أَكْلُهُ بَرَكَةٌ، فَلَا تَدَعُوهُ، وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جُرْعَةً مِنْ مَاءٍ، فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِينَ
Makan sahur adalah berkah, maka janganlah kalian meninggalkannya, walau kalian hanya meminum seteguk air, karena Allah ‘Azza wa Jalla dan para malaikat mendoakan orang yang makan sahur. (HR. Ahmad)
Dari Amru bin Al ‘Ash Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السُّحُور
“Perbedaan antara puasa kita dan puasa Ahli Kitab adalah pada makan sahur.” (HR. Muslim)
13. Disunnahkan menta’khirkan sahur:
Dari ‘Amru bin Maimun, Radhiallahu ‘Anhu, katanya:
كان أصحاب محمد صلى الله عليه و سلم أعجل الناس إفطارا وأبطأهم سحورا
Para sahabat Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah manusia yang paling bersegera dalam berbuka puasa, dan paling akhir dalam sahurnya. (HR. Al Baihaqi )
14. Kedermawanan Rasulullah Saw
Ibnu ‘Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, menceritakan:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَأَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah manusia yang paling dermawan, dan kedermawanannya semakin menjadi-jadi saat Ramadhan apalagi ketika Jibril menemuinya. Dan, Jibril menemuinya setiap malam bulan Ramadhan dia bertadarus Al Quran bersamanya. Maka, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam benar-benar sangat dermawan dengan kebaikan melebihi angin yang berhembus. (HR. Bukhari)
15. Pahala memberikan makanan orang yang berbuka puasa
Dari Zaid bin Khalid Al Juhani Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
Barang siapa yang memberikan makanan untuk berbuka bagi orang berpuasa maka dia akan mendapatkan pahala sebagaimana orang tersebut, tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang itu.
16. Memperbanyak doa
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالْإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوم
Ada tiga manusia yang doa mereka tidak akan ditolak: 1. Doa orang yang berpuasa sampai dia berbuka, 2. Pemimpin yang adil, 3. Doa orang teraniaya. (HR. At Tirmidzi)
17. I’tikaf
Dari ‘Aisyah Radiallahu ‘Anha:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ
Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam beri’tikaf pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan sampai beliau diwafatka Allah, kemudian istri-istrinya pun I’tikaf setelah itu.(HR. Bukhari)
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, katanya:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ فِي كُلِّ رَمَضَانٍ عَشْرَةَ أَيَّامٍ فَلَمَّا كَانَ الْعَامُ الَّذِي قُبِضَ فِيهِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ يَوْمًا
Dahulu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam I’tikaf di setiap Ramadhan 10 hari, tatkala pada tahun beliau wafat, beliau I’tikaf 20 hari. (HR. Bukhari)
18. Orang yang Sia-sia Shaumnya
Dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah Saw.
bersabda:
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ
Betapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar saja. (HR. Ahmad)
19. Berpuasa ketika safar (berpergian)
Dari Hamzah bin Amru Al Aslami, r.a., katanya:
يا رسول الله: أجد بي قوة على الصيام في السفر. فهل علي جناح ؟، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "هي رخصة من الله فمن أخذ بها فحسن. ومن أحب أن يصوم فلا جناح عليه".
“Wahai Rasulullah, saya punya kekuatan untuk berpuasa dalam safar, apakah salah saya melakukannya?” Maka RasulullahSaw. menjawab: “Itu adalah rukhshah (keringanan) dari Allah, barang siapa yang mau mengambilnya (yakni tidak puasa) maka itu baik, dan barang siapa yang mau berpuasa maka tidak ada salahnya.” (HR. Muslim)
20. Tentang Lailatul Qadar
Secara spesifik, Lailatul Qadar ada pada sepuluh malam terakhir atau tujuh malam terakhir. Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيهَا فَلْيَتَحَرَّهَا مِنْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ
“Maka, barangsiapa yang ingin mendapatkan Lailatul Qadar, maka carilah pada sepuluh malam terakhir.”
