Laporan Keuangan DKM Al-Muhajirin Periode 31 Juli 2014
http://www.mediafire.com/view/oulc7hob4b75uje/lap._keuangan_panitia_pemba.masjid_per_31_juli_2014.xlsx.
http://www.mediafire.com/view/ef5668eplyby9o5/lap_keuangan_dkm_per_31_juli_2014.xlsx
Blog Resmi DKM al-Muhajirin, berisikan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh pengurus dan juga informasi-informasi yang diperuntukan untuk jamaah al-muhajirin khususnya dan ummat Islam umumnya, juga sebagai sarana berdakwah bagi kaum muslimin dan muslimat. kirimkan artikel jamaah ke almuhajirin026@gmail.com
Panitia Renovasi Masjid Al-Muhajirin
iklan
Senin, 18 Agustus 2014
Sabtu, 09 Agustus 2014
Idul Fitri dan Rekonsiliasi Sosial
Idul Fitri dan Rekonsiliasi Sosial
Oleh
Abdul Wahid
Sesungguhnya hakikat hari raya Idul Fitri adalah perayaan
kemenangan atas nafsu di bulan Ramadhan. dan kita dapat kembali ke fitrah,
‘idul Fitri. Sebagaiman diketahui bahwa di bulan ramadhan, orang beriman
diwajibkan untuk melaksanakan puasa agar menjadi orang yang bertakwa. (QS.
Al-Baqarah; 183)
Ada dua makna dalam ‘idul fitri yang kita rayakan tersebut. Pertama, kembali kepada dihalalkannya
makan dan minum serta hubungan suami isteri pada siang hari. Kedua, kembali kepada fitrah manusia
yang suci setelah sebulan lamanya diuji keimananya.
Manusia terlahir dalam keadaan suci tanpa beban kesalahan apa
pun. Nabi Muhammad SAW bersabda dalam sebuah hadis, "Setiap bayi yang
dilahirkan adalah fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan (mereka)
Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi.'' (HR. Muslim)
Sebagai manusia yang memiliki potensi untuk berbuat salah dan
khilaf, maka ‘idul fitri menjadi saat
yang tepat untuk menyadari segala kesalahan
dan dosa yang dilakukan selama ini, dan selanjutnya meminta maaf kepada orang
lain atas segala kesalahan tersebut.
Bangsa Indonesia yang dalam beberapa bulan terakhir disibukan
dengan agenda pemilu legislatif dan pemilihan presiden, tentu dalam praktiknya
banyak melibatkan berbagai bentuk perilaku dan perbuatan yang saling
menjatuhkan lawan, menghina, mencaci maki, memfitnah dan perilaku buruk
lainnya.
Maka, momentum ‘idul fitri ini menjadi saat yang baik untuk
adanya rekonsiliasi sosial, saling memaafkan, saling memahami orang lain. Sebab
dalam sebuah kompetisi pasti ada yang menang dan yang kalah. Yang menang tidak
sombong dan jumawa. Yang kalah tidak
perlu dendam dan putus asa. Yang harus dikedepankan adalah kepentingan bersama,
kepentingan umat, bukan kepentingan satu golongan dan segelintir orang saja.
‘Idul Fitri
mencerminkan tiga sikap yang mesti dimiliki setiap Muslim.
Pertama,
mempertahankan nilai-nilai kesucian yang diraih umat Islam pada bulan ramadhan.
Berlalunya momentum puasa hendaknya tidak dijadikan sebagai kembalinya manusia
ke kebiasaan dan perilaku yang jauh dari perintah Allah atau malah dekat dengan
segala larangan-Nya.
Kedua, berharap agar
Allah SWT mengampuni dosa-dosa umat Islam yang telah lalu dan meminta selalu
dibimbing agar dijauhkan dari perbuatan dosa pada hari-hari setelah ramadhan.
Ketiga, melakukan
evaluasi diri terhadap ibadah puasa kita, apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan Allah?
Jangan sampai kita seperti yang disabdakan Nabi SAW, "Banyak sekali orang
yang berpuasa, yang puasanya sekadar menahan lapar dan dahaga."
Keharusan yang dilakukan oleh seorang muslim setelah
menjalankan ibadah shaum di bulan ramadhan adalah berusaha untuk istiqamah.
Ajeg dalam melaksanakan segala
perintah Allah. Tidak mudah goyah, sungguh-sungguh dan sabar dalam menjalankan
ibadah.
Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang
berkata: "Tuhan kami adalah Allah" kemudian mereka meneguhkan
pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan
berkata), "Janganlah kalian merasa takut dan bersedih hati; dan
bergembiralah dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu."
(QS. Fuhsilat: 30).
Orang yang bertakwa menjadikan
sebelas bulan setelah ramadhan sebagai saat untuk menerapkan nilai-nilai
kebaikan yang ia dapat di bulan ramadhan. Dalam sebelas bulan di luar ramadhan
ia tetap rajin membaca al-Qur’an, infaq, shodaqoh, zakat, peduli terhadap orang
yang tidak mampu dan kaum dhu’afa,
dan menjalin silaturrahmi dengan
saudaranya.
Tetap memakmurkan masjid, istiqomah dalam segala kebaikan, amar ma’ruf
dan nahi munkar. Itulah hakikat muttaqiin
yang menjadi tujuan diwajibkannya puasa ramadhan.
Semoga Allah SWT. Tuhan yang Maha Rahman dan Rahiim, senantiasa mencurahkan kasih dan sayangnya kepada kita
semua, sehingga kita mampu menjadi insan
muttaqiin yang mampu untuk istiqomah dalam menjalankan segala
kebaikan di luar bulan ramadhan, amiin
ya rabbal ‘alamiin.
Selamat Hari Raya Idul
Fitri 1435 H. Mohon Maaf Lahir dan Batin
Langganan:
Postingan (Atom)