(HR. Bukhari)
21. Doa ketika Lailatul Qadar
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajarkan doa khusus untuk kita baca ketika Lailatul Qadar.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ قُولِي اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Dari ‘Aisyah dia berkata “Aku berkata: Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku mengetahui bahwa pada suatu malam adalah Lailatul Qadar, apa yang aku ucapkan?” Beliau menjawab: “Ucapkanlah, ‘Allahumma innaka ‘afuwwun karim tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni.”
(HR. At Tirmidzi)
22. Orang g Tidak Berpuasa Tanpa Alasan
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, secara marfu’:
مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ وَلَا مَرَضٍ لَمْ يَقْضِهِ صِيَامُ الدَّهْرِ وَإِنْ صَامَهُ
Barang siapa yang tidak berpuasa pada Ramadhan tanpa adanya uzur, tidak pula sakit, maka tidaklah dia bisa menggantikannya dengan puasa sepanjang tahun, jika dia melakukannya. (HR. Bukhari)
Kamis, 11 Juli 2013
Sambutan Ketua DKM Al-Muhajirin
Ust. Aminudin, M.Ag |
MARHABAN YA RAMADHAN
Assalamualaikum
Wr.Wb.
Jama’aah
yang sama-sama mengharapkan ridha dan kasih sayang Allah Swt ., tiada kata yang lebih indah yang mesti terucap selain puji dan syukur kehadirat Allah Swt., alhamdulillah dengan
sebab nikmat dan kasih sayang-Nya kita dipertemukan kembali dengan bulan
Ramadhan bulan yang penuh dengan berkah,
rahmat dan ampunan-Nya. Shalawat
dan salampun semoga tetap tercurah bagi Rasulallah Muhammad Saw., keluarga, dan
para shahabatnya serta pengikutnya yang setia samapai akhir zaman.
Jama’aah
yang sama-sama mengharapkan ridha dan kasih sayang Allah Swt ., selanjutnya
kami pengurus DKM Al-Muahijirin menyampaikan selamat menunaikan ibadah puasa
kepada jamaah khususnya dan kaum muslimin dan muslimat pada umumnya,
mudah-mudahan kita mendapati kebaikan dan kemuliaan yang dihadirkan oleh Allah
Swt di bulan Ramadhan ini. Di samping itu permohonan maaf kami sampaikan, bahwa
dalam mengemban amanah dalam memakmurkan
masjid masih jauh dari kesempurnaan, baik yang berkaitan dengan pelayanan dan
pembinaan jamaah, maupun dalam penyediaan sarana dan prasarana ibadah.
Mudah-mudahan dengan seiring berjalannya waktu dan kerja sama yang baik antar
pengurus serta partisipasi aktif seluruh jamaah dan terutama dengan pertolonagn
Allah Swt., berbagai kekurangan dapat di
atasi.
Jama’aah
yang sama-sama mengharapkan ridha dan kasih sayang Allah Swt., Sejak bulan
Sya'ban, Rasulullah menganjurkan ummatnya agar mempersiapkan diri menyambut
kedatangan 'tamu mulia' bernama Ramadhan dengan memperbanyak ibadah, terutama
ibadah shaum sunah. Hal ini sebagai persiapan mental sekaligus fisik untuk
menghadapi bulan yang disucikan itu. Begitupun para shahabat bersikap yang
begitu mengagumkan, saat-saat menanti Ramadhan, mereka tak bedanya seperti
calon pengantin yang merindukan hari-hari pernikahannya. Tiada seorangpun di
antara mereka yang bersedih hati ketika menghadapi Ramadhan. Sebaliknya mereka
bersuka cita dan bergembira, menyambutnya dengan penuh antusias dan semangat
membara.
Jama’aah
yang sama-sama mengharapkan ridha dan kasih sayang Allah Swt ., adalah
merupakan tradisi di masa Rasulullah, pada saat akhir bulan Sya'ban para
sahabat berkumpul di masjid untuk mendengar khutbah penyambutan Ramadhan. Saat
itu dimanfaatkan oleh mereka untuk saling meminta maaf di antara mereka.
Seorang sahabat kepada sahabatnya, seorang anak kepada orang tuanya, seorang
adik kepada kakaknya, dan seterusnya. Mereka ingin memasuki bulan Ramadhan
dengan tanpa beban dosa. Mereka ingin berada dalam suasana Ramadhan yang
disucikan itu dalam keadaan suci dan bersih.
Jama’aah
yang sama-sama mengharapkan ridha dan kasih sayang Allah Swt., untuk memberikan
motivasi beribadah di bulan Ramadhan dengan optimal, sebelum Ramadhan datang
Rasulullah SAW mengumpulkan para sahabatnya guna memberikan persepsi yang benar
dan mengingatkan betapa mulianya bulan Ramadhan. Dalam sebuah hadits yang
panjang Rasulullah Saw. bersabda:
Dari
Salman r.a. meriwayatkan, “pada hari terakhir bulan Sya’ban Rasulallah
berkhutbahkepada kami, “Wahai manusia, kini telah dekat kepadamu satu bulan
yang agung, bulan yang sarat dengan berkah, yang di dalamnya terdapat satu
malam yang lebih baik (nilainya) dari seribu bulan. Inilah bulan yang Allah
tetapkan puasa di siang harinya sebagai fardhu dan shalat tarawikh di malam
harinya sebagai sunnah. Barang siapa yang ingin mendekatkan dirinya kepada
Allah di bulan ini dengan suatu amalan sunnat, maka pahalanya seolah-olah dia
melakukan amalan fardhu pada bulan-bulan yang lain. Dan barang siapa yang
melakukan amalan fardhu pada bulan ini, maka dia akan dibalas dengan pahala
seolah-olah telah melakukan tujuh puluh amalan fardhu pada bulan yang lain.
Inilah bulan kesabaran dan ganjaran bagi kesabaran yang sejati adalah surga,
bulan ini pula merupakan bulan simpati terhadap sesama. Pada bulan inilah
rezeki orang-orang beriman di tambah. Barang siapa memberi makan (untuk berbuka
puasa) kepada orang yang berpuasa maka kepadanya dibalas dengan keampunan
terhadap dosa-dosanya dan dibebaskan dari api neraka Jahanam dan dia memperoleh
ganjaran yang sama sebagaimana orang yang berpuasa tadi tanpa sedikit pun
mengurangi pahala orang yang berpuasa itu.” Kami pun bewrkata, “Ya Rasulallah!
Tidak semua orang di antara kami mempunyai sesuatu yang dapat diberikan kepada
orang yang berpuasa untuk berbuka.”
Rasulallah
Saw. menjawab, “Allah akan mengaruniakan balasan ini kepada seorang yang
memberi buka walaupun hanya dengan sebiji kurma, atau seteguk air, atau seisap
susu. Inilah bulan yang pada sepuluh hari pertamanya Allah menurunkan rahmat,
sepuluh hari pertenganhannya Allah memberikan ampunan, dan pada sepuluh hari
yang terakhir Allah membebaskan hamba-Nya dari api neraka Jahanam. Barangsiapa
yang meringankan beban hamba sahayanya pada bulan ini, maka Allah akan
mengampuninya dan membebaskannya dari api neraka. Perbanyaklah di bulan ini
empat perkara. Dua perkara dapat mendatangkan keridhaan Tuhanmu, dan dua lagi
kamu pasti memerlukannya. Dua perkara yang mendatangkan keridhaan Allah yaitu,
hendaknya kalian membaca kalimat thayibah dan istighfar sebanyak-banyaknya. Dan
dua perkara yang kita pasti memerlukannya, yaitu hendaknya kamu memohon
kepada-Nya untuk masuk surga dan berlindung kepada-Nya dari api neraka Jahanam.
Dan barangsiapa memberi minum kepada orang yang berpuasa (untuk berbuka0, maka
Allah akan memberinya minum dari telagaku (Haudh) yang sekali minum saja dia
tidak akan merasakan dahaga lagi sehingga dia memasuki surga.” (HR. Ibnu
Khuzaimah dalam shahihnya)
Demikianlah
apa yang dapat disamapikan, “Marhaban Ya Ramadhan, Selamat Datang Ya Ramadhan” kami menyambutmu dengan
jiwa yang suci dan tekad yang kuat untuk memakmurkan siang dan malam dengan beribadah demi
memperoleh kemulian dan kebaikan yang Allah janjikan.
Griya Mitra, 9 Juli 2013
MARHABAN YAA RAMADHAN
Langganan:
Postingan (Atom)